Cari Blog Ini

Rabu, 03 Oktober 2018

Beijing, di Forbidden City


Dari luar, Forbidden City tidaklah tampak mengaggumkan, ia kelihatan seperti benteng atau penjara karena tembok tinggi merah yang mengelilinginya. Sebenarnya, di masa lalu memang tembok itu berfungsi untuk melindungi kaisar dari dunia luar, atau dalam halnya Pu Yi, Kaisar Terakhir, tembok itu mengasingkan atau memenjarakan dia di Forbidden City (baca juga blog sebelumnya tentang Pu Yi).

Masuk ke dalam, alamak seperti di dunia yang sangat berbeda, bangsal-bangsal besar, lapangan-lapangan besar, gapura-gapura besar,  ruangan yang luas, terlalu luas bagi istana atau penjara seorang kaisar. Ada berbagai bangsal-bangsal yang dihubungkan dengan bangsal lain oleh tangga- tangga, gapura-gapura, jembatan-jembatan dan lapangan-lapangan. Kota ini adalah contoh yang mengagumkan akan perencanaan yang dilakukan dalam skala besar namun seimbang, harmonis, anggun dan cantik.

Orang-orang Tiongkok percaya akan pentingnya keterpaduan antara jagad raya, kemanusian dan alam. Forbidden City diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut mengenai kebijakan, harmoni, keseimbangan dan stabilitas. Semua prinsip ini mewakili esensi dan intisari pemikiran Konghucu.

Rancangan dan tata ruang Forbidden City mengikuti prinsip keteraturan kosmis yang idea dalam ideologi Konghucu mempetimbangkan bangunan ini sebagai tempat untuk upacara, ritus agama dan ruang hidup. Tata ruangnya mempertimbangkan segala aktifitas di dalam kota ini dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan status sosial dan hubungan kekeluargaan dari para tamu dan penghuninya.

Adegan kolosal yang tak terlupakan dari filem “The Last Emperor” dari Bernardo Bertolucci, upacara penobatan Kaisar Pu Yi yang berumur 3 tahun, diselenggarakan di Hall of Supreme Harmony. Setelah segel kerajaan di cetak di surat penobatannya, mengenakan jubah kecil kuning kerajaan dengan gambar naga, Pu Yi keluar dari bangsal itu dan melihat kepada masyarakat ramai di lapangan di bawahnya.  Ribuan pegawai pemerintah dan nelayan kerajaan berbaris sesuai pangkatnya di lapangan ini dan  sekitarnya. Mengikuti ritme nyanyian dan perintah, mereka semua menyembah kowtow kepda kaisar baru dengan bersujud berulang kali.

The Hall of Supreme Harmony, tempat dimana penobatan Puyi dan upacara-upcara besar lainnya diselenggarakan, adalah bangunan yang tertinggi dan terbesar di Forbidden City. Di belakangnya ada Hall of Central Harmony, yang lebih kecil yang pernah menjadi tempat sebagai ruang tunggu bagi kaisar yang disiapkan untuk menyelenggarakan upcara atau untuk penobatannya yang akan diselenggarakan di Hall of Supreme Harmony. Di belakang bangsal ini terletak Hall of Preserving Harmony, yang biasanya juga digunakan untuk acara-acara resmi, dan tempat para murid menyelesaikan berbagai pelajaran dan ujian di masa dinasti Qing.

Jalan terus ke muka dari Hall of Preserving Harmony dan melalui Gate of Heavenly Purity, maka anda akan masuk ke lapangan dalam. Lapangan dalam ini dulunya tempat tinggal keluarga kerajaan dan tidak terbuka bagi pejabat maupun penduduk biasa saat itu.

Ketiga istana yang paling penting terletak di lapangan dalam, namanya Palace of Heavenly Purity, The Hall of Union dan The Palace of Earthly Tranquility.

The Palace of Heavenly Purity dibangun sebagai tempat tinggal utama bagi kaisar, di mana kaisar tidur dan bekerja. Sejak pemerintahan kaisar Yongzheng, istana ini bukan lagi tempat tinggal kaisar. Hall of Mental Culvitation di dekatnya mengambil alih fungsi ini. Namun, tempat ini masih dipakai oleh kaisar untuk menyelenggarakn urusan pemerintahan yang rutin dan merayakan festival-festival besar dan upacara keagamaan.

Hall of Union, melambangkan perpaduan antara surga dan bumi yang membawa perdamaian. Istana ini adalah tempat tinggal Permaisuri, dan ia menyelenggarakan upacara-upacara di sni buat festival-festival besar dan perayaan untuk menerima penghormatan.  Sejak pemerintahan kaisar Qianlong, ruangan ini dipakai untuk menyimpan 25 segel kerajaan, setiap segel dibuat untuk kebutuhan tertentu. Segel-segel ini disimpan dalam kotak-kotak yang ditutupi dengan sutra damask sebagaimana dulu kala.

The Palace of Earthly Tranquility, dengan tembok-tembok bercat merah, lampion-lampion indah dan banyak huruh Tiongkok ‘Xi’ (sukacita), kamar tidur pengantin memperlihatkan kesenangan di seluruh tempat. Baik tirai tempat tidur maupun selimutnya disulami dengan gambar dari seratus anak-anak yang lincah dengan berbagai ekspresi, menyampaikan harapan agar kedua mempelai bisa mendapatkan banyak anak-anak. Kaisar dan permaisurinya biasanya tiggal di sini selama beberapa malam setelah pernikahan mereka.

TAMAT







Tidak ada komentar:

Posting Komentar