Cari Blog Ini

Sabtu, 23 Juni 2018

Strasbourg, kota Eropa


Strasbourg sebagai ibukota Eropa, adalah kota yang agak kecil dan damai, tidak sebesar dan sesibuk Paris atau Milan. Kelihatannya Strasbourg sangatlah manis dan gampangan, dibandingkan dengan Paris.


Strabourg terletak dekat perbatasan antara Perancis dan Jerman di daerah historis Alsace. Nama Strasbourg berasal dari bahasa Jerman yanf berarti “Kota (di persimpangan) Jalanan.”
Kota ini adalah simbol rekonsiliasi Perancis dengan Jerman dan kesatuan Eropa.

Kota ini adalah tempat resmi kedudukan Parlemen Eropa, sejalan dengan Brussel dan Luxembourg. Strasbourg dianggap sebagai ibukota Eropa karena kedudukan beberapa insttitusi Uni Eropa dan institusi lainnya di sini.

Di pusat historis kota Starsbourg berdiri katedral Notre-Dame, sebuah mahakarya seni Gothic, nampak indah karena dipakainya batupasir berwarna merah jambu untuk pembangunannya. Walaupun beberapa bagian bangunannya masih bergaya arsitektur Romawi, katedral ini secara luas dianggap sebagai salah satu arstitektur Gothic yang tercantik. Erwin von Steinbach banyak ambil bagian dalam gaya arsitektur katedral ini dari tahun 1277 sampai kematiannya di tahun 1318.

Jendela mawar katedral ini , yang berdiameter sekitar 15 meter, adalah salah satu jendela mawar (berkaca mosaik) yang terbesar di Eropa. Jendela itu sangatlah indah dan agung, terutama kalau dilihat dari dalam katedral yang menghasilkan warna warni cahaya.

Strasbourg is also called The Capital of Christmas as the Christmas markets here are world famous, decorated with a huge Christmas tree in the town square. The first markets were held in 1570, making them one of the oldest in Europe and the very first in France.

Starsbourg juga disebut sebagai ibukota hari Natal karena pasar Natal nya yang terkenal di seluruh dunia, dengan dekorasi pohon Natal raksasa di lapangan kota. Pasar pertama diadakan tahun 1570, yang membuatnya salah satu pasar Natal yang paling tua dan pertama di Perancis.

TAMAT 







Sabtu, 16 Juni 2018

Paris, di Montmartre


Sebagai orang asing anda hanya dapat menebak apa arti Montmartre, mudah ditebak bahwa “Mont” berarti “Mount’ (Bukit) karena tempat ini adalah sebuah bukit yang besar di Paris. Namun “martre” bisa kedengaran sepert “mother” (bunda), jadi anda mungkin berpikir itu artinya Maria, bunda Yesus. Asosiasi ini mungkin timbul setelah kunjungan anda ke Notre-dame, yang berarti “Bunda Kita”. Jadi mungkin Montmartre berarti “Bukit Bunda”, anda berpikir.

Seorang Indonesia mungkin berpikir bahwa “martre” berarti “matre” atau materialistis. Namun orang tidak akan menamakan tempat ini sebagai “Bukit Materialistis”, jadi tidak mungkin begitu artinya. Montmartre dulunya adalah tempat dimana para seniman, penulis dan perantau bohemian tinggal, bekerja dan berkumpul di kafe dan bars, ketika mereka masih miskin. Tempat sewa kamar yang murah menarik seniman yang dulunya cukup-cukupan,  sekarang lukisannya terjual jutaan dollar, seperti Renoir, Degas, Picasso, Toulouse-Lautrec, dan Utrillo. Jadi dengan pertimbangan ini, Montmatre seharusnya lebih berarti sebagai “Bukit Seni” dari pada “Bukit Materialis”, bukankah begitu menurut anda?

Sebenarnya daripada menebak-nebak lebih mudak buka kamus, Montmartre dalam bahasa Perancis berarti “Bukit Para Martir”, karena nama itu dikaitkan dengan Uskup Paris di abad ke 3. Uskup Denis ditangkap oleh orang Romawi dan dihukum mati karena menyiarkan ajaran Kristiani.  Banyak versi kemartiran Uskup ini. Salah satunya ialah bahwa ia dipancung di bukit itu, yang kemudian badannya mengangkat kepalanya dan membawanya berjalan ke daerah yang sekarang dinamai daerah Saint Denis di luar kota Paris. Badan Uskup yang terpancung diletakkan di puncak bukit yang sekarang dinamakan Montmartre.

Masa kini, sebuah landmark di Montmarte, adalah Sacré-Cœur Basilica yang terletak di puncak bukit, titik tertinggi di kota ini. Sacré-Cœur berarti “Hati Kudus” yang dipersembahkan untuk Hati Kudus Yesus, yang saat itu pandangan akan Kristus yang penuh kasih dan simpati menjadi semakin populer. Basilika ini didisain oleh Paul Abadie. Konstruksinya mulai di tahun 1875 dan diresmikan di tahun 1919.

Dulunya di Montmartre ada 30 kincir angin, yang dipakai untuk memeras anggur dan menggiling gandum. Saat ini salah satu kincir angin itu masih berdiri, “Kincir Angin Merah” yng terkenal - teater kabaret Moulin Rouge. Ketika dibuka di tahun 1889, nightclub yang penuh sorak sorai itu seakan menggambarkan masa pencari kenikmatan belle époque, periode di saat perkembangan kesenian dan kebudayaan sedang subur-suburnya.

Tak mungkin terluputkan kalau anda menjelajahi Monmartre adanya bangunan dengan kincir angin merah yang berputar di atapnya, Moulin Rouge tak akan terlupakan akan campuran warna warninya, gerakan dan suara. Pertunjukan kabaret yang dilakoni gadis-gadis belia menari tarian Can Can yang sexy, adalah magnet bagi semua orang Paris.  Pertujukan yang menampilkan penari topless yang cantik, terkenal di seluruh dunia.


END





Minggu, 10 Juni 2018

Paris, di Notre-Dame


Di dalam novel The Hunchback of Notre-Dame (Si Bongkok dari Notre-Dame), seorang anak yang buruk dan bongkok ditemukan di katedral Notre-Dame. Bayi itu dinamakan Quasimodo oleh wakil uskup Claude Frollo yang mengadopsi bayi itu. Kejadian ini mengingatkan saya akan kejadian di dalam filem Rashomon oleh Akira Kurosawa, yang menunjukan bayi yang tak diinginkan ibunya ditinggalkan di gerbang Rashomon yang rusak parah. Bayi itu lalu diadopsi oleh si Penebang-kayu ( baca Wawancara dengan Akira di blogspot ini).


Di dalam novel The Hunchback of Notre-Dame, Victor Hugo banyak menulis tentang Notre-Dame untuk membuat penduduk Paris lebih menyadari nilai dari Arsitektur Gothic ini, yang diterbelangkaikan dan sering dihancurkan untuk diganti dengan bangunan baru atau dirusak oleh penggatian bagian bangunannya dengan gaya yang lebih baru. Ketiga bab pertama novel ini merupakan himbauan untuk memelihara arsitektur Gothic- dalam kata-kata Hugo, sebuah “sebuah buku raksasa dari batu,” yang indah menurutnya.


Setelah salah urus selama berabad-abad, penambahan, vandalisme, dan pembersihan, para pengunjung mendapati katedral yang dulunya tidak seperti sekarang. Victor Hugo dapat membawa penyelamatan gereja agung ini karena dia dapat menangkap keindahan yang lenyap dari gereja ini dengan novelnya.


Sekarang katedral ini secara umum dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dari arsitektur Gothic Perancis, dan merupakan salah satu yang bangunan gereja yang terbesar dan terkenal di Perancis, dan di dunia. Naturalisme dari patung-patungnya dan jendela –jendela kaca berwarna memberi kontras dengan arsitektur Romanesque sebelumnya.


Namun, saat ini katedral ini membutuhkan perbaikan besar-besaran lagi karena memburuknya kondisi bangunan, gargoyles yang patah dan baustrades yang runtuh diganti dengan pipa plastik dan papan kayu.


Memburuknya kondisi bangunan tidak terlalu jelas nampak bagi berjuta turis yang terpesona oleh keindahan Notre-Dame, banyak yang terlalu sibuk mengagumi patung-patung yang rumit di bagian muka dan tidak melihat bagian bangunan yang memburuk.


Dimana-mana batuan bangunan itu tererosi, dan semakin banyak angin bertiup, semakin banyak potongan-potongan kecil berjatuhan. Para ahli berkata bahwa walaupun Notre-Dame tidaklah terancam keruntuhan yang mendadak, bagunan ini sudah mencapai titik kritis, jadi memelukan perbaikan besar-besaran yang mahal, dengan biaya sekitar 150 juta Euro.


Seperti yang ditulis Victor Hugo di novelnya, kata-katanya masih berarti setelah 150 tahun kemudian: “Memang tak diragukan, Katedral Notre-Dame di Paris saat ini adalah bagunan yang agung dan sublim, namun walaupun tetap terhormat ketika menua, kita hanya bisa menyesali, kita hanya bisa marah akan degradasi yang tak terhitung dan mutilasi pada onggokan yang mulia ini, baik oleh karna waktu maupun ulah manusia.”


TAMAT





Sabtu, 02 Juni 2018

Paris, di Menara Eiffel



Mendarat di Charles de Gaulle Airport in Paris di suatu siang yang sejuk, aku memperhatikan betapa besarnya, sibuk dan modernnya airport ini. Terminal 1 dibangun dengan gaya avant-garde, yang mencakup sebuah bangunan bulat sepuluh tingkat yang dikelilingi 7 bangunan satelit, setiap bangunan dengan 4 gerbang. Arsitek utamanya adalah Paul Andreu, ia terkenal dengan karyanya diberbagai airports, termasuk Dubai International Airport dan Shanghai Pudong International Airport.


Setelah pemeriksaan passport dan pengambilan bagasi, saya lalu menuju ke stasiun shuttle train. Harga tiketnya sekitar 10 Euro, untuk perjalanan 35 menit menuju Gare du Nord, dekat dengan hotel saya.


Keesokan harinya, setelah sarapan yang terdiri dari roti, keju, telur benedict dan orange juice,  tujuan pertama adalah mengunjungi Champs-Élysées avenue. Jalan ini panjangnya  1.9 kilometer dan lebarnya 70 meter, yang menghubungkan Place de la Concorde dan Place Charles de Gaulle, dimana Arce de Triomphe berdiri. Nama jalan ini adalah bahasa Perancis untuk Elysian Fields, surga bagi pahlawan-pahlawan yang mati dalam mitologi Yunani. Champs-Élysées terkenal dengan teater-teaternya, café, toko-toko mewah, dan parade tahunan Basille Day, dan sebagai finish bagi balap sepeda Tour de France.


Monumen yang terletak di bagian awal jalan itu, The Arc de Triomphe, dibangun untuk menghormati orang-orang yang beperang dan mati demi Perancis di waktu Revolusi Perancis dan perang-perang Napoleon, dengan nama dari setiap kemenangan Perancis dan nama semua jenderal tercetak di bagian dalam dan luar monumen ini. The Arc de Triomphe adalah gerbang kemenangan yang terbesar di dunia. Bangunan ini didirikan atas titah Napoleon di tahun 1806 untuk merayakan kemenangannya di Auterlitz, yang didisain oleh Jean Chalgrin di tahun 1806. Di bawah kubahnya terlentang makam Pahlawan Tak Dikenal dari Perang Dunia I.


Dari Champs-Élysées, dengan menggunakan bus turis Hop-onHop-Off, saya menuju ke Menara Eiffel yang ikonik.  Kalau dalam bahasa Inggeris ia diucapkan berbunyi seperti “Aifel”, namun sebenarnya dalam bahasa Perancis ucapannya berbunyi seperti “I-fel”.  Menara Eiffel ini terbentuk dari kerangka kisi baja yang dinamakan sesuai nama insinyur Gustave Eiffel, yang perusahaannya mendisain dan membangun menara ini.


Dibangun sebagai jalan masuk ke World’s Fair di tahun 1889, pada awal mulanya dikritik oleh seniman-seniman terkemuka Perancis dan para intelektual karena keganjilan disainnya, namun kini menjadi ikon kebudayaan global Perancis dan salah satu bangunan yang gampang dikenali di seluruh dunia. 


Menara Eiffel membawa pesona bagi Paris di waktu malam. Lampu-lampu gemerlap di Menara Eiffel terdiri dari 20,000 bola lampu, 5,000 di setiap sisinya. Paris disebut sebagai “Kota Cahaya” karena gedung-gedung utamanya dan jembatan-jembatan yang gemerlap disinari ribuan bola lampu tiap malamnya. Paris juga adalah salah satu kota pertama di Eropa yang memakai lampu jalanan dengan gas.


Namun, sebenarnya nama “Kota Cahaya” itu datang dari warisan kebudayaannya. Paris dulu disebut “Kota Cahaya” karena Paris adalah tempat lahir Masa Pencerahan dan  dikenal sebagai pusat pendidikan dan pemikiran di seluruh Eropa. Kota ini mengilhami banyak penyair dan filsuf, insinyur dan ilmuwan.



TAMAT