Kinkaku-ji yang berarti Kuil Paviliun Emas adalah sebuah kuil Zen Budhist yang terletak di kaki bukit Kinugasa yang landai, di Utara Kyoto, Jepang. Kedua lantai atas kuil ini seluruhnya diliputi daun emas. Bayangan kuil yang dihiasi dengan mewah dalam daun emas ini terlefleksi dengan indah di air danau Kyokochi, yang menjadi danau cermin kuil tersebut.
Paviliun
itu yang merupakan bagian dari Kinkaku-ji, taman-taman dan bangunan lainnya,
dikatakan dirancang untuk merealisasikan surga Buddhist di dunia. Pada mulanya
kegunaan Paviliun ini adalah untuk menjadi tempat tinggal Shogun Ashikaga Yoshimitsu
pada masa pensiunnya. Yoshimitsu adalah seorang yang paling berkuasa di masa
Muromachi di Jepang. Dia menciptakan fundasi politik yang solid bagi Muromachi
shougunate dan mengembalikan hubungan baik antara Jepand dan Cina. Paviliun itu
kemudian dijadikan sebuah kuil Zen setelah meninggalnya Yoshimitsu di tahun
1408, dan selanjutnya befungsi sebagai kuil tempat menyimpan relik suci.
Lantai
pertama paviliun ini dibuat dalam gaya istana Jepang dan dulunya digunakan
untuk pertunjukan teater Noh atau drama tari klasik Jepang. Lantai dua dibuat
dalam gaya samurai dan dulunya digunakan sebagai tempat untuk menulis puisi.
Lantai ini dibuat dalam gaya Bukke yang diterapkan dalam tempat tinggal para
samurai. Di dalamnya sekarang diletakkan Kannon Bodhisattva, sebagai dewi
pengasih Kannon membantu orang-orang yang tertekan. Lantai tiga dibuat dalam
gaya Cina kuno dan dulunya dipakai untuk meditasi.
Atapnya
dibuat dari rajutan rumbia berbentuk piramid. Di atas bangunan itu terdapat
ornamen burung Phoenix yang terbuat dari tembaga. Dalam mitologi Jepang, burung
Phoenix membawa kehendak baik ketika ia turun dari awan-awan dan biasanya
diperlihatkan duduk di atas gerbang menuju kuil Shinto. Ornamen ini menghiasi atap
kuil Kinkaku, yang merupakan simbol rumah tangga kerajaan.
Dari
luar, orang bisa melihat lapisan emas yang meliputi lantai-lantai bagian atas
paviliun itu. Lapisan daun emas yang meliputi bangunan lantai atas menandakan
apa yang terletak di dalamnya: altar pemujaan. Bagian luar merupakan refleksi
bagian dalamnya. Elemen-elemen alamiah, kematian, agama digabung bersama guna
menciptakan hubungan antara Paviliun dan pengaruh dari luar.
Kompleks
taman merupakan contoh yang amat baik dari rancangan taman di periode
Muromachi. Periode ini dianggap sebagai masa klasik dari rancangan taman
Jepang. Hubungan antara bangunan dan lingkungannya banyak ditonjolkan di masa
itu. Hal itu merupakan cara untuk mengintegrasikan struktur di dalam taman itu
secara artistik. Rancangan taman
dicirikan oleh pengurangan ukuran, memiliki kegunaan utama, dan tatanan yang menyolok.
Pendekatan minimalis diterapkan dalam rancangan taman, dengan menciptakan lahan
yang lebih luas dengan skala lebih kecil di sekeliling sebuah struktur.
Sumber:
Wikipedia
Arsitektur jepang memang sangat menarik terimakasih infonya... kalau ada waktu silahkan ke tempat saya disini mungkin bisa bermanfaat...
BalasHapusTerimakasih ya...
BalasHapus