Cari Blog Ini

Minggu, 21 November 2021

Roma, di Castel Sant’Angelo

 

Dalam perjalanan menuju Vatican, kami melihat sebuah bangunan bulat besar yang menyerupai kue tart coklat, di tepi sungai Tiber. Bangunan ini adalah Castel Sant’Angelo, yang juga dijuluki ‘Kue Perkawinan’ oleh penduduk lokal karena bentuknya yang menyerupai kue. Sekarang bangunan ini berfungsi sebagai museum dan memiliki sejarah panjang yang bermula dari jaman Roma kuno. Mula-mula bangunan ini adalah kuburan dari Kaisar Hadrian di tahun 138, lalu menjadi benteng pertahanan di tahun 401, dan lalu berfungsi juga sebagai penjara selama berabad-abad. Di antara narapidananya ada pematung Benvenuto Cellini yang dituduh atas kejahatan sodomi; filsuf Giordano Bruno, yang dihukum mati karna murtad terhadap gereja; Giuseppe Balsamo, dikenal sebagai dukun palsu; Beatrice Cenci, wanita terhormat yang dihukum mati atas tuduhan membunuh ayahnya yang kasar. Penjara ini juga menjadi panggung drama untuk lakon ketiga dari opera Tosca karya Giacomo Puccini. Dalam lakon tragis ini, Tosca, yang hancur hati atas kematian kekasihnya, melompat dari dinding penjara menuju kematian untuk menghindari penangkapan oleh musuhnya. 

Di puncak bangunan ini kita bisa melihat patung malaikat yang menggenggam pedang tapi bukan dengan posisi menantang, melainkan malaikat ini digambarkan menurunkan pedangnya untuk disarungkan kembali. Mengapa demikian? Menurut legenda, di akhir abad ke 6, ada pandemi yang sangat dahsyat yang melanda daerah ini, ribuan orang sakit dan mayat-mayat bertumpuk di jalanan. Penyakit ini merambat ke Utara sampai ke Denmark dan ke Barat ke Irlandia, lalu ke Afrika, Timur Tengah dan Asia Kecil. 

Paus Gregory lalu memimpin prosesi melalui kota ini, berdoa ke Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang yang masih hidup.  Menatap ke kuburan tua Kaisar Hadrian, yang sudah lama jatuh tak terpakai dan runtuh, Paus Gregory mendapat penglihatan akan sebentuk bersinar di atas kuburan besar itu. Ia adalah Malaikat Michael, dengan sayapnya yang melebar, bersinar terang memegang pedang berdarah yang lalu diturunkan memasukkannya ke dalam sarungnya kembali. Paus melihat penampakan ini sebagai tanda akan berakhirnya pandemi yang meraja lela selama 50 tahun. Dan memanglah setelah penampakan ini, pandemi berakhir, sehingga bangunan itu dinamai Castel Sant Angelo – Istana Malaikat Kudus. Patung tembaga Malaikat Michael yang berdiri sekarang di puncak bangunan ini diciptakan di tahun 1748 oleh Peter Anton von Verschaffelt, pematung Flemish, untuk menggantikan patung marmer yang sudah rusak dimakan waktu.

 

Photo: Wikimedia


Castel Sant’Angelo lambat laun berubah menjadi benteng dan di tahun 1277 diambil alih oleh Tahta Suci. Paus-Paus menggunakan tempat ini sebagai pelarian di dalam struktur benteng ini dalam keadaan bahaya. Keadaan di dalam benteng ini mungkin kurang nyaman, sehingga Paus Paulus III menghias banyak ruangan di sini dengan fresko-fresko yang indah, sebagian besar dikerjakan oleh Perino del Vaga. Ruangan yang paling indah tentunya adalah Sala Paolina, yang dinding dan langit-langitnya dihias dengan mewah. Di awal abad ke 14, tepat ini menjadi kediaman musim panas bagi Paus. Di tahun 1901 bangunan ini diubah menjadi sebuah museum nasional, dengan nama Museo Nazionale di Castel Sant’Angelo.

 

TAMAT

 Sumber:

https://www.romawonder.com/castel-santangelo-facts-history/

https://corvinus.nl/2016/06/01/rome-castel-santangelo/





Jumat, 05 November 2021

Roma, di Spanish Steps

 

Berjalan kaki sekitar 1 km dari Fontana di Trevi, kita akan menjumpai Spanish Steps (Tangga Spanyol). Berjalan kaki hanya sekitar 15 menit, namun di tempat ini, kita bisa menjumpai banyak bangunan-bangunan menarik di setiap sudut, jadi perjalanan bisa lebih lama kalau anda juga ingin melihat-lihat. 

Tangga besar Spanish Steps ini berawal dari Piazza di Spagna (Lapangan Spanyol) naik menuju ke gereja Trinità dei Monti. Dengan 135 anak tangga, dibangun di tahun 1725 dan dirancang oleh Alessandro Specki dan Francesco De Santis, adalah tempat favorit bagi turis untuk duduk, rileks dan menikmati pemandangan Piazza di Spagna di bawah. Piazza di Spagna sendiri adalah lokasi kedutaan Spanyol untuk Vatican di abad ke 17. Jadi nama Spanyol di teruskan menjadi nama lapangan dan tangga ini juga. 

Ketika saya menaiki Spanish Steps di sebuah siang di musim semi, dalam sementara waktu saya teringat lagu “Credo” dari kelompok rock Refugee: 

              Aku percaya akan jeda yang teratur

Seperti sebuah liburan di Roma

Dan aku kerap berhenti untuk udara

Ketika aku menaiki Tangga Spanyol


Memang saya kerap berhenti untuk udara, dan mendekati puncak tangga itu saya juga berhenti dan melihat ke bawah ke Piazza di Spagna. Lapangan ini adalah sebuah tempat penting yang menghubungkan ke tempat-tempat bersejarah di kota ini dan tempat nongkrong terkenal bagi penduduk lokal maupun asing. Banyak jalan-jalan Roma yang paling ikonik bercabang dari lapangan ini, seperti Via del Condotti, Via del Babuino, Via della Propaganda dan Via Sistina. 

Di tengah lapangan itu terdapat Fontana della Barcaccia, air mancur yang menampilkan sebuah kapal yang setengah tenggelam. Patung batu ini dirancang oleh Pietro Bernini, ayah dari Gian Lorenzo Bernini. Nama Fontana della Barcaccia berarti “Air Mancur Kapal Tua” karena bentuknya seperti kapal tenggelam berdasarkan sebuah legenda rakyat. Menurut legenda ini, ketika sungai Tiber meluap di tahun 1598, banjir membawa sebuah kapal kecil ke Piazza di Spagna. Ketika air surut, kapal itu terdampar di tengah lapangan ini, dan menjadi inspirasi bagi kreasi Bernini.

 

TAMAT