Cari Blog Ini

Sabtu, 07 November 2020

Paris, di Le Marais

 

Saya dan kolega-kolega menggunakan hari bebas kami setelah suatu rapat dinas di Paris untuk pergi ke distrik Le Marais. Keluar dari stasiun metro Hotel de Ville, kami terperangah dengan gedung besar Hotel de Ville langsung dihadapan stasiun metro. Saya bertanya-tanya akan berapa mahalnya tinggal di Hotel semegah ini. Namun sebenarnya bangunan ini bukanlah hotel, bangunan ini adalah kantor Kota Madya. Setelah saya google beberapa kali, saya menemukan bahwa kata ‘hotel’ dalam Bahasa Perancis bisa berarti rumah, bangunan, kediaman, jadi tidak selalu berarti hotel sebagai tempat menyewa kamar untuk tempat tinggal para turis. Kini, selain berfungsinya sebagai administrasi kota, Hotel de Ville juga adalah tempat untuk kesenian dan kebudayaan. Ada banyak pameran-pameran menarik di dalam gedung maupun di halaman di depan gedung ini. 

Hotel de Ville, kantor Walikota terbesar di Eropa. Terletak di pinggiran sungai Seine dan di tepi distrik Le Marais. Jalan-jalan disana menuju ke daerah yang modis, dipenuhi toko-toko yang cantik, cafes dan galeri seni. Masa kini, Le Marais adalah salah satu distrik terbaik di paris, campuran arsitektur abad pertengahan, toko-toko trendy, tempat-tempat kebudayaan dan gaya hidup yang unik. Sebuah distrik dengan jalan-jalan yang sempit di sebelah kanan sungai Seine, dimana anda dapat menikmati tempat bersejarah ini, gedung-gedung yang indah dan kuliner Perancis. 

Delapan ratus tahun yang lalu, Le Marais adalah sebuah rawa. Kata ‘marais’ dalam bahasa Perancis secara harafiah berarti ‘rawa’, sehingga tempat ini dinamai Le Marais karena kondisi tanah di pinggiran sungai Seine itu seperti rawa. Untuk memberi lahan agrikultur yang baru, daerah ini dirubah menjadi pertamanan komersil. Dalam waktu yang Panjang, daerah ini jatuh bangun dari perhatian umum karena perubahan kesuburan tanah dan kesukaran membangun di tanah rawa seperti ini. 

Di abad ke 16, raja Henry IV mengeringkan daerah Le Marais dan tempat ini menjadi lokasi favorit untuk membangun mansion-mansion yang bergengsi, yang ditinggali sebagian besar aristokrat Perancis. Masa ke-emasan Le Marais berlangsung hingga abad ke 17, menjadikannya sebuah pusat kesenian dan kebudayaan. Para aristokrat membangun mansion-mansion (dalam bahasa Perancis: ‘hotel particulier’) seperti  Hotel de Sens, Hotel de Sully, Hotel de Beauvais, Hotel Carnavalet, Hotel de Guenegaud dan Hotel de Soubise. Mansion-mansion itu didekorasi dengan sangat indah, dengan perabotan bermutu tinggi dan perhiasan mewah lainnya dari jaman ke-emasan ini. 

Seiring dengan jatuh bangunnya dinasti Bourbon, depersi ekonomi, revolusi Perancis, restorasi kota Perancis, Le Marais juga jauh bangun. Menanjak di abad ke 16, dirusak ketika revolusi dan peperangan, dipelihara oleh Andre Malraux di tahun 1962, dan diperbaharui oleh badan Kotamadya di tahun 1969. 

Berjalan-jalan memalui Le Marais kali ini kami dapat menghargai keindahan daerah ini karena daerah ini menjadi daerah perbelanjaan yang populer, dan didiami komunitas Yahudi yang utama di Paris. Daerah ini juga menjadi daerah yang modis, kebanyakan mansion-mansion dirubah menjadi museum, perpustakaan dan sekolah, yang dikelilingi toko-toko pakaian terbaik, tempat makan dan galeri seni moderen.

 

TAMAT

 

Sumber:

https://www.parismarais.com/en/discover-the-marais/history-of-the-marais/historical-marais.html