Kemana saja kita pergi, monumen-monumen megah
biasanya terdapat di lapangan luas yang terkenal untuk menonjolkan keberadaan
yang megah dan keutamaan monumen itu. Kita bisa dengan mudah menavigasi
keberadaan monumen karena lokasinya pastilah umum diketahui dan kita bisa
melihat lokasi itu dari kejauhan. Tapi
monumen yang akan kita kunjungi ini berbeda, monumen ini terjebak di lapangan
sempit yang dikelilingi bangunan-bangunan, restoran-restoran dan toko-toko di
tengah kota. Banyak jalanan menuju ke tempat ini, jalan-jalan kecil yang
melalui bangunan-bangunan kuno, restoran-restoran dan toko-toko. Di kelilingi
bangunan-bangunan, ketika kita berjalan kita tidak bisa melihat apa yang di
muka dari kejauhan. Sehingga, datang dari via del Lavatore, ketika belok di
tikungan, monumen ini tiba-tiba muncul di depan mata kita dengan keagungannya,
dengan suara air terjun yang khas. Patung-patung dari tokoh-tokoh mitologi
Yunani kuno mencolok dari kolam air mancur, menampilkan drama di air yang
hijau. Orang-orang berkerumun di pinggir kolam, dan
mencoba mengartikan apa yang ingin diceritakan oleh penampilan ini.
Monumen ini adalah Fontana di Trevi, kolam air
mancur megah yang menampilkan Oceanus, Dewa Lautan, personifikasi ilahi dari
lautan, berdiri
di atas kereta karang untuk menjinakkan air. Kereta karang itu ditarik oleh kuda-kuda bersayap yang dikendalikan
oleh dua Triton, salah satu Triton berkutat dengan seekor kuda yang liar,
sedang Triton yang lain mengendalikan kuda yang jinak. Tema “Taming of the Waters” (Penjinakan
Air-Air) digambarkan dengan gaya baroque yang agung di punggung Palazzo Poli. Dirancang
oleh arsitek Itali Nicola Salvi di tahun 1732 dan diselesaikan oleh by Giuseppe
Panini di tahun 1762 sesudah kematian
Nicola Salvi, dan didekorasi oleh seniman-seniman dari sekolah Bernini. Tampak
depan dan karang-karangnya dibangun menggunakan Travertine, batuan alamiah yang
elegan yang dibentuk oleh mata air panas dekat Tivoli.
Di masa Roma kuno, air disembah sebagai zat
ilahi dan keberadaan air dalam jumlah besar adalah simbol kemewahan dan karena
itu suatu ekspresi kekuasaan. Air Fontana di Trevi disalurkan oleh Aqua Virgo
duct, sebuah aqueduct (saluran air) yang semulanya dibangun oleh Marcus Agrippa
di tahun 19 BC. Aqueduct berfungsi sebagai penyalur air bersih dari sumber air
di dataran tinggi sekitar 13 km jauhnya melalui saluran-saluran di atas
arkade-arkade dan di bawah tanah. Hanya
mengandalkan gravitasi aqueduct menyalurkan air cukup untuk hampir semua
masyarakat, namun adequate hanya memiliki gradasi kemiringan yang kecil untuk
menyalurkannya. Rancangan dan konstruksi untuk membangun aqueduct yang
menyalurkan air dengan volume besar dengan jarak yang jauh dan medan yang
berbeda-beda menunjukkan kekayaan masyarakat yang membangunnya. Dalam konteks
ini, tema “Taming of the Waters” menggambarkan dengan dramatis sang Dewa Lautan
Yunani Oceanus yang menjinakkan air-air seperti halnya aqueduct Roma kuno mengatur
perjalanan
air dan kemampuan masyarakatnya yang mengagumkan untuk mengarahkan dan menguasai air.
Ke sebelas aqueduct di masa Roma kuno mencukpi
penyaluran air ke kota untuk lebih dari satu juta penduduk, namun Aqua Virgo
duct yang berakhir di Fontana di Trevi merupakan satu-satunya aqueduct yang
masih dipakai di masa kini karena sebagian besar salurannya berada di bawah
tanah. Saat ini, sebagian besar airnya didaur ulang untuk memelihara lingkungan
hidup, namun sumber airnya masih dari Aqua Virgo duct masa dulu.
Di dalam kerumunan pengunjung kita bisa
melihat beberapa orang melemparkan koin ke dalam air mancur melalui bahunya.
Kebiasaan ini berasal dari ribuan tahun sebelum Masehi, di mana barang-barang
berharga dilemparkan ke sumber air untuk menyenangkan dewa-dewa air. Dimasa
modern ini, kita masih melakukannya dengan harapan untuk bisa kembali ke Roma.
Sekitar 3,000 Euro dilempar ke dalam kolam air mancur ini setiap hari, uangnya
dikumpulkan setiap malam dan disumbangkan ke amal yang menolong orang-orang
yang kekurangan.
Fontana di Trevi benar-benar kolam air mancur
yang dramatis yang menorehkan kenangan indah tentang Roma, sehingga ketika kita
meninggalkan Roma saat ini dengan berkata “Arrivederci Roma”, Selamat Tinggal,
kita berharap mendengar “Bentornato a Roma”, Selamat Datang Kembali ke Roma”,
lain kali………….
TAMAT
Sumber:
http://engineeringrome.org/roman-water-displays-as-a-sign-of-status/
https://www.hisour.com/famous-fountains-discover-flow-water-rome-italian-youth-committee-unesco-16424/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar