Cari Blog Ini

Minggu, 10 Maret 2019

Verona di Il trovatore

Il trovatore (Sang Penyanyi) adalah sebuah opera dalam empat lakon dari composer Itali tersohor Giuseppe Verdi. Tema- tema mengenai obsesi, balas dendam, perang, cinta dan keluarga disampaikan melalui karakter-karakter yang menyajikan  peranan-peranan dramatis. Opera ini didasarkan pada drama  El trovador (1836) oleh Antonio García Gutiérrez, seorang remaja tujuhbelasan. Remaja ini membawa naskah dramanya ke sebuah teater, dimana latihan langsung diselenggarakan untuk drama itu. Untunglah, drama El trovador mendapatkan sukses yang fenomenal.

Operanya juga berhasil dari malam perdana, keberhasilan berkat kerja Verdi selama tiga tahun. Malam perdananya diselenggarakan di Teatro Apollo di Roma pada tanggal 19 Januari 1853. Keinginan penduduk Roma untuk mendengarkannya luar biasa. Pada malam sebelum pementasan, sungai Tiber meluap dan membanjiri seluruh lingkungan dekat teater itu. Walaupun demikian- dingin, lumpur dan ketidak nyamanan- sejak jam 9 pagi pintu Apollo dikepung oleh banyak penonton, dengan kaki mereka yang terendam air hingga mata kaki, dijepit, didorong, dan perebutan tempat untuk malam itu. Keberhasilannya tersebar cepat, bukan hanya di Itali, namun juga seluruh Eropa. Berbagai teater mementaskannya, untuk menjawab riuhnya permintaan para langganan dan anggota teater itu. Di Napoli ada tiga gedung pertunjukan mementaskannya pada saat yang sama. Jarang ada opera yang lebih beruntung dari itu.

Sekarang Il trovatore adalah salah satu dari opera-opera yang terkenal yang dipentaskan di Arena di Verona, yang setiap musim panas menjadi tuan rumah Verona Opera Festival. Akustiknya yang bagus membuat Arena di Verona panggung ideal bagi opera berskala raksasa seperti itu.  Pastilah ada sesuatu yang mempesonakan mendengar lagu-lagu aria yang melambung ke langit dari panggung dengan rakitan yang megah dan spektakuler.

Jalan cerita Il trovatore bermula dengan adegan pembakaran seorang ibu gypsy yang dicurigai menjalankan ilmu sihir, dan dibalas dendamnya oleh puterinya Azucena, yang melemparkan anak dari a orang yang menyuruh membakar ibunya ke dalam api yang sama. Dirasuki kekuatan gelap saat itu, dia salah melemparkan anaknya sendiri. Azucena teringat kejadian ini berulang setiap saat ia terbangun, ketika melihat lidah api, dan dalam bayang-bayangan. Namun hanya dia yang tahu kejadian sebenarnya.  Dia memelihara anak itu sebagai anaknya sendiri, dan menamakannya Manrico. Terus menerus dihantui permintaan ibunya pada saat sekarat untuk membalas dendamnya, Azucena menjalankan beberapa kejadian yang menjurus kepada kematian Manrico.

Ayah dari anak yang dibakar mencari pembalasan dan memaksa anaknya yang satu lagi, Count di Luna, untuk mengabdikan hidupnya untuk membalas kematian saudaranya. Tanpa mengenal satu sama lainnya kedua saudara itu, Manrico dan di Luna, bersaing untuk mendapatkan cinta dari Leonora, puteri raja. Namun Leonora telah jatuh cinta kepada Sang Penyanyi, yang tidak lain ialah Manrico, yang sering bernyanyi di muka jendelanya, sehingga ia menolak pendekatan-pendekatan dari Count di Luna.

Manrico dan di Luna tertakdirkan untuk bertentangan satu sama lainnnya, pertama sebagai pemimpin dari pihak yang bertentangan dalam perang, dan sekarang dalam usaha merebut hati Leonora.  Azucena tidak membuka identitas Manrico sampai ketika tusukan terakhir menghujam dan Manrico mati atas perintah di Luna. Azucena kemudian membuka rahasia bahwa lawannya adalah saudaranya sendiri, dan berseru bahwa ibunya akhirnya terbalas dendamnya.

TAMAT






Minggu, 03 Maret 2019

Verona, di Opera Arena


Baik sebagai pencinta opera, pencinta music atau hanya turis biasa di Verona, kalua anda punya kesempatan menyaksikan opera di Arena di Verona, janganlah lewatkan kesempatan ini. Pastilah ada sesuatu yang menakjubkan ketika mendengar aria-aria dari opera Aida membumbung ke langit dari panggung yang mewah dan spektakuler.

Menyaksikan sebuah opera di Opera festival di Arena di Verona adalah pengalaman yang luar biasa, menyaksikan pertunjukan yang kaya panggungnya , ansambelnya, orkestranya, lirik-liriknya, group penarinya, dan kostumnya yang membuat jutaan penonton dari berbagai bagian dunia terpesona selama lebih dari seratus tahun.

Festival Opera Verona berlangsung setiap tahun dari bulan Juni hingga Agustus. Hampir setiap hari dipertunjukan opera yang berbeda, sehingga anda bisa menikmati opera yang berbeda setiap malamnya. Dari “Aida” ke “Carmen”, “Nabucco”, “Turandot”dan “Madame Butterfly” kita bisa menyaksikan opera-opera yang paling terkenal di dunia.

Festival ini diadakan di amphitheatre Romawi yang berumur lebih dari 2000 tahun yang dikenal sebagai Arena di Verona yang teletak di jantung kota ini. Setelah koloseum di Roma  dan amphitheatre di Capua, arena Romawi di Verona adalah amphitheatre terbesar ketiga. Dengan ukuran raksasa 140 meter Panjang dan 110 meter lebarnya arena ini mendominasi Piazza Bra di bagian Utara.

Arena ini dibangun di tahun 30 masehi dan dibagun untuk pertandingan-pertandingan untuk menghibur pemerintah Romawi, seperti gladiator, perkelahian berdarah, balapan kereta kencana, hukuman mati publik, atau adu banteng.  Di jaman Romawi itu 20,000 penonton bersorak sorai dengan haus darah di arena raksasa ini. Masa kini masih sama, tidak banyak berubah semenjak 2000 tahun yang lampau. Di mana dulunya para gladiator bertempur hingga mati, sekarang para tenor dan soprano tangguh menghidupkan panggung dengan munculnya setiap penderitaan di dalam opera.  Opera tragis menyampaikan rasa kekejaman, belas kasih, ketakutan dan kesedihan. Mati demi cinta diperbolehkan, bahkan disanjung, namun pembunuhan karena dendam akan membawa balasan karma.

Festival Opera Arena yang kita kenal sekarang berawal dengan digelarnya opera besar “Aida” di tahun 1913 untuk memperingati seabad kelahiran Giuseppe Verdi. Sejak saat itu sebuah fenomena lahir: pertunjukan tahunan yang menggelar empat sampai enam opera skala besar selama tiga bulan. Arena ini dapat menampung sampai 15,000 penonton setiap pertunjukan, baik dengan tempat duduk yang nyaman  di tengah Arena, atau di banyak anak tangga batu yang mengelilingi panggung.

Ketika anda masuk ke Arena melalui salah satu dari banyak pintu masuknya dan menaiki tangga, anda akan merasa seakan berada di perbatasan dengan dunia lain. Opera adalah gabungan dari seni, drama musical, dipenuhi oleh lahu-lagu yang agung, kostum, orchestra music dan arak-arakan. Opera adalah media yang melaluinya cerita dan mitos disimak kembali, sejarah diceriterakan kembali dan imajinasi dirangsang.

Jadi, baik duduk di kelas bawah maupun di anak tangga batu bagian atas, anda bisa melihat panggung raksasa, menikmati pertunjukan, dan berseru: “Bravo!”

TAMAT