Cari Blog Ini

Minggu, 31 Desember 2017

Wawancara dengan Dante


Photo: Wikimedia
Aku melihat Dante di Florence sesaat sebelum ia menghampiri jembatan Ponte Vecchio yang menyeberangi sungai Arno.

Dia berbadan rada kecil, dengan mata besar dan hidung bengkok yang kentara. Dia kelihatan seperti orang-orang yang biasa dijumpai di jalanan.

Aku ragu sejenak apakah akan menyapanya ketika ia kelihatan sedang tertegun memandang ke seberang sungai. Tak disangka ia ternyata seorang yang cukup ramah dan bersedia berbicara dengan orang yang belum dikenal.

Bingung dan tak siap, aku bertanya asal-asal saja:
“Apa arti kota Florence ini bagi anda?” 

Dante mengutip Inferno Canto 26:
“Bersukacitalah, wahai Florence, karena engkau begitu agung,
Yang melampaui laut dan daratan engkau mengepakkan sayapmu
Dan di seluruh Neraka namamu tersebar luas!
Di antara pencuri lima orang pendudukmu
Seperti ini kutemukan, membuat aku malu,
Dan sehingga engkau tidak meraih kehormatan agung.”

Lalu aku bertanya:
“Meskipun dengan keagungannya, mengapa anda bilang kota kesayangan anda, Florence, terkenal di suluruh Neraka?”

Dante berkata:
“ Banyak penududuk terkemuka Florence hidup di Neraka karena dosa-dosanya.
Filippo Argentini menyamarkan kudanya dengan perak dan memiliki tangan besi. Dia memiliki temperamen yang kejam, suatu saat dia menampar aku, dan adiknya mengambil alih milikku yang disita.
Farinata degli Uberti adalah seorang bidaah, dia percaya bahwa tidak ada jiwa dan segalanya akan mati dengan badan.  Dia menganggap kesenangan hidup di dunia sebagai tujuan paling utama.
Bocca degli Abati mengkhianati pendukung golongan guelph pada saat terpenting di pertempuran- ketika tentara bayaran Jerman membantu golongan ghibellines Tuscan menyerang – dengan memotong tangan pemegang bendera lambang guelph.  Kehilangan semangat oleh pengkhianatan Bocca dan lenyapnya bendera mereka, orang-orang gueplh menjadi panik dan dikalahkan bulat-bulat.
Lalu ada sobatku Ciacco yang rakus, babi itu, sepanjang hidupnya mengumbar kerakusan makannya dan hidup dalam kelebihan.
Lalu ada Francesca da Rimini, yang terpaksa kawin dengan orang yang bernama Gianciotto Malatesta karena urusan politik. Namun, dia jatuh cinta dengan adik suaminya Paolo dan berselingkuh dengannya. Ketika Gianciotto mengetahui perselingkuhan itu, dia membunuh keduanya. Gianciotto sekarang berada di Neraka di tingkat yang lebih dalam, begitu kata Francesca kepadaku.”

Aku berkata:

“ Ada orang yang mengira bahwa anda mengutuk orang-orang ke neraka di buku Inferno anda karena anda sakit hati terhadap musuh-musuh anda. Anda pernah menjadi orang yang sangat berpengaruh dan terkenal di lingkungan politik dan lalu dikucilkan dari Florence, dengan orang-orang segolongan anda, setelah kalian kalah dalam peperangan politik. Anda dihukum, dengan empat orang lainnya, dengan denda besar dan diasingkan selamanya dari pemerintahan.
Kemudian, dengan kedua anak anda dan orang lainnya, kalian dijatuhi hukuman mati dengan dibakar, seandainya kalian kembali masuk ke dalam kekuasaan rakyat. Anda kehilangan segalanya, keluarga, hak milik, dan jalan hidup anda.”

Dante mengutip pembukaan Inferno:
“Di pertengahan perjalanan hidup kita
Aku menemukan diriku berada di kegelapan hutan,
Karena jalan yang benar sudah hilang.
Ah, betapa susahnya aku untuk mengatakan
Betapa kejamnya hutan ini, kasar dan keras,
Yang menambah rasa takut.
Alangkah pahitnya, kematian sedikit lagi;
Namun demi membagi hal baik yang aku temukan di sana,
Aku akan berbicara mengenai hal-hal lain yang aku lihat di sana.”

Aku berkata:

“Mengikuti perjalanan anda di Purgatory Canto 30, anda seakan mengakui bahwa anda tidak setia kepada Beatrice, wanita yang anda puja dan sangat cintai. Anda berkata bahwa anda jatuh cinta padanya saat pertama and ketemu dengannya, dan di Vita Nuova anda menulis tentangnya dan berkata “Lihatlah, seorang dewi yang lebih perkasa dari aku; yang akan datang, dan akan mengendalikan aku.”

Anda seakan benar-benar terpikat dengannya sejak pertemuan pertama, namun saat itu anda baru 9 tahun dan dia 8 tahun.”

Dante mengutip sebuah soneta dari buku Vita Nuova (yang berarti Hidup Baru) yang dipersembahkan buat Beatrice:
“ Di dalam buku itu yang
Adalah kenanganku….
Pada halaman pertama
Yang adalah babak ketika
Aku pertama kali berjumpa dengan mu
Muncul kata-kata…
Di sini mulai sebuah hidup baru.”

Aku berkata:
“Lalu saat kedua anda bertemu Beatrice adalah 9 tahun kemudian, dan ia menikah dengan seorang bankir 4 tahun kemudian, dan meninggal dunia 3 tahun kemudian pada umur muda 24 tahun, di tahun 1290. Bagaimana anda memandang Beatrice setelah kematiannya di bagian hidup anda selanjutnya?”

Dante mengutip apa yang dikatakan Beatrice tentang Dante di Purgatory Canto 30:
“Ia memisahkan dirinya dari aku dan memberinya kepada yang lain.
Ketika aku bangkit dari badan menjadi jiwa,
Dan keindahan dan keluhuran di dalam aku tertambah,
Aku baginya menjadi kurang tersayangi dan kurang menyenangkan;
Dan dia berbelok ke jalan yang tidak benar,
Mengejar hal yang berkesan kepalsuan,
Yang tak pernah memenuhi janjinya;
Tidak juga ada doa memohon petunjuk kutemukan,
Dalam bentuk mimpi dan yang lainnya
Aku memanggilnya kembali, sangat sedikit yang diturutinya.
Sebegitu rendah ia jatuh, sehingga semua sarana
Untuk menyelamatkannya sudah kehabisan,
Kecuali menunjukkan padanya orang-orang terbinasa itu.”

Lalu Dante mengutip Purgatory Canto 31:

“Menolehlah, Beatrice, wahai tolehkan mata kudusmu,”
Begitu lagu mereka, “kepada orang yang percaya,
Yang harus melihat engkau mengambil begitu banyak langkah,
Dalam rahmat lakukanlah keanggunan yang engkau singkapkan
Wajahmu kepadanya, sehinga dia dapat melihat
Keindahan kedua yang engkau sembunyikan.”
Wahai semarak cahaya hidup yang abadi!”

Aku berkata:

“Kembali ke Inferno Canto 26, anda bercerita tentang Ulysses, raja Yunani Ithaca yang legendaris dan pahlawan puisi epik dari Homer, bahwa anda bertemu dengannya di Neraka. Namun dalam hidupnya orang ini mendapat pengakuan dari surga. Dewi Athena, putri dari dewa tertinggi membantu perantauannya, dan bahkan menyiapkan pembunuhan berdarah. Raja angin Zeus, dewa tertinggi adalah dewa lainnya yang memperkukuh hubungan Ulysses dengan surga. Dalam perjalanannya, Ulysses juga menerima bantuan para dewa seperti Circe dan Calypso, meskipun dia didendami oleh tokoh seperti Poseidon.
Mengapa dia sekarang menderita di Neraka, tempat yang anda sebut di Inferno Canto 3: “Abaikan semua harapan, engkau yang masuk ke sana”, dan di mana “Belatung yang menjijikkan dan cacing-cacing di kaki para pendosa mengisap darah yang membusuk, nanah, dan air mata yang turun mengailr dari tubuhnya.” Mengapakah pahlawan agung itu dikutuk ke neraka?”

Dante menceritakan tulisan Homer mengenai Ulysses:
“Ulysses membunuh semua pelamar yang ingin menyunting isterinya Penelope selagi ia merantau. Leodes memohon ampun untuk nyawanya namun ia disebat pedang, sehingga kepalanya jatuh terguling menelan debu. Setelah membunuh semua pelamar Penelope itu, dia memerintahkan membunuh juga semua dayang-dayang Penelope. Namun, sebelum itu mayat-mayat para pelamar musti disingkirkan dulu, dan para dayang harus membersihkan meja kursi dari darah pelamar. Dia ingin menghina para dayang sebelum ia menjagal mereka, memperlihatkan mayat-mayat kekasih mereka sementara mengetahui sepenuhnya azab yang akan menimpa. Setelah para dayang membersihkan meja kursi, digosok dengan spons, dibilas dan dibilas lagi darah, mereka dipenggal dengan pedang lancip yang mencabut nyawa. Tak diragukan lagi bahwa Ulysses adalah gembongnya gerombolan bajingan itu.”

Aku berkata:
“Ulysses dikenal sebagai raja perang dan ahli strategi yang hebat. Dia dengan cerdik menyingkapkan penyamaran Achilles dan meyakinkannya untuk menopang senjata untuk ikut perang melawan orang-orang Trojan. Di dalam Iliad yang ditulis Homer, Ulysses dipandang sebagai antitesis Achiles, selagi Achiles dirudung kemarahannya yang bisa menghancurkan dirinya sendiri, Ulysses sering dianggap sebagai orang yang menggunakan akal, mengikuti pikiran, terkenal oleh kesabarannya dan keahlian diplomasi. Ulysses bukan saja ahli taktik perang, seperti dibuktikannya dengan akalnya menggunakan Kuda Trojan, tetapi juga pembicara yang baik. Dia dianggap pahlawan yang terpiawai, dapat memecahkan setiap persoalan. Dia juga adalah serdadu yang hebat dan pemimpin yang sangat karismatik yang memberi inspirasi rakyatnya."

Dante berkata mengutip apa yang dikatakan Ulysses kepadanya di Inferno Canto 26:
“ Bukan kelembutan terhadap seorang putra, bukanlah pula tugas mengabdi
Terhadap ayahku yang menua, bukan pula cinta yang aku berhutang
Kepada Penelope yang akan membuatnya gembira
Dapat menimpali semangat ku
Untuk mencari pengalaman duniawi
Dan mempelajari kejahatan manusia, dan harganya….
Aku dan kawanan sekapalku menjadi tua dan lambat
Saat kami sampai di selat yang sempit
Dimana Hercules menoreh garis luar batas,
Memperingati semua orang untuk tidak pergi lebih jauh.”

Aku berkata:
“Dengan demikian spertinya Ulysses bertindak seperti Adam, manusia pertama di bumi, yang meskipun berbahagia kekal hidup di surga mengidap kerinduan untuk mencari yang lebih, tentang pengetahuan terlarang. Demikian halnya Ulysses yang meskipun berbahagia setelah berhasil kembali pulang ke pulau Ithaca, hidup berbahagia dengan keluarga, mengidap kerinduan akan petualangan yang lebih, untuk menaklukan dunia “yang belum dilihat siapapun”, yang berakhir dengan hancur leburnya kapal Ulysses dan kematiannya yang menandai talak terakhir dengan segala hubungan surgawi.

Kala sore hari menggelap, Dante mengakhiri pembicaraan itu dengan mengatakan bahwa ia harus pergi ke suatu tempat, lalu membalikkan punggungnya mengikuti tapak jalan di sepanjang sungai Arno.




Ini adalah wawancara imajiner untuk mengenang Dante Alighieri.





Jumat, 29 Desember 2017

Teater Liu Sanjie di Yangshuo





Teater Liu Sanjie adalah pertunjukkan di alam terbuka di pegunungan dan sungai di Yangshuo.
Yangshuo adalah desa di ujung perjalanan indah di Sungai Li (baca blog sebelumnya tentang Sungai Li) dari Guilin, di Timur Laut Guangxi, Cina.
Teater Liu Sanjie di panggungkan sepanjang 2 km di tepi Sungai Li dengan 12 puncak pegunungan sebagai latar belakang. Jadi, tidak seperti pertunjukan dengan panggung tradisional, di sini kita melihat pertunjukkan dengan latar belakang alam.  Pemandangan alam yang indah dengan puncak pegununungan, tercerminkan di air jernih, hujan kabut, dan hutan bambu, juga dengan suara hewan di lingkungan alamiah adalah ciri unik pertunjukkan ini.
Teater Liu Sanjie di sutradarai oleh sutradara filem terkenal Zhang Yi Mou. Dia adalah sutradara filem Cina, produser, penulis dan aktor, dan sudah memenangkan berbagai piala dan penghargaan di festival filem internasional seperti Silver Lion dan Golden Lion di festival filem Venesia, Festival Filem Cannes dan the Golden Bear. Zhang adalah juga sutradara acara pembukaan dan penutupan Olimpiade Beijing 2008, yang mendapat pujian internasional.
Zhang Yi Mou membutuhkan waktu tiga setengah tahun untuk menyelesaikan persiapan peluncuran Liu Sanjie. Pertunjukkannya memakan waktu 70 menit dan melibatkan lebih dari 600 pemain. Semua pemain adalah orang-orang lokal dan nelayan, terutama suku minoritas Zhuang dan Yao, yang sangat rajin berlatih. Pada tanggal 20 Maret 2004, premier teater cahaya Liu Sanjie adalah pertunjukan besar di alam bebas dengan 1800 kursi penonton, sekarang sampai sekitar 3000 kursi. Tiga pertunjukkan setiap hari, dan selalu penuh di masa ramai liburan.

Kisah Liu Sanjie  berasal dari suku minoritas Zhuang (baca blog sebelumnya tentang persawahan di Longji). Kisah itu tentang penyanyi wanita legendaris Zhuang bernama Liu Sanjie, yang berarti “saudara perempuan ketiga”. Suaranya sangat bagus yang menarik perhatian seorang gangster bernama Mo Huairen.  Gangster itu jatuh cinta kepada Liu Sanjie dan bermaksud mengambilnya sebagai gundik. Namun, karena Liu Sanjie menolak, Mo Huairen bermaksud membunuhnya.
Kekasih Liu Sanjie, Li Xiaoniu, dan sahabat-sahabatnya sekampung kemudian membebaskan Liu Sanjie dan pasangan itu melarikan diri dengan cara berubah menjadi sepasang burung yang bersuara indah.
Teater Liu Sanjie juga dinamakan Pertunjukan Impressi, karena ia berfokus pada impresi dan bukannya plot ataupun karakter. Kita bisa melihat kumpulan impresi, yang merupakan impresi pemandangan dan kehidupan penduduknya, dilatar belakangi pegunungan dengan sungai sebagai panggung. Dengan lighting system yang mengagumkan, musik, dan teknologi visual membuat pertunjukan ini sebuah impresi fantastis tentang kisah Liu Sanjie. Zhang Yi Mou menggunakan suasana alam Yangshuo untuk memeberi efek maksimum terhadap pertunjukannya.  Penggunaan cahaya dan air menunjang keindahan sungai Li dan pegunungan kapur yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Pada tanggal 20 Maret 2004 pertunjukan perdana teater cahaya Liu Sanjie  di alam terbuka yang luas dengan 1800 kursi, sekarang sekitar 3000 kursi. Setiap hari ada tiga pertunjukan, selalu penuh di masa ramai liburan.
Teater Liu Sanjie dibagi menjadi 4 bagian utama:
Yang pertama dinamakan Pertunjukan Merah dengan menggelar kain sutera panjang di sungai, yang memberi kesan seakan nelayan membuang jaring lalu menariknya kembali, sambil menjaga keseimbangan di kegentingan rakit bambu. Itu adalah aksi yang menakjubkan.
Lalu diikuti oleh Pertunjukkan Hijau yang memeberi kesan kehidupan sehari-hari penduduk Sungai Li. Asap mengepul dari panci masakan, para wanita mencuci, di sawah, memancing, dan segala hal keseharian di kehidupan mereka.
Lalu diikuti oleh Pertunjukan Biru, Liu Sanjie bersenandung lagu cinta sambil mandi di sungai bagi pengantin, bahkan bulanpun terpesona mendengar lagu itu.
Mengetahui bahwa Mo Huairen akan mendapat dukungan kepala kampung dan melaksanakan niatnya membunuh Liu Sanjie, orang-orang kampung menasihatinya agar menjauhkan diri dari bahaya untuk sementara waktu. Liu Sanjie lalu mengucapkan selamat tinggal dan pergi merantau dengan kekasihnya Li Xiaoniu.
Akhirnya, Pertunjukan Perak, pertunjukan pentutup yang gemilang, dengan pergantian kostum emas dan perak, memberi kesan kebahagian kehidupan Liu Sanjie dan Li Xiaoniu selamanya.
Begitulah kisah legenda yang menyentuh mengenai Liu Sanjie, dipertunjukkan di Sungai Li dengan latar belakang pegunungan, ditunjang oleh sound system dan lighting system yang sempurna. Pertunjukan itu adalah kombinasi yang menakjubkan antara legenda, alam, teknologi, nyanyian, koreografi dan kebudayaan Zhuang. Benar-benar pertunjukan yang fantastis !





Minggu, 24 Desember 2017

Perjalanan sepanjang Sungai Li



Apa bisa dikata tentang sungai Li, ia sangat fantastis. Sungai Li juga disebut LiJiang dalam bahasa Cina, karena “jiang” berarti “sungai”, jadi adalah salah untuk mengatakan Sungai Lijiang yang sering dipakai di artikel-artikel pada umumnya.  Namun orang-orang kebanyakan mengabaikan hal itu karena sungai itu sangat terkenal, semua orang tau.
Menjelajahi sungai yang dikelilingi pegunungan dengan kapal selama 4 jam, adalah bak perjalanan dalam ketenangan tiada akhir. Kita bisa melihat sekitar kita sekeliling 360 derajat pemandangan yang indah.
Sungai Li mengalir lewat Guilin dan Yangshuo dengan panjang sekitar 116 km. Turis menaiki berjenis-jenis kapal, dari yang model sampan sampai ke yang besar, ber AC. Perjalanan ini adalah atraksi utama bagi turis yang singgah ke Guilin. Berjuta-juta orang datang ke sungai yang kehijauan ini, menjelajahinya diantara pucuk pegunungan dan pulau-pulau untuk mengamati keindahan alamnya. Di masa sibuk liburan sebegitu banyak kapal dibutuhkan, sehingga kapal-kapal itu berlayar berbaris disungai itu bagaikan kereta api di air.
Sepanjang sungai Li dikelilingi pegunungan hijau dan pegunungan kapur yang indah. Sungai itu telah dikunjungi sangat banyak seniman, penulis dan penyair untuk mengagumi keindahannya. Sungai Li memperlihatkan pemandangan asli pedalaman Cina. Ditulis dan dilukis oleh penyair dan pelukis, sungai itu memberikan foto album pegunungan kapur, desa-desa jaman dulu dan tanaman bambu.
Di masa dinasti Song, Guilin telah menjadi terkenal akan keindahan alamnya dan disebut sebagai yang terbaik “di antara semua gunung dan air”. Guilin terkenal akan pegunungannya yang unik dan sungai-sungai yang indah.  Ada sekitar 157 bukit-bukit berbatu (sekarang dalam perlindungan pemerintah kelas satu dan dua), 21 gua kapur besar dan beberapa ratus yang kecil.
Di antara pegunungan dan bukit kapur di Guilin, mengalir sungai Li yang tenang dengan pemandangan yang indah. Sungai Li mengalir melalui Guilin dan Yangshuo dengan panjang total 116 km. Turis menjelajahi sungai dengan berbagai macam kapal, dari kapal bambu kecil sampai yang besar, ber AC. Jutaan orang tiap tahun datang ke airnya yang kehijauan, menjelajahi sungai di antara bukit-bukit dan pulau-pulau untuk melihat keindahan alamnya. Sungai ini adalah atraksi utama bagi turis yang datang ke Guilin.
Pada saat sungai itu menikung di dekat Xingping sampailah kita di bentangan pemandangan ikonik yang dikenal dengan pemandangan Kain Kuning, yang tercetak di mata uang 20 Yuan Cina. Mata uang itu memperlihatkan seorang nelayan di sungai itu dengan pemandangan Kain Kuning sebagai latar belakangnya.
Nama tempat itu diberikan karena ada batuan kuning, panjang dan lebar, yang refleksinya di sungai menyebar bagaikan kain kuning. Ke tujuh bukit di tepi pemandangan Kain Kuning dikaitkan dengan ketujuh bidadari yang datang dari kayangan untuk bermain di tepi sungai dan sangat terpesona dengan keindahannya sehingga tidak mau pergi.
Melebihi sungai itu sendiri, pemandangannya sangat memukau: tanah aluvial berombak dengan batu kapur berumur 300 juta tahunan. Istilah geologisnya adalah pegunungan karst, kadangkala berbentuk aneh seperti suatu benda, seperti halnya pemandangan Kain Kuning itu. Penduduk menggunakan imajinasi untuk menamai bentuk-bentuk aneh itu seperti: Menonton buah apel, kuas kaligrafi, 8 dewa, bukit gading gajah, gunung pakaian terlipat, dsb. Banyak nama-nama karangan itu dikaitkan dengan sebuah legenda lokal. Kebiasaan menamai pemandangan ini dan mengaitkannya dengan sebuah legenda adalah umum di Cina, banyak dijumpai di tempat lain di Cina. Sebetulnya dalam hal ini orang Cina bisa dibilang sangat imajinatif dan kreatif.
Di antara bentuk-bentuk aneh itu, tempat yang paling penting adalah bukit Sembilan Kuda, yang tak boleh terlewatkan. Lokasinya sekitar 4 km dari Xingping. Permukaan bukit itu mempunyai pola seperti sekelompok kuda. Dalam variasi warna kuning dan putih, gelap dan terang, kuda-kuda itu nampak seperti ada yang lari, ada yang berbaring dan yang lainnya bercanda. Pola-pola ini tercetak di pegunungan ini sudah berabad-abad lamanya.
Di Xingping, ada tempat yang dinamai Bukit Onta, karena bentuknya seperti onta. Di Guilin, Yangshuo dan tempat lainnya di Cina, ada juga tempat yang dinamai Bukit Onta karena bentuknya. Jadi jangan salah kaprah bahwa Bukit Onta adalah tempat yang di tepi sungai Li itu saja, karena ada banyak Bukit Onta lainnya di Cina.

Perjalanan menakjubkan selama 4 jam itu berakhir di Yangshuo, yang meninggalkan kenangan yang mengesankan tentang pemandangan sepanjang Sungai Li, melekat dalam ingatan karena nama-nama karangan yang dikaitkan dengan pemandangan itu. Mungkin memang itu maksud pemberian nama-nama karangan seperti itu.




Sabtu, 23 Desember 2017

Suku Dong Penggemar Bernyanyi


Perkampungan orang-orang Dong terletak di perbukitan di perbatasan Hunan- Guichou- Guangxi, Cina.
Suku Dong sejumplah sekitar 20- 30 keluarga hidup diperkampungan di dekat sungai. Ada juga perkampungan besar dengan 700 keluarga. 
Suku Dong bertanam padi, gandum, jagung dan ketela untuk dimakan,  dan bertanam kapas, tembakau, kedelai dan lobak untuk dijual. Mereka juga menjual kayu dan hasil hutan lainnya.
Rumah-tumah mereka, terbuat dari kayu, biasanya bertingkat dua atau tiga. Biasanya, orang tinggal di lantai atas, lantai bawah dipakai untuk ternak dan kayu bakar. Di jaman dulu, rumah-rumah orang kaya besar dengan balok-balok berukir dan tiang-tiang berwarna. 
Jalan di dalam kampung  dilapis dengan batu-batuan, dan ada kolam-kolam ikan. Suku Dong kebanyakan adalah petani. Mereka ahli dalam bertanam padi dan berternak ikan di sawah. Untuk  peternakan hewan mereka memelihara ayam dan babi.
Mereka tinggal di hutan besar, hutan memiliki makna spiritual yang penting bagi suku Dong namun juga memberi nafkah. Suku Dong menanam pohon-pohon besar yang dipotong dan dijual ke pasar.  Minyak Tong dan fernis dan minyak pohon camelia juga ditanam untuk minyak goreng dan fernis.
Mereka juga terkenal dengan keahlian pertukangan kayu yang dapat dilihat di jembatan kayu beratap. Jembatan ini dinamai  “Jembatan Angin dan Hujan” karena ada pendopo di jembatan itu untuk berteduh saat angin dan hujan.  Di waktu hujan, pendopo di jembatan bisa dipakai buat rapat, rileks, sosialisasi, bertukar pikiran dan bahkan bercanda.
Kayu, gapura batu, lantai batu dan bambu semua dipakai untuk membangun jembatan-jembatan ini. Atap terbuat dari lempengan berukir bunga, di sisinya ada lima pendopo berbentuk pagoda, dengan atap berlapis-lapis didekorasi dengan ukiran bunga yang indah.
Jembatan itu adalah tempat orang lewat  yang teduh dan bangku-bangku untuk orang duduk dan menikmati pemandangan. 
Kelebihan jembatan ini adalah jembatan itu tidak pakai paku ketika dibangun. Melainkan, mengunakan sistem sambungan alur untuk menyambung komponen-komponen strukturnya yang mengalihkan beban ke fundasinya.
Hal lain yang spesifik dari perkampungan Dong adalah bangunan Menara Drum. Rapat dan perayaan di lakukan di muka menara ini, dan orang Dong berkumpul untuk menari dan merayakan festival. Menara drum yang bertingkat-tingkat adalah simbol perkampungan Ding, biasanya dibangun di tanah datar atau ketinggian di tengah kampung. Lapangan dibangun di depan Menara Drum, yang dipakai untuk pertemuan, festival dan acara lainnya.
Nyanyian dan tari-tarian sangat penting dalam kehidupan masyarakat Dong. Semua orang Dong pandai menyanyikan lagu-lagu tradisional. “Lagu-lagu Agung” ala suku Dong sangat populer di antara semua lagu-lagu rakyat, terutama di sebelah Selatan perkampungan Dong. Suara lelaki sangat kuat dan kaya ditimpa oleh suara melodis wanita. Setiap kelompok bernyanyi terdiri dari tiga sampai selusin anggota.

Lagu-lagu Dong menjadi terkenal di seluruh Cina sebagai  lagu rakyat dengan banyak suara.

Terkadang lagu-lagu itu diiringi pipa (alat musik petik 4 senar dari Cina), banyak lagu-lagu dinyanyikan tanpa iringan alat musik. Suku Dong tidak memiliki bahasa tertulis, sehingga mereka memakai lagu-lagu rakyat untuk menceritakan kehidupan sehari-hari, menyampaikan isi hati, dan mencatat sejarah. Semua kebudayaan Dong terpelihara dalam lagu-lagu rakyat yang indah ini.

Di tahun 2009, Unesco Word Heritage Commision (Badan Warisan Dunia Unesco) secara resmi mengakui Lagu-lagu Agung dari suku minoritas Dong sebagai World Intangible Cultural Heritage (Warisan Dunia Kebudayaan Tak Berwujud).




Selasa, 05 Desember 2017

Panda Gemuk Besar di Chengdu



Konon, seorang paderi Perancis berkunjung ke seorang petani di Chengdu dan menemukan bulu hitam putih seekor hewan menyerupai beruang. Dia bertanya ke petani itu hewan apakah gerangan karena ia belum pernah melihat beruang seperti itu. Petani itu menjawab bahwa itu adalah beruang Gemuk (“pan” dalam bahasa Cina) and Besar (“da” dalam bahasa Cina). Semenjak saat itu beruang itu dinamai Panda (Gemuk Besar).

Beruang Panda gemuk karena gaya hidupnya yang santai, dan makannya banyak. Setiap hari seekor panda makan bambu sekitar 25 kg, yang merupakan sekitar seperempat berat badannya.  Mengapa mereka makan bambu sebegitu banyaknya? Karena bambu kadar gizinya amat rendah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan energinya, panda harus makan sedemikian banyak bambu. Tidak heran kalau kotorannya juga banyak.

Panda, jutaan tahun yang lalu, biasanya makan daging, mereka adalah hewan karnivora, namun selama proses evolusi, mereka beralih ke bambu. Nampaknya mereka tidak dapat bertahan bersaing mencari daging dengan hewan lain yang lebih ganas di hutan liar. Tak semua jenis bambu dapat dimakan oleh panda, hanya beberapa jenis bambu , dan yang mereka sangat suka adalah yang muda. Yang muda itu bagaikan santapan istimewa buat mereka. Karena mereka banyak makan bambu, lingkungan hidupnnya haruslah banyak ditumbuhi bambu yang bisa dimakan, kalau lingkungan hidupnya terganggu, banjir, gempa bumi, kebakaran dsb. dapat mengurangi jumlah bambu secara  drastic. Ini berarti bahwa panda haruslah bermigrasi ketempat lain untuk mencari makanan.

Panda memanglah keliatan pemalas, mereka meluangkan banyak waktu untuk tiduran sambil makan bambu , kalau tidak sedang makan, mereka tidur. Kecuali yang masih bayi  yang masih bayi suka main-main dengan saudaranya. Pada usia dini bayi-bayi panda suka main-main, berlari, memanjat pohon, namun setelah menjadi dewasa mereka menjadi menyendiri. Panda dewasa suka hidup sendirian di kandangnya, makan,  jalan-jalan dan tidur sendirian di kandangnya. Mereka sedemikian soliternya, bahkan sulit untuk mereka bersenggama dengan partnernya.  Panda betina punya masa subur yang sangat sempit untuk bisa hamil, hanya beberapa hari dalam setahun. Selain itu mereka  sangat sulit untuk bersenggama, sehingga kalau gagal harus menunggu setahun lagi, mungkin harus dicarikan partner yang lain.Karena itu sangatlah sulit untuk mengembang-biakkankan populasi hewan yang sudah terancam punah ini.

Maka, pemerintah Cina mendirikan  Panda Breeding Base di Chengdu untuk  memelihara dan mengembang –biakkan panda , melalui riset ilmiah yang mengamati tingkah laku panda  yang sedang kawin,  dan secara persemaian buatan (in vitro fertilization). Dengan cara ini pemerintah Cina berhasil memperbesar populasi panda dari sekitar 800 an di tahun 1970-an menjadi sekitar 1,800 saat ini.

Di Panda Breeding Base ini ada beberapa bayi panda yang dipajang untuk turis. Antriannya cukup panjang selagi saat liburan , banyak pengunjung mau melihat dan memotret bayi-bayi panda. Walaupun ada cukup banyak tempat untuk melihat panda, tempat melihat  bayi panda menjadi favorit. 

Dulunya turis diperbolehkan untuk memangku bayi panda untuk di foto, dengan menyumbang RMB 1,800 (sekitar USD 260) untuk memangku beberapa menit saja. Namun belakangan ini tidak diperbolehkan lagi guna mencegah penularan penyakit ke bayi panda akibat kontak tersebut. Nampaknya virus atau bakteri tertentu yang tak berbahaya bagi manusia dapat berbahaya bagi panda.

Panda memiliki pandangan jarak pendek, hanya beberapa meter, jadi mereka tidak bisa melihat pengunjung dengan jelas.  Lampu flash kamera tidak boleh dipakai ketika memotret panda untuk mencegah kerusakan matanya.  Panda lebih bergantung pada penciumannya, dan memiliki ingatan geografis yang kuat dengan menandai tempat itu dengan kotorannya atau kencingnya. Begitulah cara panda menandai lingkungan soliternya, mereka ogah memasuki lingkungan yang tidak berbau seperti dia.

Panda juga sensitif akan kuman-kuman parasit di bulunya yang dapat membunuhnya. Di lingkungan alamnya, lumpur dan tanah menyelimuti bulunya untuk melindunginya dari kuman parasit tersebut. Karena itulah bulu panda di Chengdu sini kelihatan kecoklatan dan bukannya putih murni, terutama dibagian pantat dan ekornya. Ketahuilah bahwa sebenarnya ekor panda itu selalu berwarna putih, bukannya hitam seperti kadang-kadang tampak di beberapa boneka panda di toko suvenir.

Ketahuilah juga bahwa bulu panda di kebun binatang Singapur keliatan lebih putih bersih, itu sebenarnya bukan warna bulu panda yang alami. Itu adalah warna artifisial seperti hal lainnya di Singapur, termasuk juga kandang panda di sana. Kandangnya pakai AC, diatur dan didekorasi demi kenyamanan para turis. Tapi memang menarik untuk melihat panda di sana.

Bagi negeri Cina, warna hitam putihnya panda adalah simbol konsep Yin dan Yang, keseimbangan antara postitif dengan negatif, tinggi dengan rendah, gunung dengan sungai, modern dengan tradisional, di dalam kehidupan masyarakat Cina.  Keseimbangan Yin dan  Yang yang terlihat dalam kedamaian dan kelucuan penampilan panda , menjadi symbol kedamaian dan harmoni bagi negeri Cina.

Cina mempromosikan panda-panda ini dengan meminjamkan beberapa panda ke luar negeri. Panda-panda yang dipinjamkan ini tetaplah menjadi hak milik Cina, termasuk keturunannya. Jadi pada dasarnya tidak ada panda yang hidup di alam bebas di luar Cina, dan semua yang hidup dalam peliharaan adalah milik Cina.

Panda yang hidup sebagai peliharaan tidak akan bisa bertahan hidup di alam bebas, karena mereka sudah termanjakan. Mereka tidak terlatih untuk mencari makanan sendiri, mereka sukar bersenggama dan sukar melahirkan bayi. Dalam peliharaan bayi-bayi panda dirawat oleh manusia, diberi susu dan kesehatannya dijaga agar bayi panda itu tumbuh sehat. Jika tidak bayi-bayi panda jarang yang bisa bertahan hidup, karena induknya tidak becus memelihara bayinya. Di alam bebas, jika induknya melahirkan dua bayi, ia akan memilih salah satu untuk dirawat dan meninggalkan yang lainnya, seakan-akan ia tahu bahwa hanya akan satu bayi yang bisa bertahan hidup.

Keterlibatan manusia memelihara panda tampaknya sekarang menjadi suatu kebutuhan, walaupun panda sudah bertahan hidup selama jutaan tahun. Mungkin kalau nantinya panda-panda hidup di alam yang kehabisan bambu, mereka harus mencari lmakanan pengganti bambu lagi.



Sawah Padi di Longji


Sawah padi Longji terletak di desa Longsheng, sekitar 100 km dari Guilin, Cina.
Juga dikenal sebagai sawah padi Tulang Punggung Naga (Longji), ia adalah sawah padi yang paling mengaggumkan di Cina. Konstruksi persawahan dimulai sejak dinasti Yuan (1271-1368), dan selesai pada jaman dinasti Qing (1644-1911). Persawahan padi Tulang Punggung Naga dibangun berkat kerja keras orang-orang Zhuang, yang sekarang adalah suku minoritas di daerah ini.

Sukar membayangkan 800 tahun yang lalu bagaimana orang-orang Zhuang dan Yao menghadapi pegunungan dan hutan, menggunakan metoda pertanian jaman dulu untuk membuka hutan dan menyiapkan tanah untuk persawahan pertama kali.

Sawah padi Tulang Punggung Naga adalah pemandangan yang indah. Sawah padi itu indah sepanjang tahun, dan pemandanganya berubah dari musim ke musim. Di musim semi, air irigasi merefleksikan sinar matahari, dan kalau persawahan itu dipenuhi air, ia nampak seperti sisik-sisik punggung naga, makanya dinamai Longji (Gunung Punggung Naga).

Di musim kemarau, padi yang baru tumbuh meliputi persawahan seperti karpet hijau.  Di musim gugur, padi berubah warna keemasan siap untuk dituai. Ketika musim dingin persawahan diliputi salju. Jadi, persawahan itu indah sepanjang tahun.

Desa Longji dihuni oleh suku minoritas Zhuang di desa Ping’an dan suku minoritas Yao di desa Da Zhai. Orang-orang ini tetap memelihara tradisi mereka, di jalanan maupun di sawah, mereka mudah dikenali dari pakaiannya.

Warna pakaian orang Zhuang adalah biru, hitam dan cokelat. Wantia Zhuang ahli dalam bertenun dan menyulam. Mereka memakai kostum yang unik dan berwarna meriah terutama sewaktu festival- festival, untuk menari dan menyanyi sesuai tradisi.

Orang Yao juga mempunyai pakaian yang lain, mereka ahli betenun, mewarnai dan menyulam. Di waktu dinasti Han (206 BC- AD220), mereka bertenun kain terbuat dari kulit kayu dan mewarnainya dengan biji rerumputan.

Wanita Yao memilki gaya rambut yang berbeda dan mereka terkenal terpanjang di dunia. Rata-rata rambut wanita Yao panjangnya 2.3 meter. Mereka tidak pernah memotong rambut mereka. Melainkan, mereka menggulung rambut mereka dan membalutnya dengan kain seperti turban.  Hebatnya, rambut mereka tetap berwarna hitam dan berkilau berapapun umur wanita itu. Apakah rahasianya?  Rahasianya adalah sejak beberpa generasi wanita Yao menggunakan air nasi yang diragi, yang menghasilkan rambut yang indah menawan.

Bagi orang Yao, rambut panjang mereka adalah harta yang paling berharga, meyakini bahwa rambut panjang melambangkan kemakmuran, panjang umur, kaya dan nasib baik.

Cara membungkus rambut mereka tergantung dari status wanita tersebut:
Seorang wanita yang belum menikah akan membungkus rambut mereka dengan kain hitam.
Seorang wantita yang sudah menikah dan mempunyai anak membungkus rambut mereka seperti turban yang dibuntal didepan.

Dijaman dulu, konon, para isteri keluarga Yao bertanggung jawab mencari nafkah bagi keluarga, jadi mereka harus bekerja keras di sawah, memanggul barang-barang berat di dalam keranjang bambu yang besar yang dipanggul di punggung. Sementara itu para suami bermalas-malasan di rumah main kartu dan minum bir. Begitu malasnya para suami sehingga terkadang seorang isteri harus memanggul suaminya di dalam keranjang bambu itu menapaki ratusan tangga menanjaki persawahan, sementara sang suami minum bir dengan santai di dalam keranjang itu.

Namun, masa kini kita bisa melihat para lelaki bekerja keras untuk mencari nafkah, mereka memberi servis memanggul touris di dalam keranjang bambu di punggungnya dan menanjaki 800-an anak tangga untuk melihat persawahan padi yang indah dari atas.

Desa Ping’an dibangun orang Zhuang di kaki bukit di tengah persawahan Longji yang menawan.
Desa Ping’an memiliki bangunan tua dari kayu yang paling terawat, paling tua dan terbesar dengan gaya etnis Zhuang, lebih dari 5 bangunan berumur lebih dari 100 tahun. Yang paling tua berumur  lebih dari 250 tahun, yang antik dan menawan.

Sepanjang 800 anak tangga kita bisa melihat sawah padi dan tipe tradisionil unik rumah-rumah mereka. Dibuat dari kayu, rumah mereka pada umumnya segi empat dengan tiga tingkat. Lantai atas selalu lebih besar seikit dari lantai bawahnya. Dekorasinya,  jendela dan balok-baloknya sama seperti bentuk bangunan tradisional Cina lainnya.

Salah satu tempat yang sangat terkenal adalah “ Tujuh bintang dengan bulan”. Terbentuk dari tujuh teras sawah kecil dan sebuah teras sawah yang bulat. Ketika teras-teras sawah terisi air di masa musim semi, kita bisa melihat ke tujuh teras kecil itu bersinar seperti bintang mengelilingi bulan.

Memang, penduduk sini sangat imaginatif untuk menamai bentuk-bentuk pemandangan sesuai dengan obyek lain. Kebiasaan ini kita jumpai di banyak tempat lain dengan pemanadang indah di Cina, seperti di Guilin. Tapi itu adalah cerita selanjutnya….





Sabtu, 25 November 2017

Wawancara dengan Maria



Photo: Wikimedia
Aku bertemu dengan Maria di belakang panggung opera Norma setelah pertunjukkan di Milan Opera House. Wajahnya kelihatan cerah dan cantik memakai kostum diva-nya, dengan senyum lebar berseri di wajahnya. Dia kelihatan puas dengan pertunjukkan malam itu, dan melihat tepuk tangan penonton dan lemparan bunga yang dia terima, nampaknya para penonton mencintainya.

Aku:

Selamat ya Maria atas pertunjukkan anda yang indah, penonton nampaknya sangat mencintai anda. Puaskah anda dengan penampilan anda malam ini?


Maria:

Saya bahagia bahwa penonton menyukainya, saya lega mendengar sambutan penonton, setelah bekerja keras mempersiapkan pertunjukkan ini. Semangat kami terpacu mengetahui bahwa kerja keras kami disukai.
Tapi, setelah setiap pertunjukkan saya akan berpikir tentang hal-hal yang dapat dilakukan lebih baik, untuk membuatnya lebih baik di pertunjukkan selanjutnya dan bagaimana membuatnya berbeda. Saya tidak pernah puas dengan pertunjukkan saya dan selalu berusaha lebih baik di lain kali.

                              
Aku:

Anda dikenal sebagai perfeksionis, hal yang baru anda katakan itu sepertinya mengkonfirmasikan pendapat publik.


Maria:

Bagi saya, seni musik adalah megah, dan saya tidak dapat melihatnya diperlakukan secara sembrono. Kalau seni itu dihargai dan kalau para artisnya dihargai, saya akan bekerja keras dan selalu memberikan yang terbaik.... Saya tidak ingin dilibatkan dengan pertunjukan, selera, penampilan dan nyanyian yang kualitasnya rendah.


Aku:

Tapi orang yang bekerja dengan anda menganggap anda terlu sulit bekerja sama. Mereka bilang anda temperamental, terlalu menuntut, kadang kala menolak untuk tampil, dan bahkan membatalkan pertunjukkan.


Maria:

Saya akan selalu menyulitkan sebagai mana mestinya untuk mendapatkan yang terbaik. Saya pekerja keras, berkemauan untuk berlatih lebih dari biasanya, walaupun kalau peran atau pertunjukkannya bukan baru. Saya seorang artis dan ingin mencoba memberi pertunjukan terbaik kepada penonton, jadi saya ingin berlatih lebih banyak dengan yang lain dalam waktu yang terbatas itu.


Aku:

Tapi, anda menolak kontrak-kontrak dari Metropolitan Opera untuk Madame Butterly dari Puccini dan Fidelio dari Beethoven.


Maria:

Apakah anda tidak pernah menolak pekerjaan yang tak sesuai bagi anda? Saya kira pernah.
Bagi saya, mustahil menyanyi sebagai Madame Butterfly, gadis Jepang 15 tahun, karena waktu itu saya terlalu gemuk, hampir 100 kilo.
Kalau Fidelio opera dinyanyikan dalam bahasa Inggeris itu adalah sangat janggal. Orang tidak akan menanggapinya secara serius.
Selain itu, saya tidak suka kontraknya, seperti kontrak bagi penyanyi pemula.


Aku:

Anda bilang anda pernah terlalu gemuk. Bagaimana anda bisa begitu langsing dan cantik sekarang? Apakah rahasia menurunkan berat badan dalam waktu singkat?


Maria:

Kesemuanya murni didorong oleh kemauan gigih, ada yang bilang saya makan pasta jenis tertentu, tapi itu tidak benar. Murni didorong oleh kemauan gigih.


Aku:

Memang benarlah anda seorang yang memiliki kemauan sangat gigih. Salah satu guru anda, Maria Trivella bilang bahwa anda :” Seorang murid teladan. Fanatik, tak berkompromi, penuh dedikasi dalam belajar dengan hati dan jiwa.... dalam 6 bulan, ia dapat menyanyikan aria-aria yang paling sulit dari opera dunia dengan baik.”


Aku:

Tokoh Norma yang baru saja anda lakoni juga adalah seorang perempuan dengan kemauan gigih, berani dan bahkan pembalas dendam terhadap pengkhianatan


Maria, matanya bersinar dan mulai bersenandung cuplikan dari aria Norma yang terkenal “Casta Diva”:

Casta Diva, che inargenti               Dewi yang luhur, diliputi perak
queste sacre antiche piante,         Tanaman purba yang suci ini,
a noi volgi il bel sembiante             perlihatkan kami wajah anda yang indah
senza nube e senza vel                 tanpa kabut dan cadar


Aku:

Selain Norma, anda sepertinya juga suka melakoni Carmen, Medea, Tosca dan Violeta di La traviata. Namun anda suka memerankan mereka sebagai wanita yang tangguh dan bergairah yang menantang nasib tragis mereka, dan bukannya wanita lembut yang terpuruk. Dengan cara anda mengekspresikannya, wantita-wanita itu menjadi pahlawan tragedi cerita itu.


Maria:

Ini hanyalah interpretasi, memanglah biasanya Floria Tosca diperankan sebagai wanita lembut penurut yang didominasi oleh lelaki perkasa.  Namun saya melihat bahwa ia dapat diperankan sebagai wanita yang tangguh, galak dan tegas. Di aria terkenal “Vissi d’Arte” dari opera itu, ia meratapi, mempertanyakan nasibnya, namun juga menjadi  tegas, ia bernyanyi dari “ Saya hidup demi seni, saya hidup demi cinta”, kemudian “Saya tidak pernah melukai seorangpun!”


Aku:

Salah seorang wartawan menulis tentang peranan anda dalam Tosca: “konsepnya tentang peran itu sangat menggetarkan. Segala kemapuannya digunakannya untuk menyentak. Dia adalah wanita yang sedang jatuh cinta, seekor kucing harimau, seorang wanita yang dirudung kecemburuan.... Ini adalah akting tingkat tinggi, tak terlupakan.” 
Bravo Maria!


Maria:

Terimakasih buat pujiannya. Seperti yang Floria Tosca bilang: "Vissi d' arte, vissi d' amore" ("Saya hidup demi seni, saya hidup demi cinta").


Aku:

Di dalam Medea, bakat akting anda yang segunung dan mungkin darah Yunani merangsang anda dalam menginterpretasikan penderitaan puteri dari Colchis ini, pertunjukan yang bersejarah buat Yunani, di teater purba di Epidaurus.
Mungkin karena anda dapat menjiwai tragedi Yunani ini dengan pengalaman pribadi anda, sehingga anda dapat memerankan Medea dengan begitu mendalam?


Maria:

Saya sebenarnya seorang tanpa identitas. Dilahrkan dari orangtua Yunani, namun saya tidak pernah merasa sepenuhnya Yunani. Saya dilahirkan di Amerika, namun saya bukan orang amerika. Di perioda karir saya yang paling penting, saya hidup di Itali. Dan sekarang saya menetap di Paris, namun itu tidak berarti saya merasa Perancis. Lalu siapakah saya sesungguhnya? Apakah saya? Saya sendirian, selalu sendiri.


Aku:

Apakah tidak terduga bagi anda bahwa Onassis akan menikahi Jackie?


Maria:

Seperti yang semua orang tahu, tidak ada keraguan bahwa Onassis dan saya  jatuh cinta sangat dalam. Namun karena suatu hal kami tidak jadi menikah, tapi kami tetap bersahabat baik.


Aku:

Apakah Onassis masih mencintai anda?


Maria :

Tanyakan saja kepadanya, namun mungkin dia sebenarnya tidak mencintai opera......




Ini adalah wawancara imajiner mengenang Maria Callas.









Jumat, 24 November 2017

Wawancara dengan Vincent

Photo: Wikimedia

Pada hari itu, dengan kereta api lambat, aku mengikuti jejak Vincent dari Paris ke Arles di Selatan Perancis, mencari cahaya, warna dan kehangatan di Provence.

Perjalan itu adalah sebuah pesta buat mata, melihat perkampungan indah, dan kota-kota, pemandangan penuh warna. Vincent mencintai tempat ini, pemandangannya, cahayanya dan orang-orangnya.

Langkah pertama baginya adalah untuk menemukan sebuah rumah dan lalu menyiapkan studio di situ. Ia menemukannya di sebuah rumah kecil bewarna kuning di Place Lamatine nomor 2 untuk 15 francs per bulan.

Aku menemukan rumah kuning itu dengan daun jendela hijau, yang dihuni Vincent dan Paul untuk membuat lukisan-lukisan mereka.

Ketika aku bertemu Vincent, ia kelihatan segar dan berseri, tampaknya cahaya matahari  sehat di Arles membuatnya demikian.


Aku:

“Kami melihat bahwa lukisan-lukisan anda belakangan ini diliputi berbagai warna cerah, meriah, cukup berbeda dari warna gelap suram lukisan-lukisan yang anda buat beberapa tahun yang lalu.”


Vincent:

“Ya betul, kesegaran udara di Arles sini mempengaruhi bagaimana saya melihat kehidupan, orang-orang, alam, sinar matahari, pemandangan yang indah, ladang gandum yang mengeriting, bunga matahari yang bergetar, langit biru yang berombak, semua hal itu tertangkap dalam lukisan-lukisan saya. Lihatlah rumah kuning saya, kamar tidur saya yang biru hijau, langit biru, bunga matahari kuning keemasan, buah apel merah, semuanya itu menarik buat saya.

Terima kasih ke Theo, adik saya, yang menyarankan saya peindah ke Arles sini untuk mengerjakan lukisan-lukisan saya. Dia memberi saran yang baik.”


Aku:

“Jadi anda sudah meninggalkan masa gelap suram di Bornage ?”


Vincent:

 “Walaupun saya sudah meninggalkan Borinage, tempat itu istimewa bagi saya. Lukisan-lukisan yang saya buat di sana gelap dan suram, tapi itu adalah refleksi sebenarnya dari kehidupan pekerja tambang batubara. Warna gelap merefleksikan tambang batubara, merefleksikan orang-orang  miskin, yang menderita, yang lapar , perjuangan pekerja tambang sehari-hari. Mereka bejalan di kegelapan, di pusat bumi, di tambang hitam batubara.

Tambang- tambang ini adalah pemandangan yang menyolok mata, 300 meter dibawah muka tanah, kemana setiap hari kelompok-kelompok pekerja turun kedalam, yang layak mengungkit rasa hormat dan simpati kita. Pekerja tambang adalah tipe spesial Borinage, baginya sinar matahari tidak ada, dan kecuali di hari Minggu ia tidak pernah melihat sinar matahari.

Dia bekerja keras di dekat lampu yang cahanya pucat dan redup, di dalam terowongan sempit, badannya tertekuk dua lipat dan kadang-kadang dia harus merangkak sepanjang terowongan itu; dia bekerja untuk mendulang dari usus bumi zat mineral yang kita ketahui banyak kegunaannya; dia bekerja di tengah ribuan bahaya yang selalu mengancam.

Suatu hari, para pekerja tambang pulang ke rumah di sore hari  sebelum gelap merupakan satu-satunya pemandangan di tengah keputihan salju. Orang-orang ini kehitaman saat muncul ke terang hari dari dalam tambang gelap, tampak seperti sapu-sapu cerobong asap.

Tempat tinggal mereka biasanya kecil dan lebih patut disebut pondok; tersebar sepanjang jalan-jalan yang terbenam, di hutan-hutan dan di lereng bukit. Di sana-sini kita masih bisa melihat atap–atap ditutupi lumut, dan kala petang hari ada cahaya bersahabat bersinar dari celah-celah jendela-jendala berbingkai kecil itu.”


Aku:

 “Saya paham, salah satu lukisan anda yang paling menyolok adalah “Para Pemakan Kentang”. Petani-petani makan di ruangan gelap dan suram, wajah dan tangan mereka gelap dan kasar mengekspresikan sulitnya kehidupan mereka.”


Vincent:

 “ Itu adalah lukisan yang akan menarik di dalam emas- saya pasti itu. Tapi akan sama menariknya jika dipajang dinding berkertas sewarna bayangan kelam dari jagung matang.

Saya mencoba mengemukakan ide bahwa orang-orang yang makan kentang di dekat cahaya lampu telah menggali bumi dengan tangannya sendiri, tangan yang sama yang mereka masukkan ke piring, yang menyarankan pekerja kasar dan- makanan yang dihasilkan secara jujur.

Saya ingin menyarankan sebuah gambar kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan kita, orang-orang beradab. Jadi saya tidak ingin orang-orang mengagumi atau menyetujui lukisan ini tanpa mengetahui sebabnya.

Saya telah menyimpan benang kain selama musim dingin dan mencari corak yang pasti – dan walaupun sekarang ia adalah kain yang keliatannya kasar, benang-benangnya adalah benang-benah terpilih dengan hati-hati menurut suatu aturan. Dan mungkin ia telah menjadi lukisan petani yang orisinil. Saya tahu demikian adanya. Tapi bagi orang yang memilih melihat para petaninya yang keliatan halus mulus, itu adalah yang paling sesuai bagi dirinya sendiri.

Secara pribadi, saya yakin bahwa dalam jangka panjang orang akan mendapat hasil yang lebih baik dengan melukiskan mereka dengan kekasaran mereka, daripada mengemasinya dengan kemanisan masa kini. Seorang gadis petani dengan baju biru bertambal dan berdebu dan korset yang telah memudar dengan cuaca, angin dan panas matahari, kelihatan lebih menarik - menurut  saya – dari pada seorang wanita yang rapi.  Tapi kalau ia memakai pakaian wanita yang rapi, maka keasliannya hilang. Seorang petani dengan pakaian sekenanya bekerja di ladang, keliatan lebih baik dari pada ketika ia pergi ke gereja di hari Minggu dengan pakaian rapi.

Demikian pula, menurut pendapat saya, adalah tidak patut membuat lukisan kehidupan petani dengan polesan masa kini. Jika lukisan petani berbau daging kering,  asap , uap kentang, baiklah-  itu bukannya tidak sehat – kalau kandang berbau sampah kotoran hewan – baiklah, begitulah keadaan kandang hewan– kalau sebuah ladang bebau jagung matang atau kentang atau pupuk kandang – itu sehat sesungguhnya, terutama buat orang kota. Lukisan kehidupan petani mungkin dapat menolong mereka. Namun lukisan kehidupan petani janganlah ditaburi pewangi.”


Aku:

 “Sepasang Sepatu adalah salah satu lukisan yang sangat impresif yang bahkan mencengangkan Heidegger, seorang filsuf terkenal. Namun tanpa mennimbangkan interpretasi dari Heidegger, lukisan itu benar-benar dapat menceritakan banyak kisah tentang sepatu-sepatu kumal, yang diabaikan, lembab, kedinginan dan kesepian.”


Vincent:

Adalah baik untuk menyukai segala macam hal sebanyak mungkin… saya melihat lukisan-lukisan atau gambar-gambar di pondok-pondok yang paling miskin, di pojok-pojok yang paling kotor. Dan pikiran saya secara spontan tertarik ke hal-hal  seperti ini.

Puisi mengelilingi kita di mana saja, tapi menaruhnya di atas kertas, celakanya, tidak semudah seperti melihatnya. Saya memimpikan lukisan saya, dan saya melukis impian saya. Menjadi spiritual adalah menjadi hormat akan misteri agung kehidupan dan melihat jejak jejari sang Mahakuasa dalam hal-hal yang sangat biasa.


Aku:

Marilah berbicara mengenai lukisan potret yang anda buat. Di dalam lukisan-lukisan itu hampir semua orang tidak tersenyum. Dokter anda tampak seperti sangat gundah, lukisan-lukisan potret  diri anda juga tidak pernah tersenyum.


Vincent (masih tanpa senyum):

“Sepanjang sejarah seni, sangat jarang ditemukan lukisan potret diri yang tersenyum, dan saya tidak ingin merubah tradisi ini. Dr. Gatchet keliatan seperti itu karena saya pikir ia lebih penyakitan dari saya,  tapi saya menemukannya sebagai teman sebenarnya , seperti seorang saudara, sehingga kita keliatan serupa secara fisik dan mental.”


Aku:

“Namun, lukisan potret ibu anda tampak dengan senyum bangga.”


Vincent:

“Saya membuat lukisan potret ibu saya untuk saya sendiri, dari foto hitam putih. Saya tak menyukai foto tak berwarna itu, dan mencoba melukisnya dengan warna harmonis, seperti kenangan saya . Dia memperkenalkan saya ke dunia seni, ia sendiri seorang artis amatir.

Saya buat beberapa karya saya yang saya kira ibu saya paling suka, tentang bunga-bunga dan  latar belakang pemandangan alam.”


Aku:

“Anda melukis beberapa “Bunga Matahari”, yang sangat dikenal orang sebagai karya anda. Adik anda dan Paul menyukainya. Bunga-bunga itu kelihatan kuno namun ceria, warna kuning cerahnya seakan menyebarkan kebahagiaan.”


Vincent:

Itu adalah jenis lukisan yang karakter nya berubah-ubah, dan menjadi semakin kaya semakin lama anda memandangnya. Sebagian besar lukisan saya pada dasarnya hampir berupa jeritan kegelisahan, walapun dalam kekunoannya bunga matahari  dapat melambangkan rasa syukur.


Aku:

“Bagaimana hubungan anda dengan Sien?”


Vincent:

“Saya bertemu dengannya di musim dingin, dia sedang hamil, ditinggalkan lelaki  yang adalah ayah bayi yang dikandungnya. Seorang wanita hamil berjalan di tengah jalan di musim dingin- ia harus mencari suatu penghasilan, dan anda tahu bagaimana. Saya mengambilnya sebagai model lukisan saya dan bekerja dengannya sepanjang musim dingin.  Saya tak mampu membayarnya sepenuhnya, tapi saya tetap membayarnya, jadi sejauh ini, syukur Tuhan, saya dapat menyelamatkan dia dan anaknya dari kelaparan dan kedinginan dengan membagi santapan saya dengannya. “


Aku:

“Mungkin, anda melihatnya sebagai Maria Magdalena?”


Vincent:

“Saya benar-benar lengket dengannya dan dia lengket dengan saya –  ia adalah sobat loyal yang membantu, yang pergi kemana saya pergi – dan yang lama-kelamaan  tak tergantikan. Saya dan dia adalah dua orang tak berbahagia yang menemani masing-masing dan berbagi beban, dan itu adalah yang membuat ketidak-bahagiaan berganti menjadi kebahagiaan, dan yang tak-terpanggulkan menjadi terpanggul.

Pada mulanya saya berniat untuk memberinya dukungan parktis, namun juga membantu saya lekas berdiri.  Tapi lambat laun kami berubah – kami menjadi saling mebutuhkan, sehingga dia dan saya tak terpisahkan – kehidupan kami semakin menyatu, lalu menjadi cinta.”


Aku:

“Dalam “Kepedihan”,  tampaknya anda melukis Sien dengan penampilan alami tanpa riasan.”


Vincent:

“Dia agak bopeng, jadi tidak lagi cantik, namun lekuk tubuhnya sederhana dan bukannya tak lembut. Dan ia berguna bagi saya ya karna ia tidak cantik lagi, tidak muda lagi, tidak lagi centil, dan tidak lagi bodoh. Perasaan diantara Sien dan saya adalah nyata, bukanlah mimpi, adalah nyata. Saya pikir itu adalah rahmat besar bahwa pikiran dan energy saya menjurus ke satu tujuan dan memiliki arah yang pasti.”


Aku:

“Bagaimana proses kelahirkan bayinya?”


Vincent:

“Sien menjalani persalinan yang sangat sulit, namun syukur Tuhan ia selamat dan juga dengan bayi laki-laki yang mungil. Ibunya dan anak perempuan kecilnya dengan saya pergi bersama – anda dapat bayangkan bagaimana gelisahnya kami, tanpa mengetahui apa yang akan  kami dengar ketika kami bertanya kepada petugas rumah sakit tentang keadaannya. Dan bertapa bahagianya kami ketika mendengar: “ Diurus tadi malam… tapi anda jangan bicara terlalu lama dengannya….”  Saya tak mudah melupakan bahwa “anda jangan bicara terlalu lama dengannya”; karena itu berarti “ anda masih bisa bicara dengannya,” ketika hal itu bisa dengan mudah bisa menjadi , “anda tidak pernah bisa bicara dengannya lagi.”

Saya sangat bahagia melihatnya, berbaring dekat jendela yang menghadap taman dengan cahaya matahari  dan kehijauan, sedikit mengantuk karena kelelahan antara tidur dan bangun, lalu ia mendongkakkan kepala dan melihat kami semua. Ia mendongkakkan kepala dengan sangat gembira setelah melihat kami 12 jam setelah kelahiran itu.”


Aku:

“Jadi selain dia, apakah anda banyak punya pacar-pacar lainnya?”


Vincent:

“Dengar, saya memang bukanlah orang baik dimata seorang pendeta. Saya sangat tahu, sejujurnya, pelacur-pelacur adalah tidak baik, tapi saya merasakan sesuatu yang manusiawi dalam mereka yang mencegah keengganan saya untuk bergaul dengan mereka; saya tidak melihat suatu kesalahan besar dalam mereka.  Kalau masyarakat kita murni dan beradab, benar, mereka adalah penggoda nafsu; tapi sekarang, menurut pendapat saya, orang-orang lebih sering menganggap mereka  seperti biarawati-biarawati pengasih.”


Aku:

“Lalu ada seorang pacar anda, yang anda kasi potongan kuping anda, masyalah, apa sebenarnya yang anda perbuat?”


Vincent:

 “Saya pikir saya kehilangan akal setelah berkelahi dengan Paul, sesungguhnya saya tidak bisa ingat.

Saya mengambil silet dan memotong sebagian kuping kiri saya. Polisi menemukan darah di seluruh rumah, dengan karpet belumur darah di studio dan jejak tangan berdarah sepanjang dinding menuju ke atas. Mereka bilang saya mengambil kuping itu dan membungkusnya dengan kertas koran. Dengan topi menutupi luka saya, saya dengan kuping di tangan, pergi menuju suatu “maison de tolerance”, sebuah bordil dekat rumah.

Disitu saya mencari seorang perempuan yang lalu saya beri kuping itu. Saya tidak ingat apa yang saya bilang, namun dia berkata bahwa saya bilang :”Jagalah barang ini dengan hati-hati.”

Setelah saya sembuh, saya datang mengunjunginya. Saya diberi tahu bahwa hal seperti itulah bukanlah suatu yang janggal di sana. Dia terkejut karena hal itu lalu pingsan,  tapi kemudian sudah tenang kembali.”


Aku:

“Apakah anda tidak khawatir bahwa lukisan-lukisan anda tidak laku dijual?”


Vincent:

“Begini, masalahnya adalah bahwa kemungkinan bekerja tergantung dari penjualannya, karena ada ongkos pengeluaran – semakin banyak seseorang bekerja, ongkosnya semakin banyak juga (walaupun tidak selalu demikian halnya). Ketika seseorang tidak bisa menjual barangnya dan tidak punya penghasilan lain, tidaklah mungkin baginya untuk maju.

Saya berterima-kasih kepada Theo, adik saya, yang menunjang hidup dan pekerjaan saya. Saya banyak berhutang kepadanya, namun,  kalau ini berlangsung terus akan memperburuk keadaan saya.

Orang-orang terpandang di sini yang saya tidak kenal sama sekali sering bertanya kepada saya sekurangnya tiga kali seminggu, “Mengapa kamu tidak bisa menjual lukisan-lukisanmu?”

Mungkin lukisan-lukisan saya tidak akan pernah terjual seumur hidupku, mungkin kalau mereka mengerti mereka bisa menghargainya lebih baik.”


Aku:

“Terima kasih banyak Vincent untuk interviewnya, semoga berhasil dengan pekerjaanmu dan semoga sehat selalu.”


Vincent (dengan jabatan tangan):

“Adieu. “