Cari Blog Ini

Selasa, 05 Desember 2017

Sawah Padi di Longji


Sawah padi Longji terletak di desa Longsheng, sekitar 100 km dari Guilin, Cina.
Juga dikenal sebagai sawah padi Tulang Punggung Naga (Longji), ia adalah sawah padi yang paling mengaggumkan di Cina. Konstruksi persawahan dimulai sejak dinasti Yuan (1271-1368), dan selesai pada jaman dinasti Qing (1644-1911). Persawahan padi Tulang Punggung Naga dibangun berkat kerja keras orang-orang Zhuang, yang sekarang adalah suku minoritas di daerah ini.

Sukar membayangkan 800 tahun yang lalu bagaimana orang-orang Zhuang dan Yao menghadapi pegunungan dan hutan, menggunakan metoda pertanian jaman dulu untuk membuka hutan dan menyiapkan tanah untuk persawahan pertama kali.

Sawah padi Tulang Punggung Naga adalah pemandangan yang indah. Sawah padi itu indah sepanjang tahun, dan pemandanganya berubah dari musim ke musim. Di musim semi, air irigasi merefleksikan sinar matahari, dan kalau persawahan itu dipenuhi air, ia nampak seperti sisik-sisik punggung naga, makanya dinamai Longji (Gunung Punggung Naga).

Di musim kemarau, padi yang baru tumbuh meliputi persawahan seperti karpet hijau.  Di musim gugur, padi berubah warna keemasan siap untuk dituai. Ketika musim dingin persawahan diliputi salju. Jadi, persawahan itu indah sepanjang tahun.

Desa Longji dihuni oleh suku minoritas Zhuang di desa Ping’an dan suku minoritas Yao di desa Da Zhai. Orang-orang ini tetap memelihara tradisi mereka, di jalanan maupun di sawah, mereka mudah dikenali dari pakaiannya.

Warna pakaian orang Zhuang adalah biru, hitam dan cokelat. Wantia Zhuang ahli dalam bertenun dan menyulam. Mereka memakai kostum yang unik dan berwarna meriah terutama sewaktu festival- festival, untuk menari dan menyanyi sesuai tradisi.

Orang Yao juga mempunyai pakaian yang lain, mereka ahli betenun, mewarnai dan menyulam. Di waktu dinasti Han (206 BC- AD220), mereka bertenun kain terbuat dari kulit kayu dan mewarnainya dengan biji rerumputan.

Wanita Yao memilki gaya rambut yang berbeda dan mereka terkenal terpanjang di dunia. Rata-rata rambut wanita Yao panjangnya 2.3 meter. Mereka tidak pernah memotong rambut mereka. Melainkan, mereka menggulung rambut mereka dan membalutnya dengan kain seperti turban.  Hebatnya, rambut mereka tetap berwarna hitam dan berkilau berapapun umur wanita itu. Apakah rahasianya?  Rahasianya adalah sejak beberpa generasi wanita Yao menggunakan air nasi yang diragi, yang menghasilkan rambut yang indah menawan.

Bagi orang Yao, rambut panjang mereka adalah harta yang paling berharga, meyakini bahwa rambut panjang melambangkan kemakmuran, panjang umur, kaya dan nasib baik.

Cara membungkus rambut mereka tergantung dari status wanita tersebut:
Seorang wanita yang belum menikah akan membungkus rambut mereka dengan kain hitam.
Seorang wantita yang sudah menikah dan mempunyai anak membungkus rambut mereka seperti turban yang dibuntal didepan.

Dijaman dulu, konon, para isteri keluarga Yao bertanggung jawab mencari nafkah bagi keluarga, jadi mereka harus bekerja keras di sawah, memanggul barang-barang berat di dalam keranjang bambu yang besar yang dipanggul di punggung. Sementara itu para suami bermalas-malasan di rumah main kartu dan minum bir. Begitu malasnya para suami sehingga terkadang seorang isteri harus memanggul suaminya di dalam keranjang bambu itu menapaki ratusan tangga menanjaki persawahan, sementara sang suami minum bir dengan santai di dalam keranjang itu.

Namun, masa kini kita bisa melihat para lelaki bekerja keras untuk mencari nafkah, mereka memberi servis memanggul touris di dalam keranjang bambu di punggungnya dan menanjaki 800-an anak tangga untuk melihat persawahan padi yang indah dari atas.

Desa Ping’an dibangun orang Zhuang di kaki bukit di tengah persawahan Longji yang menawan.
Desa Ping’an memiliki bangunan tua dari kayu yang paling terawat, paling tua dan terbesar dengan gaya etnis Zhuang, lebih dari 5 bangunan berumur lebih dari 100 tahun. Yang paling tua berumur  lebih dari 250 tahun, yang antik dan menawan.

Sepanjang 800 anak tangga kita bisa melihat sawah padi dan tipe tradisionil unik rumah-rumah mereka. Dibuat dari kayu, rumah mereka pada umumnya segi empat dengan tiga tingkat. Lantai atas selalu lebih besar seikit dari lantai bawahnya. Dekorasinya,  jendela dan balok-baloknya sama seperti bentuk bangunan tradisional Cina lainnya.

Salah satu tempat yang sangat terkenal adalah “ Tujuh bintang dengan bulan”. Terbentuk dari tujuh teras sawah kecil dan sebuah teras sawah yang bulat. Ketika teras-teras sawah terisi air di masa musim semi, kita bisa melihat ke tujuh teras kecil itu bersinar seperti bintang mengelilingi bulan.

Memang, penduduk sini sangat imaginatif untuk menamai bentuk-bentuk pemandangan sesuai dengan obyek lain. Kebiasaan ini kita jumpai di banyak tempat lain dengan pemanadang indah di Cina, seperti di Guilin. Tapi itu adalah cerita selanjutnya….





2 komentar: