Cari Blog Ini

Jumat, 10 Desember 2021

Tibet, di Vihara Drepung

 

Sekitar 8 km sebelah barat Lhasa, kita dapat menemukan vihara Drepung yang terletak di lereng Gunung Gephel. Di sekitar vihara ini kita akan melihat banyak rumah dan bangunan berdinding dan beratap putih bertebaran di sepanjang bukit. Karena itu vihara ini juga disebut vihara “tumpukan padi”. 

Dalam perjalanan menuju vihara kita dapat melihat lukisan batu besar di atas bukit yang seperti menggambarkan seorang dewa. Ini adalah lukisan Tsong Kha Pa, pendiri aliran pemikiran Gelug. Dalam tradisi ini, risalah klasik India dipelajari dengan sangat rinci dengan menggunakan metode dialektis. 

Vihara Drepung didirikan pada tahun 1416 oleh Jamyang Choge Tashi Palden, salah satu murid utama Tsong Kha Pa dan juga dikenal sebagai Dalai Lama kedua. Drepung adalah vihara terbesar di dunia, dan menampung sekitar 7.700 biksu di masa kejayaannya. Secara historis, Drepung pernah menjadi pusat kekuasaan politik dan agama di Tibet, sebelum Istana Potala dibangun, sebagian disebabkan karena Drepung adalah pusat utama sekolah Gelug. Pada tahun 1530, Dalai Lama kedua membangun istananya di sini, yang dikenal sebagai Istana Ganden, yang digunakan sampai Istana Potala dibangun.

Kompleks vihara Drepung adalah besar, dan jika kita ingin mengunjungi semua bangunan utama, akan memakan waktu seharian. Sebagian besar pengunjung memilih bangunan yang paling penting, seperti Aula Pertemuan Utama, Istana Ganden dan beberapa kapel di dekatnya. 

Aula Pertemuan Utama (Tsogchen) adalah struktur terbesar di kompleks dan paling mengesankan. Aula Pertemuan Utama ini adalah bangunan 3 lantai dengan teras besar yang menghadap ke kota Lhasa dan lembah. Patung utama di sana adalah Buddha Maitreya (Masa Depan) setinggi 3 lantai. Selain itu, ada patung Shakyamuni Buddha (Siddhārtha Gautama), Tsong Kha Pa, Dalai Lama ke-13 dan para pelindung di kapel- kapel. 

Baris tengah Aula Pertemuan Utama berisi stupa suci untuk Dalai Lama ke-3; bagian utara berisi stupa suci untuk Dalai Lama ke-4; dan yang selatan berisi stupa suci untuk Chilai Gyamco. 

TAMAT:

 Sumber:

http://www.china.org.cn/english/travel/58181.htm





Minggu, 21 November 2021

Roma, di Castel Sant’Angelo

 

Dalam perjalanan menuju Vatican, kami melihat sebuah bangunan bulat besar yang menyerupai kue tart coklat, di tepi sungai Tiber. Bangunan ini adalah Castel Sant’Angelo, yang juga dijuluki ‘Kue Perkawinan’ oleh penduduk lokal karena bentuknya yang menyerupai kue. Sekarang bangunan ini berfungsi sebagai museum dan memiliki sejarah panjang yang bermula dari jaman Roma kuno. Mula-mula bangunan ini adalah kuburan dari Kaisar Hadrian di tahun 138, lalu menjadi benteng pertahanan di tahun 401, dan lalu berfungsi juga sebagai penjara selama berabad-abad. Di antara narapidananya ada pematung Benvenuto Cellini yang dituduh atas kejahatan sodomi; filsuf Giordano Bruno, yang dihukum mati karna murtad terhadap gereja; Giuseppe Balsamo, dikenal sebagai dukun palsu; Beatrice Cenci, wanita terhormat yang dihukum mati atas tuduhan membunuh ayahnya yang kasar. Penjara ini juga menjadi panggung drama untuk lakon ketiga dari opera Tosca karya Giacomo Puccini. Dalam lakon tragis ini, Tosca, yang hancur hati atas kematian kekasihnya, melompat dari dinding penjara menuju kematian untuk menghindari penangkapan oleh musuhnya. 

Di puncak bangunan ini kita bisa melihat patung malaikat yang menggenggam pedang tapi bukan dengan posisi menantang, melainkan malaikat ini digambarkan menurunkan pedangnya untuk disarungkan kembali. Mengapa demikian? Menurut legenda, di akhir abad ke 6, ada pandemi yang sangat dahsyat yang melanda daerah ini, ribuan orang sakit dan mayat-mayat bertumpuk di jalanan. Penyakit ini merambat ke Utara sampai ke Denmark dan ke Barat ke Irlandia, lalu ke Afrika, Timur Tengah dan Asia Kecil. 

Paus Gregory lalu memimpin prosesi melalui kota ini, berdoa ke Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang yang masih hidup.  Menatap ke kuburan tua Kaisar Hadrian, yang sudah lama jatuh tak terpakai dan runtuh, Paus Gregory mendapat penglihatan akan sebentuk bersinar di atas kuburan besar itu. Ia adalah Malaikat Michael, dengan sayapnya yang melebar, bersinar terang memegang pedang berdarah yang lalu diturunkan memasukkannya ke dalam sarungnya kembali. Paus melihat penampakan ini sebagai tanda akan berakhirnya pandemi yang meraja lela selama 50 tahun. Dan memanglah setelah penampakan ini, pandemi berakhir, sehingga bangunan itu dinamai Castel Sant Angelo – Istana Malaikat Kudus. Patung tembaga Malaikat Michael yang berdiri sekarang di puncak bangunan ini diciptakan di tahun 1748 oleh Peter Anton von Verschaffelt, pematung Flemish, untuk menggantikan patung marmer yang sudah rusak dimakan waktu.

 

Photo: Wikimedia


Castel Sant’Angelo lambat laun berubah menjadi benteng dan di tahun 1277 diambil alih oleh Tahta Suci. Paus-Paus menggunakan tempat ini sebagai pelarian di dalam struktur benteng ini dalam keadaan bahaya. Keadaan di dalam benteng ini mungkin kurang nyaman, sehingga Paus Paulus III menghias banyak ruangan di sini dengan fresko-fresko yang indah, sebagian besar dikerjakan oleh Perino del Vaga. Ruangan yang paling indah tentunya adalah Sala Paolina, yang dinding dan langit-langitnya dihias dengan mewah. Di awal abad ke 14, tepat ini menjadi kediaman musim panas bagi Paus. Di tahun 1901 bangunan ini diubah menjadi sebuah museum nasional, dengan nama Museo Nazionale di Castel Sant’Angelo.

 

TAMAT

 Sumber:

https://www.romawonder.com/castel-santangelo-facts-history/

https://corvinus.nl/2016/06/01/rome-castel-santangelo/





Jumat, 05 November 2021

Roma, di Spanish Steps

 

Berjalan kaki sekitar 1 km dari Fontana di Trevi, kita akan menjumpai Spanish Steps (Tangga Spanyol). Berjalan kaki hanya sekitar 15 menit, namun di tempat ini, kita bisa menjumpai banyak bangunan-bangunan menarik di setiap sudut, jadi perjalanan bisa lebih lama kalau anda juga ingin melihat-lihat. 

Tangga besar Spanish Steps ini berawal dari Piazza di Spagna (Lapangan Spanyol) naik menuju ke gereja Trinità dei Monti. Dengan 135 anak tangga, dibangun di tahun 1725 dan dirancang oleh Alessandro Specki dan Francesco De Santis, adalah tempat favorit bagi turis untuk duduk, rileks dan menikmati pemandangan Piazza di Spagna di bawah. Piazza di Spagna sendiri adalah lokasi kedutaan Spanyol untuk Vatican di abad ke 17. Jadi nama Spanyol di teruskan menjadi nama lapangan dan tangga ini juga. 

Ketika saya menaiki Spanish Steps di sebuah siang di musim semi, dalam sementara waktu saya teringat lagu “Credo” dari kelompok rock Refugee: 

              Aku percaya akan jeda yang teratur

Seperti sebuah liburan di Roma

Dan aku kerap berhenti untuk udara

Ketika aku menaiki Tangga Spanyol


Memang saya kerap berhenti untuk udara, dan mendekati puncak tangga itu saya juga berhenti dan melihat ke bawah ke Piazza di Spagna. Lapangan ini adalah sebuah tempat penting yang menghubungkan ke tempat-tempat bersejarah di kota ini dan tempat nongkrong terkenal bagi penduduk lokal maupun asing. Banyak jalan-jalan Roma yang paling ikonik bercabang dari lapangan ini, seperti Via del Condotti, Via del Babuino, Via della Propaganda dan Via Sistina. 

Di tengah lapangan itu terdapat Fontana della Barcaccia, air mancur yang menampilkan sebuah kapal yang setengah tenggelam. Patung batu ini dirancang oleh Pietro Bernini, ayah dari Gian Lorenzo Bernini. Nama Fontana della Barcaccia berarti “Air Mancur Kapal Tua” karena bentuknya seperti kapal tenggelam berdasarkan sebuah legenda rakyat. Menurut legenda ini, ketika sungai Tiber meluap di tahun 1598, banjir membawa sebuah kapal kecil ke Piazza di Spagna. Ketika air surut, kapal itu terdampar di tengah lapangan ini, dan menjadi inspirasi bagi kreasi Bernini.

 

TAMAT







Minggu, 03 Oktober 2021

Wawancara dengan Martin

 

Photo: Wikimedia

Saya dengan senang hati mengunjungi gubuknya Martin, yang sering disebut sebagai “die Hütte", di Todtnauberg, di pinggir Black Forest, di  Jerman bagian Selatan. Dia menganggap pengasingan yang disediakan oleh hutan ini sebagai lingkungan terbaik untuk mendalami pemikiran filosofisnya, dan inilah tempat dia menulis bukunya yang paling terkenal ‘Being and Time” (Keberadaan dan Waktu). 

Gubuk ini kecil saja, 6 meter kali tujuh, dengan langit-langit yang menggantung rendah mencakupi tiga ruangan: dapur, yang juga ruang tempat tinggal, kamar tidur dan ruangan kerja. Tersebar dengan jarak yang lebar di sepanjang dasar lembah yang sempit dan di lereng yang sama curamnya di seberangnya, terdapat rumah-rumah petani dengan atap besar menggantung. Di tempat yang lebih tinggi lereng padang rumput mengarah ke hutan dengan pohon cemara yang gelap, tua dan menjulang… Ini adalah dunia kerjanya.

 Hari itu ia mendaki gunung, lalu turun dengan ski, dia adalah pendaki gunung yang rutin dan pemain ski yang ulung. Saya menyalaminya di muka pintu gubuk profesor yang pendek dan gempal ini dengan mata warna gelap yang tajam, mukanya memerah karna matahari. Kami duduk di dekat maja kopi, siap untuk mendiskusikan ‘Being and Time’.

 

Aku berkata:

“Menurut Platon, kebenaran ditentukan oleh bagaimana hal ini berhubungan dengan dunia dan apakah hal ini secara akurat sesuai dengan dunia itu, keyakinan yang benar dan pernyataan yang benar sesuai dengan fakta. Apa kebenaran menurut anda?”

 

 Martin, berbicara perlahan dan terarah:

“Bagi Platon, dan mereka yang mengikuti, kebenaran berarti ketepatan faktual, korespondensi antara pengetahuan, penilaian, dan objek. Pandangan kebenaran ini menyiratkan bahwa pengalaman kebenaran terstruktur dalam kaitannya dengan hubungan antara subjek dan objek. Ada perbedaan esensial antara memandang kebenaran ketepatan faktual, dan kebenaran sebagai ke-takterselubungan, Aletheia. Kebenaran sebagai ketepatan faktual telah mengabaikan pengalaman kebenaran sebagai celah yang membiarkan ke-takterselubungan muncul. Dalam ke-takterselubungan, kebenaran tidak saja, kebenaran tidak hanya terletak dalam penilaian, tetapi dalam mengadanya manusia itu sendiri.  Untuk mengambil hal-hal nyata dari yang terselubung menjadi yang takterselubung, Aletheia, membutuhkan 'cahaya' tertentu. Cahaya ini adalah hal mengada (Dasein) itu sendiri, mengada di dunia. Karena sikap terbuka Dasein, yang melibatkan keterlibatan dengan dunia secara keseluruhan, ia mampu menyingkapkan keterselubungan, membuka dunianya sendiri.”

 

 Aku berkata:

 “Anda diberitakan mengamati lukisan Sepasang Sepatudari Van Gogh di suatu pameran lukisan di Amsterdam dan anda terkesan dengan lukisan itu. Ceritakan bagaimana kesan anda akan lukisan itu.”


Photo: Wikimedia

Martin, tersenyum:

“Selama kita hanya membayangkan sepasang sepatu secara umum, atau hanya melihat sepasang sepatu kosong  yang tidak terpakai sebagai sepatu yang hanya tampil dalam lukisan, kita tidak akan pernah menemukan apa sebenarnya keberadaan dari perlengkapan itu sebenarnya. Dari lukisan Van Gogh kita bahkan tidak tahu di mana posisi sepatu ini. Tidak ada apa pun di sekitar sepatu petani ini atau di mana sepatu mungkin berada - hanya ruang yang tidak tertentu. Bahkan tidak ada gumpalan tanah dari ladang atau jalanan ladang yang menempel pada sepatu itu, yang setidaknya akan mengisyaratkan penggunaannya. Sepasang sepatu petani dan tidak lebih dari itu. Namun… 

Dari bukaan gelap bagian dalam sepatu yang sudah usang, tapak pekerja yang kelelahkan itu menatap ke muka. Dalam kekakuan dan keusangan sepatu yang memberatkan itu, ada ketekunan yang terkumpul dari perjalanan petani wanita yang lamban melalui alur-alur ladang yang tersebar luas dan senantiasa seragam disapu angin kencang. Di kulit sepatu terdapat kelembapan dan kesuburan tanah. Di bawah sol sepatu meluncur kesepian alur-alur ladang di saat malam tiba. Dalam sepasang sepatu bergetar panggilan sunyi bumi,  hadiah terselubungnya biji-biji gandum yang matang dan penolakan diri yang tak terjelaskan dalam kegetiran hampa ladang yang dingin.”

 

Aku berkata:

“Pandangan anda tentang lukisan sepatu tua yang usang ini sangat menarik, hal ini menyingkapkan wujud sepatu dan dunia petani wanita itu kepada kami. Lukisan itu memberi tahu kita apa sebenarnya sepatu itu, dan itu tidak terlepas dari entitas-entitas di dunia, termasuk yang menyingkapkan keterselubungan entitas itu dan juga diri sendiri, Dasein. Menurut buku anda “Being and Time” hal ini adalah Dasein otentik, Being-in-the world , Keberadaan di dunia, yang otentik, sebagai pemahaman Dasein tentang kebenaran.

 

Martin:

“Ke-takterselubungan dapat terjadi secara otentik, tanpa serangkaian sifat yang diwariskan. Entitas pada awalnya berwujud tetapi tetap terselubung dalam hal yang paling otentik dirinya. Keotentikan sebaliknya, terdiri dari pembelajaran Dasein untuk “mengungkap dunia dengan caranya sendiri… menyingkapkan dunia adalah… selalu dicapai sebagai pembersihan dari keterselubungan dan ketidakjelasan, sebagai pemutus penyamaran yang dengannya Dasein menghadang jalannya sendiri.”

 

Saya berkata:

“Anda selanjutnya menjelaskan bahwa Dasein otentik berarti menjadi dirinya sendiri, bukan orang lain, Dasein yang tidak tunduk pada pernyataan massa, publik, yang anda sebut sebagai 'das Man', atau 'mereka'. Dasein otentik tidak memilih untuk mengikuti selera, minat, mode, budaya pop yang dijadikan barang konsumsi. Dasein otentik dengan demikian menentang Dasein publik yang tidak autentik, yang merupakan Dasein ketika tunduk pada kendali ‘bukan-diri-sendiri’, publik, 'mereka', das Man. Dasein otentik memilih kemungkinannya sendiri dan bertindak berdasarkan kemungkinan itu, menutup kuping terhadap suara das Man dan dengannya pemahaman publik tentang dunia.”

 

Martin:

“Ya, Dasein adalah otentik dirinya sendiri hanya sejauh, sebagai Keberadaan yang peduli, Keberadaan yang mendampingi,  Keberadaan bersama dan Keberadaan bersama yang prihatin, ia memproyeksikan dirinya pada potensi-untuk-Keberadaan-nya yang paling pribadi, dan bukannya terhadap kemungkinan das Man. Menjadi otentik membutuhkan proses penegasan diri dan pembebasan diri dari godaan pemahaman yang tidak otentik. Dalam keadaan normal, secara hidup sehari-hari di dunia, Dasein di bawah dominasi pemahaman yang tidak autentik. Dasein memiliki kecenderungan untuk tenggelam dalam kegundahan dan kemungkinan yang ditampilkan dunia sebagai berharga. 

Das Man menghibur Dasein dengan menyembunyikan kebenaran darinya, tindakan yang Dasein terlibat. Hasilnya, Dasein tersebut dalam kesehariannya dibebaskan dari beban oleh das Man. Tidak hanya itu; dengan membebaskannya dari beban Keberadaannya, das Man terus melibatkan Dasein dengan jika Dasein memiliki kecenderungan untuk mudah menyerap segala sesuatu dan membuatnya mudah. Dan karena das Man terus-menerus melibatkan Dasein tersebut dengan membebaskan beban dari Keberadaannya, das Man mempertahankan dan meningkatkan dominasinya yang merongrong.  Ketidak -otentikan adalah cara hidup yang ‘menenangkan’.

 

Aku berkata:

“Apa yang anda maksud dengan Ketidak-otentikan sebagai cara hidup yang ‘menenangkan’?

 

Martin:

“Dalam menggunakan sarana transportasi umum dan menggunakan layanan informasi seperti koran, setiap  Orang Lain adalah seperti yang berikut. . . . Kita menikmati dan menyenangkan diri kita sendiri sebagaimana Mereka, de Man, menikmatinya; kita membaca, melihat, dan menilai tentang sastra dan seni sebagaimana yang Mereka lihat dan nilai; dan juga kita menyusut kembali dari 'massa besar' saat mereka menyusut kembali; kami menemukan apa yang 'mengejutkan' ketika menurut Mereka mengejutkan.”

 

Saya berkata:

“Dalam 'The Question Concerning Technology' anda memandang teknologi secara negatif. Teknologi, terlepas dari kontribusinya bagi umat manusia di era modern ini, anda gambarkan sebagai ancaman utama bagi Dasein yang otentik.”

 

Martin:

“Kehadiran teknologi mengancam pengungkapan, mengancamnya dengan kemungkinan bahwa semua pengungkapan akan dikonsumsi secara sistematis dan bahwa segala sesuatu akan memunculkan diri hanya dalam ke-takterselubungan sumber daya yang tersedia. Aktivitas manusia tidak pernah bisa langsung melawan bahaya ini. Prestasi manusia sendiri tidak akan pernah bisa menghapuskannya. Tetapi refleksi manusia dapat merenungkan fakta bahwa semua kekuatan penyelamat harus memiliki esensi yang lebih tinggi daripada yang terancam punah, meskipun pada saat yang sama menyerupainya.”

 

Saya berkata:

“Dalam hal apa teknologi berbahaya bagi keberadaan manusia?”

 

Martin:

“Zaman modern kita saat ini adalah zaman teknologi yang memanifestasikan cara tertentu dalam memahami dan menafsirkan dunia, permesinan, seperti halnya das Man memanifestasikan pemahaman publik tentang dunia. 

Permesinan, sebagai mode pemahaman teknologi, adalah suatu "goyangan keberadaan”. Permesinan memperluas goyangannya sebagai kekuatan yang mengancam. Dengan memperoleh kekuasaan, kekuatan yang mengancam ini berkembang sebagai kemampuan penaklukan yang segera dapat meledak dan selalu dapat berubah kemampuan untuk menaklukkan. ... Sejauh di zaman permesinan yang diberdayakan dengan kekuatan mengancam yang tak terbatas, manusia juga mencengkeram dirinya sebagai hewan makhluk hidup, satu-satunya hal yang tersisa bagi manusia itu sendiri. . . adalah penampakan pernyataan diri di hadapan makhluk-makhluk. 

Tetapi 'zaman teknologi' jauh lebih dari sekadar kendali atau perbudakan manusia oleh teknologi. Pemahaman yang dominan tentang realitas di zaman teknologi sebagian besar dicakup oleh istilah 'keterberhitungan,' yang berarti bahwa segala sesuatu yang nyata dipahami dalam istilah satuan tertentu, dapat dihitung, dapat diatur, dari apa yang dapat diproduksi atau digunakan untuk produksi. 

Permesinan memelihara lebih dahulu perhitungan yang sepenuhnya dapat diawasi demi menaklukkan memberdayakan makhluk menuju aturan yang dapat dijelajahi. Permesinan memelihara lebih dulu pemahaman tertentu tentang makhluk-makhluk sehingga mereka dapat dijelajahi karena dapat dihitung. Penjelajahan ke makhluk-makhluk ditentukan oleh perhitungan; untuk memahami arti makhluk-makhluk , seseorang harus dapat memahaminya dengan cara yang dapat dihitung. Realitas diatur, dipesan, sesuatu dihitung dan digabungkan dari bagian-bagian.

 Apa yang dapat berada, menurut zaman teknologi, harus dapat dihitung; dunia dipahami sebagai yang dapat dihitung, target dan tujuan dipahami dalam hal perhitungan dan produktivitas, yaitu, sebagai entitas tertentu yang terdiri dari kekuatan potensial yang dapat dikendalikan demi tujuan.

 

Saya berkata:

“Dengan berbicara begitu, seandainya ada yang bisa dilakukan, apakah yang bisa dilakukan seseorang?

  

Martin:

“Di mana pun manusia membuka mata dan telinganya, membuka hatinya, dan menyerahkan dirinya untuk merenung dan berjuang, membentuk dan bekerja, memohon dan berterima kasih, dia menemukan dirinya di mana-mana sudah dibawa ke dalam yang takterselubung.

 Sikap yang tepat manusia adalah memperlambat, menarik napas, dan mengamati dunia sekitar. Manusia selalu berada di dunia yang penuh dengan makna yang datang dari luar dirinya, dan langkah terpenting untuk menyadarinya, dengan menjauh dari kesibukan modern dan membiarkan dunia itu sendiri menampilkan dirinya apa adanya, tanpa mencoba untuk menguasainya. ”

 

Saya berkata:

“Dalam ‘The Origin of the Work of Art’ anda mengatakan bahwa hakikat seni adalah puisi dan hakikat puisi, sebagai gantinya, adalah pendirian kebenaran. Sebuah karya seni memiliki kemampuan untuk mendirikan dunia. Dunia adalah keterbukaan yang membuka diri dari jalan-jalan lebar keputusan sederhana dan penting dalam takdir manusia bersejarah. Seni menciptakan makna dengan membiarkan kebenaran muncul, yang dengannya Keberadaan menjadi dapat dipahami. Makna sebuah karya seni tidak dapat dipisahkan dari percakapan yang digagas dan dikehendaki senimannya.  

Bisakah Anda menjelaskan hal ini. ”

 

Martin:

“Puisi, sebagai penampakan yang mencerahkan, yang terungkap dari keterselubungan dan menunju ke depan ke dalam gambaran sosok itu, adalah keterbukaan yang dijadikan oleh puisi, dan memang sedemikian rupa sehingga hanya sekarang, di tengah-tengah makhluk-makhluk, keterbukaan membawa makhluk-makhluk menuju terang dan nyaring.

 Saya ingin mengutip puisi 'Autumn' (Musim Gugur) dari Friedrich Hölderlin:

 

Kilau alam lebih mengungkapkan,

Dimana dengan banyak kegembiraan hari akan berakhir,

Ini adalah tahun yang melengkapi dirinya dengan kemegahan,

Dimana buah datang bersama dengan pancaran sinar.

 

Dengan demikian, bola bumi dihiasi, dan jarang terjadi keributan

Suara lewat ladang terbuka, matahari menghangat

Pada hari musim gugur yang lembut, ladang terbentang

Sebagai pemandangan yang sangat luas, angin sepoi-sepoi bertiup

 

Melalui dahan dan cabang, bergemerisik dengan senang hati,

Ketika sudah menuju kekosongan yang ladang-ladang memberi jalan.

Makna utuh dari gambaran yang cerah ini tetap hidup

Sebagai gambaran, kemegahan keemasan melayang di mana-mana

 

Puisi Hölderlin ini mampu menyadarkan kita yang 'mencengangkan' dan ke keajaiban yang 'luar biasa' dalam 'yang biasa'. Kita memikirkan gambaran dataran yang megah. Namun dataran belum menjadi alam itu sendiri, 'ada' (sein) bukanlah 'Keberadaan' (Dasein) itu sendiri. Alam memungkinkan memancarkan semua yang dimiliki daratan. Dalam tampilan daratan, yang dianugerahkan oleh alam, kilauan alam lebih mengungkapkan, katakanlah, esensi ilahi. “

 

TAMAT:

Ini adalah wawancara imajiner mengenang Martin Heidegger.

 

Sumber-sumber:

 

Derek R. O’Connell- Heidegger’s Authenticity

https://core.ac.uk/download/pdf/158301888.pdf

 

MJ Geertsema - Heidegger’s onto-poetology: the poetic projection of Being

https://www.e-publicacoes.uerj.br › download

 

https://en.wikipedia.org/wiki/Martin_Heidegger








Roma, di Fontana di Trevi

 

Kemana saja kita pergi, monumen-monumen megah biasanya terdapat di lapangan luas yang terkenal untuk menonjolkan keberadaan yang megah dan keutamaan monumen itu. Kita bisa dengan mudah menavigasi keberadaan monumen karena lokasinya pastilah umum diketahui dan kita bisa melihat lokasi itu dari kejauhan.  Tapi monumen yang akan kita kunjungi ini berbeda, monumen ini terjebak di lapangan sempit yang dikelilingi bangunan-bangunan, restoran-restoran dan toko-toko di tengah kota. Banyak jalanan menuju ke tempat ini, jalan-jalan kecil yang melalui bangunan-bangunan kuno, restoran-restoran dan toko-toko. Di kelilingi bangunan-bangunan, ketika kita berjalan kita tidak bisa melihat apa yang di muka dari kejauhan. Sehingga, datang dari via del Lavatore, ketika belok di tikungan, monumen ini tiba-tiba muncul di depan mata kita dengan keagungannya, dengan suara air terjun yang khas. Patung-patung dari tokoh-tokoh mitologi Yunani kuno mencolok dari kolam air mancur, menampilkan drama di air yang hijau.  Orang-orang berkerumun di pinggir kolam, dan mencoba mengartikan apa yang ingin diceritakan oleh penampilan ini.

Monumen ini adalah Fontana di Trevi, kolam air mancur megah yang menampilkan Oceanus, Dewa Lautan, personifikasi ilahi dari lautan, berdiri di atas kereta karang untuk menjinakkan air. Kereta karang itu ditarik oleh kuda-kuda bersayap yang dikendalikan oleh dua Triton, salah satu Triton berkutat dengan seekor kuda yang liar, sedang Triton yang lain mengendalikan kuda yang jinak.  Tema “Taming of the Waters” (Penjinakan Air-Air) digambarkan dengan gaya baroque yang agung di punggung Palazzo Poli. Dirancang oleh arsitek Itali Nicola Salvi di tahun 1732 dan diselesaikan oleh by Giuseppe Panini di tahun 1762  sesudah kematian Nicola Salvi, dan didekorasi oleh seniman-seniman dari sekolah Bernini. Tampak depan dan karang-karangnya dibangun menggunakan Travertine, batuan alamiah yang elegan yang dibentuk oleh mata air panas dekat Tivoli.

Di masa Roma kuno, air disembah sebagai zat ilahi dan keberadaan air dalam jumlah besar adalah simbol kemewahan dan karena itu suatu ekspresi kekuasaan. Air Fontana di Trevi disalurkan oleh Aqua Virgo duct, sebuah aqueduct (saluran air) yang semulanya dibangun oleh Marcus Agrippa di tahun 19 BC. Aqueduct berfungsi sebagai penyalur air bersih dari sumber air di dataran tinggi sekitar 13 km jauhnya melalui saluran-saluran di atas arkade-arkade dan di bawah tanah.  Hanya mengandalkan gravitasi aqueduct menyalurkan air cukup untuk hampir semua masyarakat, namun adequate hanya memiliki gradasi kemiringan yang kecil untuk menyalurkannya. Rancangan dan konstruksi untuk membangun aqueduct yang menyalurkan air dengan volume besar dengan jarak yang jauh dan medan yang berbeda-beda menunjukkan kekayaan masyarakat yang membangunnya. Dalam konteks ini, tema “Taming of the Waters” menggambarkan dengan dramatis sang Dewa Lautan Yunani Oceanus yang menjinakkan air-air seperti halnya aqueduct Roma kuno mengatur perjalanan air dan kemampuan masyarakatnya yang mengagumkan untuk mengarahkan dan menguasai air.

Ke sebelas aqueduct di masa Roma kuno mencukpi penyaluran air ke kota untuk lebih dari satu juta penduduk, namun Aqua Virgo duct yang berakhir di Fontana di Trevi merupakan satu-satunya aqueduct yang masih dipakai di masa kini karena sebagian besar salurannya berada di bawah tanah. Saat ini, sebagian besar airnya didaur ulang untuk memelihara lingkungan hidup, namun sumber airnya masih dari Aqua Virgo duct masa dulu.

Di dalam kerumunan pengunjung kita bisa melihat beberapa orang melemparkan koin ke dalam air mancur melalui bahunya. Kebiasaan ini berasal dari ribuan tahun sebelum Masehi, di mana barang-barang berharga dilemparkan ke sumber air untuk menyenangkan dewa-dewa air. Dimasa modern ini, kita masih melakukannya dengan harapan untuk bisa kembali ke Roma. Sekitar 3,000 Euro dilempar ke dalam kolam air mancur ini setiap hari, uangnya dikumpulkan setiap malam dan disumbangkan ke amal yang menolong orang-orang yang kekurangan.

Fontana di Trevi benar-benar kolam air mancur yang dramatis yang menorehkan kenangan indah tentang Roma, sehingga ketika kita meninggalkan Roma saat ini dengan berkata “Arrivederci Roma”, Selamat Tinggal, kita berharap mendengar “Bentornato a Roma”, Selamat Datang Kembali ke Roma”, lain kali………….

 

TAMAT

Sumber:

http://engineeringrome.org/roman-water-displays-as-a-sign-of-status/

https://www.hisour.com/famous-fountains-discover-flow-water-rome-italian-youth-committee-unesco-16424/



Jumat, 13 Agustus 2021

Narita, di Pelabuhan Udara

 

Saya harus mengakui bahwa saya menyukai Pelabuhan Udara, untuk menikmati suasananya, mengamati aristekturnya, melihat orang-orang dan para awak pesawat berjalan bagai di panggung, dekorasinya, toilet yang luas dan bersih, dan tak lupa toko-toko suvenir menarik yang tak bisa didapatkan di kota. 

Jadi saya suka keluar dari hotel agak awal, untuk memberi cukup waktu seandainya ada kemacetan, atau salah naik bus atau kereta, atau salah masuk terminal, dan selain itu saya suka datang awal ke pelabuhan udara. Datang awal memberi kita cukup waktu untuk check-in, mempertimbangkan kadang-kadang antrian sangat Panjang, lalu pergi ke bagian tax refund yang jauh letaknya, lalu menuju ke security yang Panjang, dan pemeriksaan pasport. Tergantung negaranya, security check bisa lamban dan menyebalkan, begitu juga pemeriksaan pasport. Jadi berilah cukup waktu. 

Perjalanan dari kota Tokyo ke Narita adalah sekitar 60 km, kalau kita mengambil kereta api express non-stop, akan memakan waktu sekitar satu jam, perjalanan dari pintu ke pintu antara 90 sampai 120 menit. Banyak stasiun kerete api di Tokyo yang besar-besar, memiliki tata ruang yang membingungkan, petunjuk jalan tidak jelas dan sebagian besar tidak bisa berbahasa Inggeris, jadi sulit sekali menemukan kereta api anda kalau anda tak mengenali stasiun itu. Jadi, pelajarilah lebih dulu tata ruang stasiun itu dari websitenya, dan lebih baik lagi mendatangi tempat itu untuk mempelajarinya sebelum perjalanan anda. 

Seperti halnya penulis perjalanan lainnya, saya sering harus terbang sendirian, saya biasanya datang ke bandara lebih dari dua jam sebelum jadwal penerbangannya. Dengan demikian saya punya banyak waktu untuk jalan-jalan di koridor bandara, menengok disain menakjubkan toko-toko bermerek, mendengar pengumuman bandara dengan suara renyah, melihat berbagai pesawat udara mendarat dan lepas landas. Di Narita tempat pengamatan Terminal 1 dan 2, kita bisa melihat dengan jelas pesawat udara mendarat dan lepas landas, dan dari jendela koridor kita bisa melihat pesawat udara yang parkir dan yang berjalan. 

Bandara adalah juga tempat yang menyenangkan untuk menonton orang-orang, saya pikir semua orang gemar melakukannya, untuk melihat kegirangan di wajah sebagian besar penumpang, penumpang kalem yang tampaknya sering bepergian, penumpang dengan wajah gelisah karena tergesa-gesa, penumpang bulan madu, tapi ada juga wajah-wajah muram.  Di Narita kebanyakan penumpangnya dari kelas menengah atas yang trendi, yang manula berpakaian yang diseterika necis lengkap dengan topi, yang muda lebih hip-hop dan ceria. Saya mengamati sepasang kekasih, yang wanita seperti di awal umur 30an mengenakan busana yang sangat mirip busana butik, sepatu, tas dan rambut yang dicat, sedangkan lelakinya di awal umur 20an mengenakan baju kotak-kotak merah hitam yang dilonggarkan dan celana baggy. Mereka tampak sedang sangat jatuh cinta. 

Kalau anda belum sempat makan sebelum perjalanan ke Narita, bandara ini memiliki banyak restoran dari kelas sedang ke kelas bagus, bermacam makanan Jepang, tempura, yakiniku, tonkatsu, sushi, ramen, dan soba, tapi juga makanan Barat, Tiongkok dan vegetarian. Tak seperti bandara lain, makanan di sini juga tidak terlalu lebih mahal dari di kota Tokyo. Kalau anda tergesa-gesa cobalah mi ramen, anda akan merasa cukup kenyang dan punya lebih banyak waktu untuk keloyongan. Di salah satu toko ramen saya melihat seorang gadis dengan tas punggung Teddy Bear, makan ramennya dengan pikiran melayang, tampaknya ia meninggalkan seseorang di Tokyo. 

Kalau anda masih punya waktu, cobalah panganan spesial Jepang, panganan kering, keripik, the, selai, dan sebagainya. Ada berbagai macam keripik beras dengan berbagai rasa, seperti bawang, miso dan rumput laut. Ada juga coklat wafer dengan rasa the hijau, wasabi, buah plum, sake, melon, anggur, peach. Tapi lekaslah pilih panganan anda, pesawat sudah menunggu! 

TAMAT







Sabtu, 31 Juli 2021

Kereta Api dari Tokyo ke Bandara Narita


Karena Tokyo adalah kota yang begitu besar dan bandara Narita terletak sekitar 60 km dari kota Tokyo, kita harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari stasiun kereta-api Tokyo ke bandara Narita.  Ada banyak cara untuk mencapai bandara Narita dari Tokyo, kita bisa memilih kereta api, bus atau taxi. Saya memilih perjalanan dengan kereta-api ekspres, bukanlah yang paling murah, tapi yang paling nyaman dan tepat lama perjalanannya. Kalau kita naik bus atau taxi, kita tidak tahu aka nada macet di jalanan, dan kita bisa terjebak berjam-jam di jalan. 

Dengan tiket sekitar 3,000 yen satu arah dan 4,000 yen pulang pergi, kereta Narita Express menawarkan tempat duduk yang nyaman dengan ruang kaki yang lebar, toilet yang besar. Juga gerbongnya sangat bersih dan suasananya tenang seperti halnya dengan hampir semua kereta api di Jepang. Kita hanya bisa mendengar suara berderak yang monoton dari rel kereta api yang menyejukan dan menenangkan. 

Kereta api berangkat setiap 30 menit dan selalu tepat waktu, jadi kita bisa mengandalkan rencana perjalanan berdasarkan jadwal kereta api ini. Namun, karena tata ruang stasiun kereta api Tokyo agak ruwet, kita harus mengenal tata ruangnya untuk mencegah salah naik kereta api atau menghabiskan waktu mencari-cari platform yang benar. Kita bisa mencari di internet atau menyelidiki sendiri sebelum keberangkatan.

 Perjalanan dari Tokyo ke bandara Narita melalui kota-kota kecil, menarik untuk melihat pemandangan Tokyo yang melewati jendela, bangunan beton berangsur-angsur menghilang ketika daerah pedesaan Chiba muncul. Lamunan perjalanan berakhir ketika kita mendengar pengumuman bahwa kereta api mendekati bandara. 

Kita harus bersiap-siap untuk turun kalau pesawat kita berlokasi di Terminal 2, dan mengambil koper-koper kita. Kereta api hanya akan berhenti sebentar di sini karena akan meneruskan perjalanan ke Terminal 1. Jadi lebih baik tidak mengunci koper-koper anda di rak penyimpanan bagasi, karena kalau anda lupa kode kuncinya anda harus terus ke Terminal akhir, yakni Terminal 1, untuk meminta petugas membuka kuncinya. Tentunya anda harus meyakinkan petugas bahwa koper itu milik anda. Hal ini dapat benar-benar mengacaukan rencana perjalanan anda. 

Saya melihat seorang wanita Jepang wajahnya jadi pucat dan terenggah-enggah karena ia lupa kode kuncinya, dengan kebingungan bertanya dalam bahasa Jepang bagaimana membuka kuncinya. Putrinya yang mudah juga kelihatan kehabisan akal. Mudah-mudahan pesawat mereka tidak mengatakan ‘sayonara’ kepada mereka ketika lepas landas.

 TAMAT





 

Jumat, 25 Juni 2021

Tokyo, di Kuil Meiji

 

Memasuki pelataran Kuil Meiji dari stasiun Harajuku kita akan menemukan gerbang torii dari kayu yang menandakan permulaan Kuil Meiji ini. Seperti halnya kuil Shinto lainnya, kunjungan ke tempat ini seperti ziarah yang secara bertahap mengubah dunia fana menuju dunia sakral. Gerbang Torii berfungsi sebagai pintu masuk yang memisahkan dunia fana manusia dari kediaman sakral roh illahi (Kami). Kita melihat orang-orang membungkuk ketika mereka melewati bawah gerbang torii, menunjukkan rasa hormat ketika memasuki daerah sakral ini.

Lalu kita mengikuti jalan kerikil yang berkelok-kelok menghampiri kuil, yang disebut sando. Jalan ini dilindungi oleh pohon-pohon besar, seperti di dalam hutan yang lebat dan tenang. Kita tidak merasa seakan di tengah Tokyo, di distrik Shibuya, salah satu daerah komersil yang paling sibuk.  Di hutan yang tenang ini kita hanya bisa mendengar kicauan burung dan bunyi langkah para pengunjung di jalan kerikil.

Kuil ini didedikasikan buat roh ilahi (Kami) Kaisar Meiji dan Permaisuri Shohen. Kaisar Mejiji meletakkan dasar bagi modernisasi Jepang, yang dikenal sebagai Restorasi Meiji, mengakhiri pengaruh shogun Tokugawa. Di bawah kepemimpinannya Jepang mengadopsi ide-ide dan berproduksi secara Barat untuk mengindustrilialisasi negeri ini. Jepang membuka negerinya kepada dunia dan muncul dari masyarakat yang tertutup menjadi salah satu masyarakat yang paling modern di dunia, dalam waktu kurang dari 40 tahun. Setelah sang kaisar mangkat di tahun 1912, parlemen memutuskan untuk membangun tempat peringatan baginya di daerah dekat taman Yoyogi, tempat kuil ini, karena sang kaisar dan istrinya suka berjalan melalui taman-taman di sini.


Foto: Wikimedia

Dalam kepercayaan Shinto, sesuatu yang ilahi dianggap sebagai Kami (roh ilahi), yang dapat ditemukan di mitologi, di dalam alam, dan di dalam manusia. Orang-orang Jepang mengagumi dan bersyukur kepada Kami dan mengabadikan mereka di kuil-kuil. Seperti hal demikian kuil Meiji didedikasikan untuk menghormati Kami dari Kaisar Meiji dan permaisurinya. Kita dapat merasakan seluruh tempat ini sebagai tempat tinggal yang mengagumkan bagi para Kami, mencerminkan betapa hormatnya orang-orang Jepang dan betapa bersyukurnya mereka kepada sang kaisar dan permaisurinya.

Jalan berkerikil menghantar kita melihat sejumlah gentong-gentong sake dan anggur yang ditumpukkan di kedua sisi jalan. Lebih dari 200 gentong-gentong sake ditampilkan sebagai persembahan kepada sang kaisar, yang disumbangkan oleh pabrik-pabrik sake di seluruh negeri. Berhubung sang kaisar menyukai anggur Perancis, gentong-gentong anggur diimport dari Perancis dan ditampilkan bersama gentong-gentong sake.

Foto: Pribadi

Dengan melewati gerbang Ootori (gerbang torii kedua), kita sampai di Temizusha (sumur air) di depan jalan masuk ke tempat suci utama, untuk membasuh tangan dan mencuci mulut. Disediakan sendok-sendok kayu besar di sumur air ini untuk mencuci tangan dan mulut. Ini adalah ritual untuk mensucikan diri kita sebelum memasuki tempat suci utama.

Sebelum memasuki tempat suci utama kita juga bisa pergi ke Juyosho, Kios Amulet, untuk membeli amulet (jimat) atau menulis harapan kita di sebuah ema, sebuah tablet kayu. Orang-orang menuliskan segala hal mulai dari keberuntungan, lulus ujian, mendapat anak, cinta dan patah hati, pengampunan dan rasa berterima kasih. Ada juga omamori (jimat pelindung) untuk keselamatan perjalanan, kesehatan, atau sukses di sekolah. Omamori biasanya disangkutkan atau ditaruh di dalam tas, dompet atau saku, dan disimpan di situ sampai tercapai kehendaknya.


Foto: Pribadi

Lalu kita sampai di Minami Shimon, gerbang utama ke dalam kompleks kuil utama. Gerbang ini adalah bangunan dua tingkat, terbuat dai cemara Jepang hinoki, dan atap tembaga. Kita bisa melihat pola-pola berbentuk hati kecil-kecil terukir di jaringan kayu sebagai ornamen. Ketika melewati gerbang ini, kita mesti melangkahi balok kayu di bawah gerbang, jangan menginjaknya, dan menundukkan kepala untuk menunjukkan rase hormat ketika melewati gerbang ini.


Foto: Pribadi

Di sebelah Timur dari kompleks kuil utama terdapat Kaguraden, bangunan tempat penganut Shinto berdoa dan mengikuti ritual khusus (Kigansai). Di dalam ritual khusus ini, sebuah kagura, atau musik sakral dan tarian, Yamato-Mai, dipertunjukkan sebagai persembahan bagi Kami. Tarian sakral ini berdasarkan puisi yang ditulis oleh Kaisar Meiji yang mengatakan kita janganlah lupa memberi penghormatan kepada Kami, karena keberadaan kita bergantung pada Kami.

Di sebelah Kaguraden, terletak bangunan yang paling sakral, dinamai honden, di mana Kami diabadikan. Bangunan kuil utama dibangun menurut gaya nagare zukuri, yang umum ditemukan pada arsitektur kuil Shinto. Dengan gaya ini, atap muka kuil ini menjorok ke depan untuk melindungi anak tangga menaiki bangunan ini. Bangunan honden mencakup aula untuk berdoa (noritoden), ruang dalam kuil (naihaiden), dan ruang luar kuil (gehaiden). Gehaiden terletak di muka kuil utama diperuntukkan bagi para pengunjung untuk berdoa.


Foto: Abrahami- Wikimedia


Dalam perjalanan keluar kita melewati taman bunga Iris, taman yang indah yang dirancang oleh sang kaisar untuk isterinya. Di musim panas, banyak jenis bunga Iris, favorit sang permaisuri, bermekaran dalam warna violet, biru dan putih. Berjalan lanjut, terdapat sumber air Kiyomasa. Dinamai sesuai dengan nama komandan militer penggali sumber air itu sekitar 400 tahun yang lalu. Sumber air ini sering dikunjungi sang kaisar dan permaisuri ketika mereka hidup.

TAMAT

 

Sumber:

https://www.meijijingu.or.jp/en/map/

https://www.eastwestcenter.org/sites/default/files/filemanager/ASDP/Infusing_2014/Meiji_Shrine_Web_Site.pdf








Sabtu, 12 Juni 2021

Wawancara dengan Bapak Deng

 

Foto: Wikimedia

Ketika saya mengunjungi Huangshan di provinsi Anhui, pengantar saya menunjukkan tempat di mana Bapak Deng sering duduk dimasa lenggangnya untuk menikmati pemandangan pegunungan yang menakjubkan, terapung di atas awan-awan. Tempat ini tampaknya tempat favorit Bapak Deng dan dia memilih daerah pegunungan ini untuk menyampaikan ‘Pidato Huang Shan’ untuk mempromosikan tempat ini sebagai tempat utama untuk merevitalisasi kan industri pariwisata, dan untuk menyampaikan arah pariwisata Tiongkok dimasa depan. Beberapa tahun kemudian, pasar pariwisata Tiongkok ditransformasikan menjadi salah satu pasar pariwisata yang paling disimak dunia, jumlah lawatan domestik mencapai 6 milyar di tahun 2019, yang menunjukkan kenaikan eksponensial dibandingkan jumlah lawatan di Tiongkok sepuluh tahun sebelumnya. 

Dikenal sebagai “Bapak Reformasi” Tiongkok, Bapak Deng di tahun 1978 mengumumkan kebijaksanaan baru, “Kebijaksanaan Pintu Terbuka”, untuk membuka pintu bagi semua bisnis asing yang ingin mengelola bisnis di Tiongkok. Kebijaksanaan “reformasi dan keterbukaan” (gaige kaifang) memberi landasan bagi transisi yang sukses dari ekonomi terencana menuju ekonomi pasar, yang mencapai tingkat pertumbuhan tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan 9,7 persen menarik ratusan juta orang Tiongkok keluar dari kemiskinan. Kebijaksanaan reform dan keterbukaan juga menggiring menuju perubahan mendasar dari norma-norma Mao Zedong, mengganti kolektivisme dengan kesesuaian dengan kinerja individual dan keberagaman. 

Cukup sudahlah berbicara tentang dia, saya sangat ingin mewawancarainya dan membuat permohonan kepada kantor CPC (Communist Party of China) di Beijing. Mengetahui ketatnya birokrasi kantor di sini saya tak begitu berharap segera mendapat persetujuan dan bahkan mungkin tidak akan pernah disetujui, saya hanya mencoba keberuntungan saya. Saya tahu tidak banyak wartawan asing yang mendapat kesempatan mewawancarainya secara pribadi, Mike Wallace, Oriana Fallaci, Ezra Vogel misalnya, siapa lagi? 

Lalu setelah 4 bulan, saya menemukan amplop merah di kotak pos apartemen saya, surat itu adalah dari kantor CPC menyatakan kebersediaan bertemu Bapak Deng bulan depan. Wow benarkah ini? Saya berhasil! Ini adalah wawancara pertama saya dengan toko politik, dan dari Tiongkok! 

Jadi di hari Sabtu, di kantor CPC di Chang’an Avenue di Beijing, saya berjumpa seorang kecil mengenakan jubah Mao abu-abu, kaos kaki putih dan sepatu Neiliansheng hitam. Saya tidak mengira bahwa dia adalah Bapak Deng, dia tampak sangat rendah hati bagi seorang pemimpin besar. Pastinya, dia tidak seperti yang suatu saat diucapkan Henry Kissinger, “orang kecil yang jahat”. 

 

Saya berkata:

“Selamat siang Bapak Deng, anda dikenal sebagai pemimpin de facto Tiongkok, dalam hal walapun anda bukan ketua CPC dan bukan pula Presiden Tiongkok, namun anda adalah pembuat kebijaksanaan utama dan pembaru Tiongkok selama puluhan tahun yang membawa pembangunan besar-besaran Tiongkok. Anda adalah anggota Standing Committee of the Political Bureau dan ketua CCP’s Central Military Commission, namun nampaknya anda menghindar untuk menjadi pemimpin tertinggi Tiongkok.” 

 

Bapak Deng:

“Begini, kita musti ingat bahwa Ketua Mao sebagian besar hidupnya, ia membuat kebaikan bagi Tiongkok. Banyak kali ia menyatukan Tiongkok, dan menyelamatkan partai dan negara dari berbagai krisis. Pemikiran Mao Zedong memimpin kita menuju kemenangan dalam revolusi dan hal ini akan terus menjadi milik yang berharga negeri kami, dan kami akan terus mengingatnya sebagai pendiri partai dan negeri kami.

Karena kepemimpinannya ia diperlakukan seperti seorang kaisar yang mengingatkan akan masa kerajaan negeri ini di masa lalu. Rakyatnya membentuk kultus individu Mao Zedong, yang dipelopori oleh pendukung-pendukung fanatik, media masa, propaganda dan buku-buku yang mengangkat statusnya menjadi pemimpin pemberani yang bercela. Seluruh rakyat mengikuti cara berpakaiannya yang sederhana, menghafal ucapan-ucapannya dari Buku Merah kecil dan hidup dibawah pandangan potret-potretnya yang menyolok.

Ia lalu menjadi otoriter dan memimpin negeri ini secara patriarkal, aturan satu-orang, yang merupakan ciri-ciri feodal. Ia lalu enggan mendengar pendapat pejabat lainnya, tidak mendengar pendapat-pendapat yang berbeda. Kita tidak bisa bilang bahwa semua kritikan itu benar, namun ia juga tidak siap mendengarkan pendapat-pendapat yang benar yang bukan saja dari saya tapi juga anggota partai lainnya. Pada saat itu, ia makin menjauh dari keterkaitan dengan realitas. Misalnya, ia tidak secara konsisten melaksanakan demokrasi terpusat dan garis massa, dan ia gagal melembagakan hal-hal itu selama hidupnya. Demokrasi terpusat terganggu dan demikian pula kepemimpinan kolektif.

Saya menentang gagasan kepemimpinan seumur hidup, kultus individu, dan kepemimpinan satu-orang dan hendak menghindari munculnya orang kuat seperti Mao. Saya mendukung ideologi pragmatisme dan menekankan di atas segalanya perlunya reformasi mendasar terhadap partai, terutama dengan menghidupkan kembali musyawarah dalam tubuh partai dan proses pengambilan keputusan, yang dikenal sebagai kepemimpinan kolektif.”

 

Saya berkata:

“Dunia mengamati kemajuan pesat yang dicapai Tiongkok dalam pembangunan ekonomi di puluhan tahun yang lalu, tapi banyak pemikir Barat berpendapat bahwa reformasi Tiongkok dan kebijaksanaan buka pintu hanya mencapai keberhasilan besar dalam modernisasi ekonomi, dengan tanpa kemajuan yang berarti dalam demokratisasi politik. Beberapa di antara mereka bahkan lebih jauh menyatakan bahwa penyebab keberhasilan modernisasi ekonomi Tiongkok tepatnya adalah karena Tiongkok tidak memiliki reformasi demokrasi sejalan dengan reformasi ekonomi.”

 

Bapak Deng:

“Dalam abad ini Tiongkok adalah tanah bagi raja-raja perang, serangan tentara-tentara, banjir, bencana kelaparan dan revolusi. Sepuluh jutaan orang mati karena kekejaman, atau celakanya karena kelaparan.

Saya bilang kepada Presiden Bush di tahun 1989 bahwa jika seluruh satu milyar rakyat kami menjalani pemilu dengan banyak partai, kami tentulah akan mengalami perang sipil besar-besaran. Hal yang lebih utama dari semua persoalan di Tiongkok adalah stabilitas, jadi untuk mencegah kekacauan dan kekejaman kami menentang pluralisme politik.

Namun, seperti yang saya utarakan kepada Oriana Fallaci dari Washington Post, saya bisa bilang bahwa setelah digulingkannya Kelompok Geng Empat kami sangat menekankan pemajuan demokrasi sosialis. Tanpa menanggalkan, tentunya, kediktatoran proletariat. Demokrasi dan kediktatoran proletariat adalah dua aspek dari satu antitesa, dan saya sebaiknya menambahkan bahwa  demokrasi proletar jauh lebih baik dari demokrasi kapitalis.”


Saya berkata:

“Saya menerka bahwa maksud anda dengan demokrasi proletar adalah konsep utama demokrasi yang dijunjung elite Tiongkok yang mencoba menggabungkan demokrasi dengan otoritas, kediktatoran dan sentralisme.”

 

Bapak Deng:

“Esensi dan inti demokrasi sosialis adalah rakyat adalah tuan dari negeri ini, dan adalah sistem dengan kerja sama banyak pihak dan konsultasi politik di bawah kepemimpinan CCP. Kami menjalankan demokrasi terpusat, yang merupakan integrasi berdasarkan demokrasi, dengan demokrasi di bawah arahan sentrailsme. Demokrasi terpusat adalah bagian integral dari sistem sosialis. Di bawah sistem ini, kepentingan pribadi harus tunduk kepada kepentingan kolektif, kepentingan dari bagian keseluruhan, dan kebutuhan jangka panjang yang mendesak.”

 

Saya berkata:

“John Naisbitt, peneliti Amerika yang tersohor tentang ilmu-ilmu masa depan, meramalkan bahwa ‘demokrasi vertikal’ baru, yang menggabungkan partisipasi massa dari bawah ke atas dengan perintah pusat dari atas ke bawah, muncul di Tiongkok, dan nampaknya akan menjadi alternatif dari ‘demokrasi horisontal’ gaya Barat. Kita dapat mengamati bahwa ‘demokrasi vertikal’ ini bekerja dengan baik untuk mencapai pembangunan ekonomi dengan cepat di Tiongkok. Dunia kagum akan reformasi ekonomi yang menyolok di bawah kepemimpinan anda, namun dari mata pengamat Barat reformasi politik berjalan lamban. Meskipun ada muncul secara acak beberapa kebebasan bersuara, seperti di perioda ‘Tembok Demokrasi’ di ujung tahun tujuhpuluhan, kebebasan politik hampir tidak berkembang sama sekali.”

 

Bapak Deng:

“Saya sangat memahami masalah ini. Kalau kami gagal melakukan reformasi politik, kami tidak akan dapat melestarikan keberhasilan yang kami buat dalam reformasi ekonomi. Tanpa reformasi politik, reformasi ekonomi tak dapat berhasil…… Jadi dalam analisa akhir, keberhasilan dari semua reformasi yang lain tergantung kepada reformasi politik. Kami memperbolehkan reformasi politik, tapi dengan syarat bahwa tiga elemen demokrasi sosialis Tiongkok dijunjung: pertama, kebutuhan rakyat di atas  pemerintah, yang merupakan prinsip utama demokrasi; kedua, kepemimpinan CCP dan sentralisme, yang perlu bagi demokrasi; dan ketiga, koletivisme, yang juga merupakan prinsip penting untuk memecahkan masalah konflik dari berbagai kepentingan di dunia nyata.”

 

Saya berkata:

“Saya pikir, sementara ada persetujuan umum bahwa demokrasi secara harafiah berarti ‘pengaturan oleh rakyat’ konsep Partai Komunis tentang ‘rakyat’ berbeda dengan konsep Barat. Konsep Barat yang liberal mengenai ‘rakyat’ adalah semua-termasuk, yang mengacu kepada semua anggota masyarakat dan memandang masyarakat sebagai agregat individu-individu dengan kemajemukan berbagai kelompok sosial dan kepentingan. Sebagai pembanding, dalam pandangan Partai Komunis, ‘rakyat’ adalah sebuah konsep kolektivisme. Penekanannya berada pada pencapaian kepentingan kolektif, dan bukannya berdasarkan, atau bahkan mengakui, kemandirian individual dan ekspresi kepentingan individual.”


Bapak Deng:

“ Yang dibutuhkan Tiongkok adalah demokrasi sosialis, karena ini adalah demokrasi rakyat, dan bukannya demokrasi borjuis, demokrasi individual. Kami menjalankan demokrasi terpusat, yang merupakan integrasi berdasarkan demokrasi, dengan demokrasi di bawah arahan sentralisme. Demokrasi sentralisme adalah bagian integral dari sistem sosialis. Di bawah sistem ini, kebutuhan pribadi harus tunduk kepada kebutuhan kolektiv, yakni kebutuhan bagian dari keseluruhan. Tujuan dari demokrasi sosialis, bukanlah untuk mengakui individualisme atau pluralisme, melainkan untuk mempersatukan rakyat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan bersama.”

 

Saya berkata:

“Menurut media Barat, anda memerintahkan tindakan militer melalui hukum darurat untuk menindas gerakan demonstrasi yang muncul di Tiananmen Square di tahun 1989, meskipun beberapa pemimpin menolak tindakan militer itu. Tindakan ini menimbulkan banjir darah dan dalam 48 jam Tiananmen Square ditertibkan. Menurut laporan intelijen sekitar 1000 orang mati dan beberapa lusin tentara dan polisi terbunuh oleh para demonstran. Apakah anda memerintahkan tindakan berdarah ini, ataukah ini adalah suatu kesalahan militer, Bapak Deng?”

 

Bapak Deng:

“Saya menghargai tentara sebagai ‘benteng pertahanan besi bagi negara’ dan menekankan bahwa Tiongkok akan melanjutkan kebijaksanaan mendasar bagi reformasi ekonomi dan keterbukaan kepada dunia luar. Kejadian ini mendorong kami untuk memikirkan masa depan dan masa lalu dengan kepala dingin. Hal ini akan memungkinkan kami untuk melaksanakan tujuan kami dengan lebih stabil, lebih baik dan bahkan lebih cepat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kami lebih cepat.

Kami tak dapat mentolelir kekacauan. Kami akan menetapkan hukum darurat lagi jika kekacauan-kekacauan terjadi lagi. Tujuan kami adalah menjaga kestabilan sehingga kami dapat melanjutkan pembangunan, dan logika kami sederhana saja: dengan begitu banyak manusia dan begitu sedikit sumber daya, Tiongkok tidak dapat mencapai apapun tanpa keamanan dan kesatuan politik dan kestabilan tatanan sosial.

Kami tidak dapat menangani kekacauan ketika kami sibuk membangun. Kalau hari ini kami ada demonstrasi besar dan keesokan harinya kami mendengar banyak pendapat-pendapat diberitakan dan coretan-coretan dinding, kami tidak akan punya energi lagi untuk menyelesaikan apapun. Karena itulah kami berkeras untuk membersihkan lapangan itu.”

 

Aku berkata:

“Ada kejadian dramatis ketika tindakan militer di Tiananmen Square yang menarik perhatian seluruh dunia. Media masa Barat menamakan nya insiden ‘The Tank Man’ (Manusia Tank), seorang lelaki membawa kantong belanjaan di potret dan direkam video berdiri di depan sejejeran Tank militer meninggalkan Tiananmen Square melalui Chang’an Avenue. Ketika pengemudi tank mencoba mengalihkan perjalanan , ‘Manusia Tank’ ini juga bergerak menghadang jalan tank itu. Dia berbuat begitu terus berdiri menentang di muka tank-tank itu selama beberapa waktu, lalu naik ke atas tank membuka pintu tank terdepan untuk berbicara dengan tentara di dalamnya. Setelah kembali ke posisinya di muka tank-tank itu, orang ini ditarik oleh sekelompok orang. Nasib ‘Manusia Tank’ ini setelah demonstrasi tidak diketahui, dan bagi dunia ‘Manusia Tank’ itu tetap tanpa wajah dan tanpa nama.

Bolehkah saya bertanya Bapak Deng, siapakah lelaki yang menghentikan tank-tank itu, dan bagaimana nasibnya?”

 

Bapak Deng duduk tak bergerak di kursinya yang terlalu besar, kakinya hampir tak menyentuh lantai. Tiba-tiba seorang petugas menghampirinya dan berbisik sesuatu di telinganya, Bapak Deng mengangguk dan kemudian  menyatakan bahwa ia ada rapat lain di agendanya dan harus pergi sekarang. Dengan demikian wawancara berakhir….

 

TAMAT

Artikel ini adalah wawancara imajiner mengenang Deng Xiaoping

 

Sources:

https://chinachannel.org/2019/02/07/reform-opening/

https://www.griffith.edu.au/__data/assets/pdf_file/0040/299857/Regional-Outlook-Paper-41-Zhou-web.pdf

https://www.nytimes.com/1997/02/20/world/deng-xiaog-a-political-wizard-who-put-china-on-the-capitalist-road.html



https://www.vox.com/2014/6/2/5772016/this-1989-speech-is-one-of-the-most-important-in-chinas-history-and