Cari Blog Ini

Sabtu, 08 September 2018

Paris, di Latin Quarter


Daerah Latin Quarter terletak di daerah arrondissement 5 dan 6 di Paris. Terletak di tepi kiri sungai Seine, sekitar Sorbonne. Dikenal dengan kehidupan mahasiswa, suasana yang hidup, dan bistro-bistro, Latin quarter adalah tempat berbagai perguruan tinggi di samping universitas Sorbonne.

Meskipun telah beradaptasi dan hilangnya identitas nya yang terdahulu, banyak jalan-jalan di Latin Quarter melingkupi daerah yang dulunya merupakan pusat mahasiswa dan cendikiawan terus menarik perhatian turis-turis dan penduduk Paris.

Namanya didapatkan demikian karena bahasa Latin, yang dulunya banyak dipakai di dalam dan di sekitar Universitas Sorbonne di abad pertengahan, setelah filsuf abad ke 12 Pierre Abélard dan murid-muridnya tinggal di sini. Gereja St Nicolas du Chardonnet, yang terletak di sini, masih menyelenggarakan misa kudus dalam bahasa Latin sehingga sekarang (baca juga artikel ‘Paris, di St Nicolas du Chardonnet’ di blogspot ini).

Mahasiswa masih sering datang ke sini, walaupun tidak lagi berbahasa Latin. Universitas Sorbonne yang termasyur di dunia menerima sekitar 24,000 mahasiswa di 20 departemen yang berfokus pada kesenian, humaniora dan bahasa, terbagi di 12 kampus di Paris. Tujuh kampus terletak di Latin Quarter, termasuk bangunan bersejarah Universitas Sorbonne dan tiga terletak di Marais, Malesherbes and Clignancourt.  Paris Sorbonne juga mencakup CELSA, sekolah komunikasi dan jurnalisme Perancis yang prestigius, yang terletak di daerah suburb Neuilly-sur-Seine.

Riwayat Latin Quarter yang lumpuh karena demonstrasi sudah berlalu setengah abad. Mei 1968 sampai sekarang masih dianggap sebagai pergolakan terbesar yang menimpa masyarakat Perancis modern, dan merombak untuk selamanya bulevard-bulevard 3 jalur di arrondissement 5 di Paris sebagai perwujudan semangat pemberontakan Perancis yang terkenal.

Periode genting saat kerusuhan masal di Paris di saat Mei 1968 digerakan oleh demonstrasi-demonstrasi dan mogok masal dan juga pendudukan universitas-universitas dan pabrik-pabrik di seluruh Perancis. Pada puncak pergolakan itu, pemogokan itu menyebabkan perekonomian Perancis terlihat berhenti.

Pergolakan itu dimulai dengan serangkaian protes pendudukan mahasiswa terhadap kapitalisme, konsumerisme, imperialisme Amerika dan institusi-institusi tradisioanal, nilai-nilai dan peraturan. Protes-protes tersebut memacu pergerakan kesenian, dengan lagu-lagu, coretan dinding yang imajinatif, poster-poster dan slogan-slogan.

Filsuf terkenal Jean-Paul Sartre membangkitkan mahasiswa, perawat, dokter dan guru kedalam hiruk-pikuk protes dari mimbar yang di buat seadanya di bawah pohon oak di bulevard Saint Jacques, para demonstran melempar batu-batu dari belakang barikade di gerbang Sorbonne yang elegan, dan ributnya kerusuhan terdengar hingga Pantheon.

TAMAT




Tidak ada komentar:

Posting Komentar