Cari Blog Ini

Minggu, 26 Juli 2020

Bangkok, di Wat Arun


Banyak candi-candi dan monumen terkenal di Bangkok  terletak di tepi sungai Chao Phraya yang mengalir melalui kota ini dan jalan terbaik untuk mengunjungi tempat-tempat ini adalah dengan kapal atau sampan bermotor. Kapal-kapal ini menawarkan alternatif yang menyegarkan terhadap lalulintas Bangkok yang terkenal kemacetannya.

Wat Arun, atau Temple of Dawn (Candi Matahari Terbit), adalah sebuah candi Buddhis (wat) yang paling terkenal di sepanjang tepi sungai Chao Phraya. Semula saya mengacaukan nama Temple of Dawn dengan ‘Temple of Doom’ filemnya Indiana Jones. Sebenarnya candi ini dinamai Temple of Dawn karena cahaya matahari yang muncul pertama kali di pagi hari akan mencerminkan candi itu di permukaan sungai Chao Phraya yang memberikan panorama yang indah seperti di filem. Juga, nama Temple of Dawn diambil dari nama dewa Hindu Aruna, penggiring Surya, matahari. ‘Arun’ dalam Bahasa Sansekerta berarti sinar dari matahari terbit, jadi Arun sering kali dipersonafikasi sebagai sinar matahari terbit dan menjadi simbol dari Fajar.

Ketika perperangan dengan tentara Burma dan Tiongkok di tahun 1760-an Kerajaan Ayutthaya hancur berantakan. Salah satu jenderal Siam yang berperang, Phya Taksin, memandang reruntuhan candi Wat Makok di saat matahari terbit dari sungai Chao Phraya dan bersumpah akan membangun kembali candi itu setelah perang berakhir.

Jenderal Phya Taksin memimpin pembebasan Siam dari pendudukan Burma di tahun 1767, dan kemudian menyatukan Siam ketika ia jatuh ke tangan beberapa komandan perang. Sebagai raja Siam, dia lalu menetapkan kota Thonburi sebagai ibu kota baru di dekat candi Wat Makok, karena kota Ayutthaya sudah hancur lebur dirusak oleh penyerbu. Dia membangun kembali Wat Makok dan menamakannya Wat Jaeng, Temple of Dawn. Candi ini sangat dihormati, dan untuk suatu saat menyimpan relik Buddhis yang paling agung,  Emerald Buddha.

Phya Taksin kemudian ditumbangkan dan dibunuh di dalam sebuah pemberontakan oleh seorang sahabat lama Maha Ksatriyaseuk yang kemudian dinobatkan sebagai Raja Pama I, pendiri kerajaan Rattanakosin dan dinasti Chakri, yang sejak saat itu berkuasa di Thailand.

Rama II memperbaiki candi Wat Jaeng yang telah ditinggalkan sejak Phya Taksin ditumbangkan. Dia menjalankan sebuah proyek pembangunan yang ambisius yang meninggikan pagoda utama dan merancang kembali penampilan candi itu.  Dia juga menamakannya Wat Arun, mempertahankan tema Fajar tapi menghubungkannya dengan India, asal muasal Buddisme. Pembangunan yang dimulai oleh Rama II diselesaikan oleh Rama III di sekitar tahun 1857. Ini adalah candi yang kita lihat saat ini, menjulang ke atas langit Bangkok sebagai salah satu bangunan yang paling ikonik di Thailand.

Mempertahankan gaya arsitektur Thai saat itu, Wat Arun penuh dengan ornamen. Pagoda yang besar di tengah, disebut Prang, sebuah pagoda berbentuk stupa, diilhami oleh tradisi arsitektur Khmer. Prang utama itu tingginya sekitar 80 meter, diliputi dengan kulit kerang laut  dan porselen berwarna. Prang ini dianggap sebagai Prang yang paling tinggi di Thailand dan dikelilingi oleh empat Prang kecil. Setiap sudut candi ini memiliki patung-patung dewa pelindung di ke empat arah mata-angin. Pengelompokan ke lima Prang ini mewakili Gunung Meru, gunung utama di dalam kosmologi Buddhis, berdasarkan kosmologi Hindu sebagai tempat tinggal para dewa dan pusat dunia fisik dan spiritual.

TAMAT

Sumber:
Wikipedia






Tidak ada komentar:

Posting Komentar