Cari Blog Ini

Sabtu, 06 April 2019

Verona, di Aida



Di lakon kedua, pasukan Mesir di bawah pimpinan Radames,  berbaris dengan  kejayaan menuju gapura agung kota Thebes,  pulang setelah mengalahkan orang-orang Etiopia.  Pemain musik meniup terompet-terompet panjang mendahului pasukan Mesir menuju kota. Diikuti oleh para penari, melambaikan daun palem dan umbul-umbul, dan kelompok wanita Mesir berpadu menyanyikan :



 “Menarilah, para putra Mesir, berkitarlah,
Dan nyanyikan pujian kudus kalian,
Seakan putaran matahari di jalurnya
Menarilah bintang-bintang cemerlang malam hari.”

Makin banyak pasukan masuk, menyertakan para budak yang memikul persembahan bagi para dewa, lalu Radames muncul di atas kereta kencana keemasan.  Pada puncak perayaan, dia bertemu dengan Firaun, yang turun dari singgasananya untuk merangkulnya.

Aida adalah salah satu opera ciptaan Verdi yang paling masyur dan digemari.  Opera ini mencakup semua ciri khas Verdi – drama manusia; dilemma-dilema; musik yang sublim namun efektif; dan tentu saja lakon akhir yang dramatis. Opera ini berdasarkan kisah cinta yang terjadi di masa Firaun Mesir yang ditemukan di kertas papyrus dan ditulis kembali oleh Egiptologis berkebangsaan Perancis Augusto Mariette.

Aida, sebuah nama perempuan Arab yang berarti “pengunjung” atau “kembali”, mempertunjukkan bagaimana cinta dapat menjadi terlarang ketika ia dihapadi benturan dilema antara cintanya kepada pemimpin Mesir atau cintanya akan ayahnya dan tanah-airnya, Etiopia.  Melalui penggambaran pergolakan dilema yang  ganas antara cinta dan kewajiban ini, Verdi menjelajahi aspek berbeda dalam sebuah karya di mana perjalanan hidup perorangan ditakdirkan. Dengan mempelajari sejarah Mesir, musik dan geografi-nya, Verdi menggubah berbagai melodi Mesir secara harmonis.  Sang komponis mengembangkan  telinga yang tajam luar biasa akan efek-efek orkestra dan suasana teaterikal.

Opera ini berkisar tentang tokoh utama, Aida, seorang puteri raja Etiopia yang tertangkap dan dijadikan budak di mesir ketika terjadi perperangan antara kedua negara itu. Namun Aida dan pemimpin militer Mesir Radames keduanya berjumpa dan saling  jatuh cinta.

Radames, juga ditaksir oleh Amneris, puteri raja Mesir. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, dan Amneris bahkan curiga bahwa memang begitulah keadaannya. Dia lalu mencurigai Aida, dia menjebak puteri raja Etopia itu untuk mempertunjukkan isi hatinya setelah Amneris mengatakan kabar palsu bahwa Radames telah mati dalam pertempuran.

Setelah Radames berhasil kembali dari perperangan sebagai pahlawan, sang raja berkata bahwa Radames bisa mendapatkan apa saja yang dia minta. Namun, permintaanya untuk  membebaskan Aida dan ayahnya, raja Etiopia Amonasro, yang menjadi tawanan perang, tidak dikabulkan.  Alih-alih, sang raja Mesir mengumumkan bahwa Radames akan menikahi puterinya Amneris dan Radames akan mewairisi tahta kerajaan.

Lalu Aida dan Radames berencana untuk melarikan diri bersama supaya mereka bisa kawin dengan bahagia tanpa tekanan dari kedua negara mereka, namun mereka tertangkap bersama. Sejak terpisah, Radames mengira Aida sudah lari menggalkan negeri itu, sementara ia dipenjara sebagai pengkhianat negerinya.

Setelah melaporkan rencana Radames yang ingin melarikan diri dengan Aida, Amneris sekarang merasa menyesal akan perbuatannya yang menyebabkan Radames dipenjara. Namun penyesalan ini tercampur kebenciannya terhadap Aida dan akan kenyataan bahwa Radames rela berkorban segalanya demi Aida. Amneris memanggil Radames untuk menghadap dan berkata bahwa jika ia bersedia menyangkal Aida, dia akan menyelamatkannya dari pengadilan para pendeta dan ancaman hukuman mati. Radames berkata bahwa sukmanya cerah dan ia tidak akan menyangkal cintanya kepada Aida. Ini membuat Amneris murka dan berkata bahwa tidak ada orang lain yang dapat menyelamatkannya selain dia. Tetaplah, Radames menolak untuk tunduk kepada permintaanya dan bersedia menghadapi kematiannya.

Lakon akhir opera ini  melikupi keaslian yang luar biasa. Radames berada di dalam gua pemakaman di mana ia akan dikubur hidup-hidup. Ketika dia berpikir bahwa dia tidak akan melihat Aida lagi, Aida tiba-tiba muncul. Mengetahui bahwa Radames akan dihukum mati di sini, Aida bersembunyi di gua makam itu  dan menunggunya agar mereka bisa mati bersama-sama. Radames sangat terperanjat pada mulanya namun kemudian bersama-sama keduanya mengucapkan selamat tinggal kepada dunia fana.

Ketika keduanya mengucapkan selamat tinggal kepada dunia fana, musiknya mengalun bak nirwana namun juga dengan penuh kejayaan, menyarankan bahwa keduanya akan bertemu lagi di nirwana. Musik nya kemudian menjadi trio di saat-saat akhir ketika Amneris bergabung dengan doa-doanya. Lagu Amneris memiliki nuansa damai saat ia berdoa bagi Radames, ia memohonkan “pace” (damai) baginya, dan mengulang-ulangi kata itu ketika opera ini berakhir dengan gumaman, “pace”….

TAMAT