Cari Blog Ini

Jumat, 25 Juni 2021

Tokyo, di Kuil Meiji

 

Memasuki pelataran Kuil Meiji dari stasiun Harajuku kita akan menemukan gerbang torii dari kayu yang menandakan permulaan Kuil Meiji ini. Seperti halnya kuil Shinto lainnya, kunjungan ke tempat ini seperti ziarah yang secara bertahap mengubah dunia fana menuju dunia sakral. Gerbang Torii berfungsi sebagai pintu masuk yang memisahkan dunia fana manusia dari kediaman sakral roh illahi (Kami). Kita melihat orang-orang membungkuk ketika mereka melewati bawah gerbang torii, menunjukkan rasa hormat ketika memasuki daerah sakral ini.

Lalu kita mengikuti jalan kerikil yang berkelok-kelok menghampiri kuil, yang disebut sando. Jalan ini dilindungi oleh pohon-pohon besar, seperti di dalam hutan yang lebat dan tenang. Kita tidak merasa seakan di tengah Tokyo, di distrik Shibuya, salah satu daerah komersil yang paling sibuk.  Di hutan yang tenang ini kita hanya bisa mendengar kicauan burung dan bunyi langkah para pengunjung di jalan kerikil.

Kuil ini didedikasikan buat roh ilahi (Kami) Kaisar Meiji dan Permaisuri Shohen. Kaisar Mejiji meletakkan dasar bagi modernisasi Jepang, yang dikenal sebagai Restorasi Meiji, mengakhiri pengaruh shogun Tokugawa. Di bawah kepemimpinannya Jepang mengadopsi ide-ide dan berproduksi secara Barat untuk mengindustrilialisasi negeri ini. Jepang membuka negerinya kepada dunia dan muncul dari masyarakat yang tertutup menjadi salah satu masyarakat yang paling modern di dunia, dalam waktu kurang dari 40 tahun. Setelah sang kaisar mangkat di tahun 1912, parlemen memutuskan untuk membangun tempat peringatan baginya di daerah dekat taman Yoyogi, tempat kuil ini, karena sang kaisar dan istrinya suka berjalan melalui taman-taman di sini.


Foto: Wikimedia

Dalam kepercayaan Shinto, sesuatu yang ilahi dianggap sebagai Kami (roh ilahi), yang dapat ditemukan di mitologi, di dalam alam, dan di dalam manusia. Orang-orang Jepang mengagumi dan bersyukur kepada Kami dan mengabadikan mereka di kuil-kuil. Seperti hal demikian kuil Meiji didedikasikan untuk menghormati Kami dari Kaisar Meiji dan permaisurinya. Kita dapat merasakan seluruh tempat ini sebagai tempat tinggal yang mengagumkan bagi para Kami, mencerminkan betapa hormatnya orang-orang Jepang dan betapa bersyukurnya mereka kepada sang kaisar dan permaisurinya.

Jalan berkerikil menghantar kita melihat sejumlah gentong-gentong sake dan anggur yang ditumpukkan di kedua sisi jalan. Lebih dari 200 gentong-gentong sake ditampilkan sebagai persembahan kepada sang kaisar, yang disumbangkan oleh pabrik-pabrik sake di seluruh negeri. Berhubung sang kaisar menyukai anggur Perancis, gentong-gentong anggur diimport dari Perancis dan ditampilkan bersama gentong-gentong sake.

Foto: Pribadi

Dengan melewati gerbang Ootori (gerbang torii kedua), kita sampai di Temizusha (sumur air) di depan jalan masuk ke tempat suci utama, untuk membasuh tangan dan mencuci mulut. Disediakan sendok-sendok kayu besar di sumur air ini untuk mencuci tangan dan mulut. Ini adalah ritual untuk mensucikan diri kita sebelum memasuki tempat suci utama.

Sebelum memasuki tempat suci utama kita juga bisa pergi ke Juyosho, Kios Amulet, untuk membeli amulet (jimat) atau menulis harapan kita di sebuah ema, sebuah tablet kayu. Orang-orang menuliskan segala hal mulai dari keberuntungan, lulus ujian, mendapat anak, cinta dan patah hati, pengampunan dan rasa berterima kasih. Ada juga omamori (jimat pelindung) untuk keselamatan perjalanan, kesehatan, atau sukses di sekolah. Omamori biasanya disangkutkan atau ditaruh di dalam tas, dompet atau saku, dan disimpan di situ sampai tercapai kehendaknya.


Foto: Pribadi

Lalu kita sampai di Minami Shimon, gerbang utama ke dalam kompleks kuil utama. Gerbang ini adalah bangunan dua tingkat, terbuat dai cemara Jepang hinoki, dan atap tembaga. Kita bisa melihat pola-pola berbentuk hati kecil-kecil terukir di jaringan kayu sebagai ornamen. Ketika melewati gerbang ini, kita mesti melangkahi balok kayu di bawah gerbang, jangan menginjaknya, dan menundukkan kepala untuk menunjukkan rase hormat ketika melewati gerbang ini.


Foto: Pribadi

Di sebelah Timur dari kompleks kuil utama terdapat Kaguraden, bangunan tempat penganut Shinto berdoa dan mengikuti ritual khusus (Kigansai). Di dalam ritual khusus ini, sebuah kagura, atau musik sakral dan tarian, Yamato-Mai, dipertunjukkan sebagai persembahan bagi Kami. Tarian sakral ini berdasarkan puisi yang ditulis oleh Kaisar Meiji yang mengatakan kita janganlah lupa memberi penghormatan kepada Kami, karena keberadaan kita bergantung pada Kami.

Di sebelah Kaguraden, terletak bangunan yang paling sakral, dinamai honden, di mana Kami diabadikan. Bangunan kuil utama dibangun menurut gaya nagare zukuri, yang umum ditemukan pada arsitektur kuil Shinto. Dengan gaya ini, atap muka kuil ini menjorok ke depan untuk melindungi anak tangga menaiki bangunan ini. Bangunan honden mencakup aula untuk berdoa (noritoden), ruang dalam kuil (naihaiden), dan ruang luar kuil (gehaiden). Gehaiden terletak di muka kuil utama diperuntukkan bagi para pengunjung untuk berdoa.


Foto: Abrahami- Wikimedia


Dalam perjalanan keluar kita melewati taman bunga Iris, taman yang indah yang dirancang oleh sang kaisar untuk isterinya. Di musim panas, banyak jenis bunga Iris, favorit sang permaisuri, bermekaran dalam warna violet, biru dan putih. Berjalan lanjut, terdapat sumber air Kiyomasa. Dinamai sesuai dengan nama komandan militer penggali sumber air itu sekitar 400 tahun yang lalu. Sumber air ini sering dikunjungi sang kaisar dan permaisuri ketika mereka hidup.

TAMAT

 

Sumber:

https://www.meijijingu.or.jp/en/map/

https://www.eastwestcenter.org/sites/default/files/filemanager/ASDP/Infusing_2014/Meiji_Shrine_Web_Site.pdf








Tidak ada komentar:

Posting Komentar