Agama Buddha sangat penting bagi orang Tibet,
dan memiliki pengaruh kuat atas semua aspek kehidupan mereka. Kita bisa
merasakannya bahkan saat kita berjalan di kawasan perbelanjaan utama, Barkhor
Street. "Barkhor" dalam bahasa Tibet berarti "Jalan Suci",
karena telah menjadi jalur bagi para peziarah. Menurut Buddhisme Tibet, para
peziarah harus berjalan di Jalan Barkhor dengan arah melingkar searah jarum jam
di sekitar Kuil Jokhang untuk memuja sosok Buddha di dalam kuil.
Lebih dari itu, berjalan di Jalan Barkhor terasa agak
berbeda, jalan ini memberi perasaan mistis. Jalan ini telah mempertahankan gaya kuno asli
bangunan Tibet selama hampir 1.400 tahun. Seluruh jalan ditutupi oleh batu-batuan
di tepi bangunan-bangunan eksotis. Di jalan ini, empat pembakar dupa besar di
empat arah mata angin membakar dupa dan tanaman aromatik terus menerus, melambungkan
asap harum ke udara.
Di mana-mana di Jalan Barkhor dipenuhi dengan hiruk
pikuk, terdengar teriakan para pedagang kaki lima, dan suara obrolan pengunjung
bercampur dengan lantunan doa para peziarah. Toko-toko dan pedagang kaki lima
menawarkan roda doa, lampu mentega, dupa, pirus, daging lokal dan makanan
tradisional Tibet lainnya. Kita dapat juga menemukan di sini ornamen rumah
bergaya Tibet, bantal, tas kulit dan barang seni buatan tangan.
Kita dapat melihat bahwa wanita tradisional di
Tibet kebanyakan memiliki rambut panjang dan di sebagian besar waktu, mereka
mengepang rambut dengan rapi dan membubuhkannya dengan hiasan. Penataan rambut
menunjukkan status sosial wanita, gaya daerah atau suku, tetapi juga
mencerminkan mode saat itu.
Umumnya, orang Tibet percaya bahwa rambut
dapat berfungsi sebagai pendukung material yang berhubungan dengan kemakmuran.
Mereka tidak memotong rambut mereka sejak mereka lahir. Namun dengan pengaruh
modernitas, rambut pendek menjadi tren di Tibet. Semakin banyak wanita yang sering
mewarnai rambut mereka dalam berbagai warna untuk mengikuti mode bintang -bintang
pop. Kita dapat menemukan di Jalan
Barkhor banyak salon kecantikan yang dikunjungi oleh
wanita muda yang khusus tentang gaya
rambut dan menghabiskan uang untuk itu. Pemandu wisata
kami berkata: "Ini adalah tanda bahwa Tibet membuka jalan menuju
masyarakat modern."
Secara akademis, Milton telah membangun
dirinya sebagai ahli dalam hal inflasi dan perilaku konsumen. Ia meramalkan di
tahun 1967 bahwa masa inflasi yang berkepanjangan tidak akan menurunkan tingkat
pengangguran, yang secara langsung bertentangan dengan pandangan arus utama
masa itu. Ramalannya benar, di perioda melonjaknya inflasi di tahun 1973,
pengangguran di Amerika Serikat tetap tinggi, yang dikenal sebagai fenomena
stagflasi, persis seperti yang ia peringatkan.
Saya menjumpai pendukung ‘pasar bebas yang
liberal’ di kantornya di ‘pangkalannya’ di Universitas Chicago untuk
berbincang-bincang tentang pandangannya mengenai ekonomi. Kepribadiannya dan aroma kopi yang semerbak
membantu menghangatkan cuaca dingin dan berangin kencang kota Chicago di hari
itu.
Saya berkata:
“Sebagai pemimpin dari Chicago school of
economics, dan pemenang hadiah Nobel untuk Ekonomi di tahun 1976, majalah the
Economist menggambarkan anda sebagai ‘ahli ekonomi yang paling berpengaruh di
bagian kedua abad ke 20…. mungkin seluruhnya.’ Anda adalah pendukung kukuh
keutamaan sistem ekonomi pasar bebas dengan intervensi pemerintah yang minimal.
Anda bahkan lebih jauh lagi menulis Op-ed di harian the New York Times bahwa
‘Tanggung Jawab Sosial dari Bisnis adalah untuk Meningkatkan Labanya’, bahwa
hanya ada satu tanggung jawab sosial bisnis- untuk menggunakan sumber dayanya dan terlibat dalam
aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan labanya selama ia tetap
berada dalam aturan permainan, artinya, terlibat dalam persaingan terbuka dan
bebas tanpa kecurangan atau penipuan. Ini pernyataan yang sangat kontroversial,
mengingat belakangan ini tren korporasi, terutama yang besar, dianjurkan untuk
menerima tanggung jawab sosial yang lebih luas.”
Milton berkata:
“Seperti yang saya tulis di New York Times,
dalam dunia usaha bebas, sistem kepemilikan pribadi, seorang eksekutif
korporasi adalah pegawai dari pemilik usaha bisnis tersebut. Dia memiliki
tanggung jawab langsung kepada majikan-majikannya. Tanggung jawabnya itu adalah
untuk menjalankan bisnis nya sesuai dengan keinginan pemilik saham, yang pada
umumnya adalah mendapatkan uang sebanyak mungkin seraya mengikuti peraturan
mendasar masyarakatnya, baik yang tertuang dalam hukum maupun yang merupakan
perilaku etis.
Tentu saja, sang eksekutif juga adalah manusia
yang mandiri. Sebagai manusia, dia mungkin punya banyak tanggung jawab yang dia
ambil atau tanggapi secara sukarela – kepada keluarganya, kesadarannya, rasa
amalnya, gerejanya, kelompoknya, kotanya, negaranya. Jika diinginkan, kita bisa
menganggap tanggung jawab ini sebagai tanggung jawab sosial. Tapi dalam hal ini
ia bertindak sebagai pelaku utama, bukan sebagai perantara; dia mengeluarkan
uang atau waktu atau eneginya sendiri, bukannya uang majikannya atau waktu dan
energi yang dia setujui akan digunakan untuk tujuan majikannya. Kalau hal ini
adalah ‘tanggung jawab sosial’, maka hal ini adalah tanggung jawab sosial pribadi, bukan
tanggung jawab dari bisnis."
Saya berkata:
“Di bulan Agustus 2019, kelompok Business
Roundtable, organisasi yang mewakili korporasi-korporasi Amerika terbesar,
menerbitkan pernyataan menghimbau agar semua usaha bisnis agar mengambil
tanggung jawab yang lebih besar untuk memastikan bahwa kepentingan setiap pemilik
saham diperhatikan dalam kebijaksanaan korporasi. Pernyataan itu juga
menyatakan bahwa para pemilik saham bukan hanya memperhatikan keuntungan jangka
pendek, tapi keuntungan jangka panjang, dan bahwa perhatian yang berlebihan
akan keuntungan jangka pendek bisa merusak keuntungan jangka panjang"
Dan menjelang 2018, Larry Fink, CEO dari
BlackRock, dana investasi terbesar di dunia, menyatakan kekhawatiran akan model
keuntungan berapapun biayanya dari dunia korporasi menyebabkan biaya sosial
yang berlebihan, terutama dalam hal lingkungan hidup, yang tak dapat
dipertahankan. Ia menjanjikan akan menggunakan hak pilihnya dari triliunan dollar saham yang ia miliki untuk meningkatkan tanggung jawab sosial korporasi.”
Milton berkata:
“Fenomena yang lebih baru yang menghimbau para
pemilik saham agar korporasi menjalankan tanggung jawab sosial, dalam hampir
semua kasus, pada dasarnya yang terjadi adalah beberapa pemilik saham mencoba
membuat pemilik saham lainnya, atau para konsumen atau para pegawai, untuk
menyumbang tanpa suka rela untuk tujuan-tujuan sosial yang disukai para aktivis.
Sejauh keberhasilannya, mereka memaksakan pajak dan membelanjakan hasilnya. Mereka
pada dasarnya mengenakan pajak, di satu sisi, dan memutuskan bagaimana hasil
pajak akan dibelanjakan, di sisi lainnya. Proses ini menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan politik pada dua tingkat: prinsip dan konsekuensi. Pada
tingkat prinsip politik, pengenaan pajak dan pengeluaran hasil pajak sebenarnya
merupakan fungsi pemerintahan. “
Saya berkata:
“Adam Smith terkenal berkata: ‘Bukan atas
kebaikan tukang daging, pembuat bir, atau pembuat roti yang kita harapkan untuk makan malam kita,
tetapi atas perhatian mereka terhadap kepentingan mereka sendiri. Mereka
menangani diri mereka sendiri, bukan untuk kemanusiaan tetapi untuk cinta diri mereka, dan jangan
pernah berbicara dengan mereka tentang kebutuhan diri kita sendiri tetapi
tentang keuntungan mereka'. Kita tidak berkecimpung dalam bisnis untuk melayani
kebaikan masyarakat apalagi untuk melakukan perbuatan altruistik; kita perlu
menafkahi diri kita sendiri dan keluarga kita. Dalam dunia bisnis kedua belah
pihak perlu mendapat keuntungan, yang menjual roti dan yang membelinya. . Dalam
pengertian ini kita beruntung bahwa ada tukang roti, tukang daging, dan pembuat
bir yang memperhatikan kepentingan mereka sendiri, karena pada akhirnya itulah
yang terbaik untuk kepentingan kita.”
Milton berkata:
“Kepentingan-diri bukanlah keegoisan yang
rabun. Hal itu adalah apapun yang diminati orang itu, apapun yang mereka
hargai, apapun
tujuan yang mereka kejar. Ilmuwan berusaha untuk memperluas batasan disiplin
ilmunya, misionaris yang berusaha untuk mengubah orang-orang kafir menjadi
penganut imannya , dermawan yang berusaha untuk memberikan kenyamanan kepada
yang membutuhkan – semua mereka mengejar kepentingan mereka, sesuai pandangan
mereka, sebagaimana mereka menilai mereka dengan nilai-nilai mereka sendiri.
Dunia berjalan atas individu-individu yang
mengejar kepentingan mereka masing-masing… Catatan sejarah sangat jelas bahwa
tidak ada alternatif lain, sejauh ditemukan, untuk meningkatkan nasib
orang-orang biasa yang dapat memberi cahaya kepada kegiatan produktif yang
dibebaskan oleh sistem kebebasan berusaha.”
Saya berkata:
“Namun demikian, kepentingan pribadi dan motif
keuntungan sering keluar jalur, seperti yang kita alami dalam kasus Lehman
Brothers pada tahun 2008. Segera setelah Lehman Brothers mengajukan
kebangkrutan dan pasar global panik,
pasar-sahampun ambruk. Pemerintah Amerika memberikan 9
triliun dollar pinjaman darurat kepada bank, dan menasionalisasi AIG,
perusahaan asuransi terbesar di negara itu”.
Miton berkata:
“Terlebih dulu, beri tahu saya, apakah ada
masyarakat yang anda kenal yang tidak berjalan di atas keserakahan? Anda pikir
Rusia tidak berjalan di atas keserakahan? Anda pikir Tiongkok tidak berjalan di
atas keserakahan? Apa itu keserakahan? Tentu saja tidak seorangpun dari kita
yang serakah. Hanya orang lain yang serakah.
Dunia berjalan di atas individu-individu yang
mengejar kepentingan mereka masing-masing. Pencapaian besar peradaban tidak
datang dari kantor-kantor pemerintah. Einstein tidak membangun teorinya di
bawah perintah seorang birokrat. Henry Ford tidak merevolusi industri mobil
seperti itu. Dalam satu-satunya kasus di mana massa telah lolos dari jenis
kemiskinan parah, satu-satunya kasus dalam sejarah yang tercatat adalah di mana
mereka menjalankan kapitalisme dan perdagangan bebas yang meluas.
Jika anda ingin tahu di mana masyarakat
mengalami yang paling buruk, justru dalam jenis masyarakat yang menolak dari
sistem itu. Sehingga catatan sejarah benar-benar jelas bahwa tidak ada jalan
alternatif, sejauh ditemukan, untuk meningkatkan nasib rakyat biasa.
Dalam ekonomi, banyak hal bisa salah seperti
yang dikatakan Adam Smith: 'Ada banyak kehancuran di suatu negara' dan
pemerintah dapat mengacaukan banyak hal, tetapi keinginan untuk memperbaiki
diri kita sendiri masih dapat membuat pasar bekerja."
Saya berkata:
"Gordon Gecko dalam film Wall Street
berkata: 'keserakahan - jika tidak ada cara yang lebih baik untuk mengatakannya
- itu baik. Keserakahan itu benar. Keserakahan itu berhasil. Keserakahan itu menjelaskan,
memotong penghalang, dan menangkap esensi dari semangat evolusi. Keserakahan,
dalam segala bentuknya – kehausan akan kehidupan, uang, cinta, pengetahuan –
telah mewarnai kebangkitan umat manusia.’
Lalu, bolehkah saya bertanya kepada anda
apakah kapitalisme itu baik dari sudut pandang moralitas?”
Milton berkata:
“Masalahnya adalah bahwa nilai moral bersifat
individual, bukan kolektif. Nilai-nilai moral berkaitan dengan apa yang
diyakini masing-masing kita sendiri secara terpisah adalah benar. Apapun nilai-nilai
individu kita sendiri: kapitalisme, sosialisme, perencanaan sentral kebutuhan
kita, bukanlah tujuannya sendiri. Mereka membutuhkan dunia yang lebih memikat,
manusiawi atau kerendahan hati dalam diri manusia. Kita harus bertanya apa
hasil-hasilnya?
Tingkat ketidakadilan sosial dan siksaan di
tempat seperti di penjara seperti di Rusia memiliki perbedaan besar daripada di
negara-negara Barat di mana sebagian besar dari kita telah tumbuh dan di mana
kita telah terbiasa hidup.
Di mana anda mendapatkan tingkat ketidaksetaraan
terbesar di dunia? Di Uni Soviet ketidaksetaraan yang sangat besar dalam arti
harfiah diperlihatkan oleh adanya kelompok kecil terpilih yang memiliki semua
layanan dan fasilitas hidup dan masyarakat luas yang berada dalam standar hidup
yang sangat, sangat rendah. Dan memang, lebih jelas, jika anda mengambil tingkat
upah mandor dibandingkan tingkat upah pekerja biasa di Uni Soviet, rasionya
jauh lebih besar daripada di Amerika Serikat.
Tiongkok juga merupakan negara dengan
perbedaan pendapatan yang besar, di antara yang memiliki posisi politik yang
kuat dibandingkan dengan yang lainnya;
di antara kota dan pedesaan; di antara
beberapa pekerja di kota dengan pekerja lainnya.
Kapitalisme, di sisi lain, adalah sistem
organisasi yang mengandalkan kepemilikan pribadi dan pertukaran sukarela. Ini
telah membuat orang menolaknya, itu membuat mereka menjauh karena mereka pikir itu menekankan
kepentingan pribadi secara sempit, karena mereka menolak gagasan orang mengejar
kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan yang lebih luas. Namun jika anda
melihat hasilnya, jelas bahwa hasilnya sebaliknya.
Kalau anda memiliki kebebasan dan kemakmuran,
tolok-ukur terbesar bagi kebebasan, kalau anda melihat negara-negara Barat di
mana kebebasan berlaku. Ada lebih banyak keadilan sosial dan lebih kecil
ketidaksetaraan. Jadi apakah kapitalisme berhasil meskipun nilai-nilai amoral
yang melingkupinya? Hasil itu muncul karena masing-masing sistem, kapitalisme
dan sosialisme, telah setia pada nilai-nilainya sendiri, atau lebih tepatnya
sistem itu tidak memiliki nilai.
Yang menjadi perhatian kita dalam membahas
nilai-nilai moral di sini adalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Penting untuk membedakan antara dua set pertimbangan moral, moralitas yang
relevan bagi kita masing-masing dalam kehidupan pribadi kita. Bagaimana kita,
masing-masing individu berperilaku, berperilaku dan kemudian apa yang relevan
dengan sistem pemerintahan dan organisasi.”
Saya berkata:
“Selama beberapa dekade terakhir, Tiongkok
telah menghasilkan kemajuan yang konsisten dalam pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Sementara sebagian besar pengamat setuju bahwa laju transformasi di
Tiongkok luar biasa, beberapa tetap khawatir tentang meningkatnya ketimpangan
pendapatan. Namun Tiongkok mengklaim bahwa kesenjangan tersebut mengecil karena
pendapatan di pedesaan Tiongkok meningkat.”
Milton berkata:
“Di akhir 1979, saya tercengang ketika
menerima undangan resmi untuk mengunjungi Tiongkok. Ini adalah fenomena yang
menurut saya benar-benar luar biasa, dan saya dengan cepat menerimanya. Saya
dan istri saya Rose tiba di China pada tahun 1980. Perjalanan itu bermasalah
sejak awal. Kesan umum saat berjalan atau mengemudi di jalan di sana adalah
suatu kejemuan, kekusaman dan kotoran. Hampir-hampir satu-satunya tempat yang
ada cahaya dan keindahan dan kebersihan dan variasi adalah di atas panggung.
Negara sosialis yang miskin ini mengundang
saya, dari antara banyak orang, untuk memberikan nasihat ekonomi tentang
inflasi. Saya menyampaikan empat kuliah tentang topik-topik seperti
"misteri uang" dan "dunia Barat pada 1980-an" kepada para
pejabat dan cendekiawan. Saya menolak gagasan bahwa inflasi hanya muncul dalam
masyarakat kapitalis. Inflasi bukanlah bawaan 'kapitalis' atau 'komunis'.
Sebaliknya, pemerintah sendiri adalah akar penyebab inflasi, yang hanya dapat
disembuhkan dengan 'pasar swasta yang bebas'."
Saya berkata:
“Bagaimana tanggapan para pengunjung tentang
kuliah anda?”
Milton berkata:
“Mereka tampaknya sama sekali tidak menyadari
komitmen saya akan pasar bebas. Bagi para ekonom Tionkok, ide-ide saya radikal.
Dalam masyarakat yang belum menerima pasar swasta yang bebas, pendekatan ini
tidak dapat diterima. Seorang ilmuwan Tiongkok menyebut 'kontradiksi internal
kapitalisme', sebuah ungkapan standar Marxis tentang kesenjangan yang semakin
lebar antara pendapatan pemilik dengan para buruhnya. Saya menegaskan bahwa
tidak ada kontradiksi seperti itu, dan memberikan pengamatan saya tentang
prediksi Marx yang salah tentang masa depan perkembangan kapitalis. Lalu saya
katakan adalah fakta bahwa orang biasa akan selalu hidup lebih baik di
negara-negara kapitalis daripada di negara-negara sosialis."
Saya berkata:
“Lalu anda diundang ke Tiongkok lagi di tahun
1988, dalam rangka apa?”
Milton berkata:
“Dalam rangka konferensi tentang reformasi
ekonomi yang diselenggarakan di Shanghai oleh Cato Institute dan Universitas
Fudan. Saya menganjurkan penggunaan seluas mungkin, bukan pasar, tetapi 'pasar swasta
bebas'. Kata 'bebas' dan 'swasta' lebih penting daripada kata 'pasar'. Setiap
masyarakat, apakah komunis, sosialis, atau apa pun yang anda hendaki,
menggunakan pasar. Sebaliknya, perbedaan yang penting adalah milik pribadi atau
bukan milik pribadi. Siapa peserta pasar itu, apakah pegawai birokrat
pemerintah yang beroperasi atas nama sesuatu yang disebut negara? Atau apakah
mereka pribadi yang beroperasi secara langsung atau tidak langsung atas nama
mereka sendiri?
Di Tiongkok, pembebasan substansial dari
banyak harga-harga, terutama harga barang-barang pertanian dan sejenisnya,
tidak disertai dengan privatisasi sistem perbankan. Seperti yang saya pahami,
pemerintah Tiongkok secara tidak langsung menentukan apa yang terjadi pada
peredaran uang melalui kredit yang diberikannya kepada perusahaan-perusahaan
negara. Salah satu akibatnya terjadi peningkatan pesat dalam jumlah uang dan,
tidak mengherankan, lonjakan kenaikan harga yang cepat, sehingga inflasi, baik
yang terbuka maupun yang ditunjang, telah memunculkan wajahnya.”
Saya berkata:
“Perjalanan anda berkembang menjadi yang
paling dramatis, anda menerima kabar bahwa Zhao Ziyang, Sekretaris Jenderal
Partai Komunis telah meminta untuk bertemu dengan anda. Apa yang kalian bicarakan?”
Milton berkata:
“Zhao memaparkan tantangan yang dihadapi
ekonomi Tiongkok, apa yang ingin mereka lakukan dalam menjalankan reformasi
lebih lanjut adalah mengurangi jumlah komoditi yang harganya yang berada di
bawah sistem dua-jalur dan kontrol negara. Namun, ketika mereka siap untuk
melangkah lebih jauh menuju reformasi harga, mereka dihadapkan pada masalah
yang sulit, terutama inflasi yang cukup besar. Dia menanyakan pandangan saya
tentang dampak inflasi. Bisakah orang-orang menerima kejutan seperti itu, baik
secara ekonomi maupun psikologis? Kemudian dia mengajukan pertanyaan yang lebih
mendasar lagi: ‘Mengapa inflasi terjadi di Tiongkok?’
Saya menyatakan bahwa sistem dua-jalur sebagai salah satu penyebab inflasi karena
menghasilkan begitu banyak inefisiensi dalam perekonomian, dari panjangnya antrian
hingga kekurangan pasokan, dan melonjakkan harga di sektor-sektor yang terbuka
bagi pengaruh pasar berdasarkan penawaran dan permintaan. Saya juga menolak
tindakan 'setengah-setengah' lainnya yang menunda apa yang saya telah lihat
sebagai satu-satunya solusi nyata: privatisasi dan pemasaran sepenuhnya.
Pembicaraan berlanjut, menyentuh usulan
reformasi nilai tukar mata uang, pengelolaan perusahaan negara, dan kewenangan
pemerintah pusat atas perekonomian. Zhao memohon saya untuk memahami keadaan
khusus Tiongkok: tanpa sistem perbankan yang maju, Tiongkok tidak dapat
memperketat jumlah peredaran uang untuk mengendalikan inflasi, seperti yang
dilakukan pemerintah Amerika. Namun saya terus menganjurkan reformasi pasar
yang cepat dan menyeluruh. Setelah hampir dua jam perbincangan sengit, kami
mengakhiri percakapan itu tanpa konsensus tentang jalan terbaik untuk
Tiongkok.”
Saya berkata:
“Walapun demikian, anda diterima Kembali ke
Tiongkok di tahun 1993 untuk pertemuan-pertemuan resmi. Bagaimana pandangan
anda tentang Tiongkok saat itu?”
Milton berkata:
“Bepergian ke Shanghai dan Beijing, saya
tercengang dengan pesatnya perkembangan di Tiongkok. Di akhir perjalanan, saya
kembali ke Aula Besar Rakyat, tempat pertemuan saya yang berkesan dengan Zhao
Ziyang, untuk bertemu dengan presiden baru China, Jiang Zemin. Dia menyampaikan
apa yang saya anggap sebagai pidato kalengan tentang keberhasilan dan tantangan
ekonomi Tiongkok, dan pertemuan itu berakhir dengan singkat saja. Saya menduga
bahwa Jiang Zemin tidak benar-benar ingin mendengar apa yang kami telah katakan.”
Saya berkata:
“Terima kasih Milton atas wawancara besar
ini.”
TAMAT
Ini adalah wawancara imajiner untuk mengenang Milton
Friedman.