Tepuk tangan gemuruh dari penonton ketika tirai merah darah diturunkan mengakhiri
pementasan drama komedi ‘Inspektur Pemerintah’ malam itu. Pementasan ini
mengisahkan betapa galaunya pak Gubernur dan para pejabat lainnya ketika
mengetahui akan ada pemeriksaan oleh Inspektur Pemerintah yang datang secara inkognito
ke daerah mereka. Mereka kalang kabut berusaha menutup-nutupi segala kebobrokan
daerah ini yang disusupi korupsi dimana-mana, yang digambarkan dengan kocak dan
penuh dengan satire. Para penonton yang memenuhi Gedung Akimov Comedy Theater menyambut
dengan senyuman dan tawa. Sudah selayaknya sambutan penonton demikian, konon Tsar
Nicholas I pun terkekeh-kekeh menyaksikan pertunjukan perdana drama komedi ini
dan memberi tepuk tangan yang meriah pada akhir pertunjukan. Padahal, drama ini
merupakan kritik humoris terhadap kebobrokan birokrat di bawah pemerintahan Tsar
itu.
Sebelum tepuk tangan mereda aku menyelusup keluar, karena aku ada janji
bertemu dengan seseorang yang amat penting. Betapa tidak, aku janjian ketemu
dengan Nikolai, penulis drama itu! Jadi aku bergegas di jalan Nevsky Prospekt,
jalan terkenal di St Petersburg ini, di malam yang dingin. Kami janjian ketemu
di Literary Café, itu café yang banyak dikunjungi para aristokrat, penyair dan
artis-artis lainnya. Penyair Russia yang terkenal Alexander Pushkin juga sering
nongkrong di sini. Ketika aku tiba, Nikolai sudah duduk menunggu di pojok
ruangan yang berdinding kayu serba coklat tua.
Lampu-lampu gantung membuat suasana café ini sendu dan tenang. Kursi-kursinya
yang juga bercorak kotak-kotak coklat tua membuat nuansa ruangan ini
benar-benar aristokratis.
Nikolai berdiri dan menyalami aku dengan ramah. Ternyata ia berbadan
kecil, dengan kaki yang kependekan buat badannya. Mukanya yang agak imut-imut ditempeli
serpihan rambut panjang yang menjurai dari dahi sampai ke samping wajahnya
menutupi telinganya. Hidungnya kelihatan terlalu mancung untuk mukanya. Ia
mengenakan pakaian seadanya, tidak memamerkan ketenarannya. Dengan secercah
senyuman ia mempersilahkan aku duduk.
Aku membuka percakapan:
“Nikolai, aku baru saja habis nonton ‘Inspektur
Pemerintah’ di Gedung Akimov…, saya tercengang bahwa pertunjukan yang menghebohkan
seperti itu diizinkan oleh Tsar, yang menerapkan sensor yang ketat atas semua
karya-karya di Rusia… Para penonton pun menyambut dengan tawa tergelak-gelak
melihat tingkah laku sang gubernur dan pejabat pemerintahannya yang korup, yang
risau akan pemeriksaan oleh sang Inspektur Pemerintah, yang akan datang secara
menyamar. Sang gubernur dan pejabat pemerintahan pada kalang kabut berusaha
menutupi kebobrokan dan korupsi mereka dengan segala cara. Mereka bahkan
menyogok orang yang mereka kira adalah Inspektur Pemerintah yang menyamar.…
Belum pernah ada pertunjukan seperti ini yang digelarkan sebelumnya, ini sungguh
suatu gerakan baru bagi seni drama di Rusia…”
Nikolai:
“Namun, ada juga rona dan teriakan yang dilontarkan oleh pers dan
pejabat yang tersinggung…”
Aku:
“Tidak mengherankan, drama ini berani menyerang fundasi birokrasi
pemerintahan dii Russia. Ia mengejek
secara langsung semua pejabat, dan memaparkan korupsi di antara pejabat-pejabat
tinggi. Ia melemparkan ejekan secara langsung ke semua pejabat pemerintah
daerah Rusia, dan, secara tidak langsung, menunjuk pada sistem korupsi yang
menjalar di antara para pejabat-pejabat paling tinggi.”
Nikolai:
“Dalam drama ini, saya memutuskan untuk mengumpulkan semua kebobrokan
di Rusia yang saya ketahui dalam satu tumpukan, semua ketidakadilan yang
dipraktikkan di tempat-tempat itu dan terlebih-lebih di dalam hubungan manusia yang
menuntut keadilan, dan untuk tertawa terbahak-bahak atas semuanya. Tapi itu,
seperti diketahui, menghasilkan ledakan kemeriahan.
Melalui tawa saya, yang belum pernah datang kepada saya dengan kekuatan seperti
itu, pembaca merasakan kesedihan yang mendalam. Saya sendiri merasa bahwa tawa
saya tidak lagi sama seperti sebelumnya, bahwa dalam tulisan-tulisan saya, saya
tidak bisa lagi sama seperti di masa lalu, dan bahwa kebutuhan untuk
mengalihkan diri saya dengan adegan-adegan polos dan ceroboh telah berakhir
seiring dengan masa muda saya.”
Aku:
“Kabarnya Aleksandr Pushkin, penyair Rusia yang tersohor itu, adalah salah
satu pengagum pertama anda… bagaimana hubungan anda dengan Pushkin?”
Nikolai:
“Hubungan kami sangat dekat, Pushkin menganggap saya muridnya, dan saya
menghormati Pushkin dan menganggapnya sebagai mentor saya. Saya sangat menghormati
citra rasa dan kritikan yang ia berikan kepada saya. Dan ‘Inspektur Pemerintah’
itu temanya disarankan oleh dia….”
Aku:
“Mengapa anda menulis komedi satire seperti ini?”
Nikolai:
“Sebenarnya, situasi kocak tersembunyi di mana-mana, hanya di
tengah-tengah keberadaan kita, kita tidak menyadarinya; tetapi jika sang
seniman membawanya ke dalam karya seninya, katakanlah di atas panggung, kita
akan tertawa terbahak-bahak dan hanya heran kita tidak menyadarinya
sebelumnya.”
Aku, tersenyum:
“Ya , saya teringat ketika sang gubernur dalam lakon ini teringat akan
sesuatu kecerobohannya: ‘Ya Tuhan, aku lupa kalau ada sekitar empat puluh
gerobak sampah yang dibuang ke pagar itu. Sungguh kota yang keji dan kotor!
Sebuah monumen, atau bahkan hanya pagar, didirikan, dan seketika mereka
mengumpulkan banyak tanah, entah di mana, dan membuangnya di sana.’ Tentu hal ini akan menjadi masalah jika teramati
oleh sang Inspektur Pemerintah, yang membuat mereka kalang kabut…”
Nikolai:
“Ketika segala kebobrokannya terungkap, Gubernur itu sangat risau akan reputasinya,
dan mengeluh:
‘Kini bel keretanya bergerincing
di sepanjang jalan. Dia menerbitkan cerita itu ke seluruh dunia. Kita tidak
hanya akan dijadikan bahan tertawaan, tetapi beberapa orang yang menulis,
beberapa orang yang suka menuangkan tinta akan membuat kita menjadi banyolan.
Ada sengatan yang mengerikan. Penulis itu tidak akan menapiskan pangkat atau
kedudukan apa pun. Dan semua orang akan tersenyum dan bertepuk tangan. Apa yang
kalian tertawakan? Kalian menertawakan dirimu sendiri, oh kamu!’ katanya sambil
menghentakkan kakinya.”
Aku:
“Namun, tentang karya-karya komikal anda, Pushkin pernah bilang: ‘Di
balik tawa kita bisa merasakan air mata sedih.’…. Hal ini terasa sekali dalam sebuah
cerpen yang anda tulis berjudul ‘Jubah’ …. berkenaan dengan seorang juru tulis
rendah hati yang sederhana. Sedemikian kecil penghasilannya, sehingga jubah
yang dimilikinya hanya satu dan sudah terlalu lama dipakai dan penuh tambal
sulam. Dengan berbagai penghematan dan pengorbanannya, yang anda ceritakan
secara komikal, juru tulis itu akhirnya memiliki sebuah jubah baru yang bagus,
yang dipuja-pujanya setiap saat. Namun suatu hari ia dirampok dan jubah yang
dipakainya itu direbut oleh perampok… Sungguh mengenaskan, …. walaupun kisahnya
diceritakan secara komikal …..”.
Nikolai:
“Ya, juru tulis itu bekerja di sebuah departemen, pangkatnya tidak
terlalu tinggi—badannya pendek, ada bekas-bekas jerawat di mukanya, berambut
merah, dan rabun, keningnya botak, dan pipinya berkerut, dan berkulit cerah.
Nama keluarganya adalah Bashmatchkin. Nama ini rupanya berasal dari
"bashmak" (sepatu); namun kapan, pada jam berapa, dan dengan cara
apa, tidak diketahui. Ayah dan kakeknya, dan semua keluarga Bashmatchkin,
selalu memakai sepatu bot, yang haknya diganti baru hanya dalam dua atau tiga
kali setahun. “
Aku:
“Nama lengkapnya Akakiy Bashmatchkin, dan diceritakan bahwa dia sangat
berdedikasi dalam pekerjaannya sebagai jurus tulis…”
Nikolai:
“Akan sulit untuk menemukan orang lain yang hidup sepenuhnya untuk
tugasnya. Tidaklah cukup untuk mengatakan bahwa Akakiy bekerja dengan semangat:
tidak, dia bekerja dengan cinta. Dalam menyalin naskah, ia menemukan pekerjaan
yang bervariasi dan menyenangkan. Kenikmatan tertulis di wajahnya: beberapa
surat bahkan menjadi favoritnya; dan ketika dia menemukannya, dia tersenyum,
mengedipkan mata, dan menggerakkan bibirnya, hingga seolah-olah setiap huruf
dapat terbaca di wajahnya, saat penanya menelusurinya. Jika gajinya sebanding
dengan semangatnya, mungkin dia akan diangkat menjadi anggota dewan negara.
Tapi dia bekerja, seperti yang dikatakan rekan-rekannya, seperti kuda di
penggilingan.”
Aku:
“Hmm, saya teringat bahwa anda juga pernah bekerja sebagai juru tulis,
penyalin naskah, …di mana anda pernah bekerja seperti itu…?”
Nikolai:
“Ketika saya lepas sekolah di umur sembilan belas saya pergi ke sini, ke
St. Petersburg, dan mendapatkan posisi juru tulis menyalin naskah-naskah di
kantor pemerintahan. Tidak lama saya di situ, tapi cukup lama untuk mengetahui
beberapa jenis birokrasi ….”
Aku:
“ Jadi pengalaman-pengalaman itulah yang memberi bahan tulisan-tulisan
anda, mengenai seluk-beluk birokrasi di pemerintahan, dengan segala
kebobrokannya…”
Nikolai:
“Tapi, yah, walaupun Tsar Nicholas I terkekeh-kekeh selama pertunjukan
‘Inspektur Pemerintah’, pertunjukan ini telah memperolok semua orang. Mereka mengatakan, mungkin benar, bahwa mereka
sendirilah yang menjadi sasaran sindiran pertunjukan ini. Tentu saja pejabat
resmi Rusia tidak menyukai inovasi dalam seni drama ini, dan kemarahan memuncak
di antara mereka dan para pendukungnya. Bulgarin memimpin serangan itu. Segala
sesuatu yang biasanya dikatakan menentang perubahan baru dalam sastra atau seni
juga dikatakan untuk menentang pertunjukan ini. Mereka bilang :’Itu tidak asli.
Itu mustahil, mustahil, kasar, vulgar; tidak memiliki plot. Ini menjadi sebuah
anekdot basi yang diketahui semua orang. Itu adalah lelucon. Karakternya
hanyalah karikatur belaka. Lalu : ‘Kota macam apa yang tidak memiliki satu jiwa
pun yang jujur?’
Kegaduhan yang terjadi dalam masyarakat yang sopan-santun begitu hebat
sehingga saya merasa harus meninggalkan Rusia menuju Eropa, dan tinggal di
Roma.
Aku: “Apakah anda betah di Roma?”
Nikolai:
“Saya mengagumi Roma, saya mempelajari kesenian dan sastra Italia dan
menjadi tertarik dengan opera. Pelukis religius Aleksandr Ivanov menjadi teman
karib saya di sana, dan juga saya menemui beberapa bangsawan Rusia yang berkunjung
kesana, termasuk putri Zinaida Volkonsky, sering kami bertemu.“
Aku: “Anda banyak menulis di Roma?”
Nikolai: “Ya, cerpen ‘Jubah’ saya tulis di Roma. Juga sebagian besar
dari ‘Jiwa-Jiwa Mati’ saya tulis di sana.”
Aku:
“Oh, novel Jiwa-Jiwa Mati, masterpiece anda…. Tadinya, saya mengira bahwa
judul Jiwa-Jiwa Mati ini adalah sebuah kiasan, mengenai Jiwa-Jiwa yang tidak peduli,
atau semacam itu…, tapi ternyata lain sekali maksudnya. Novel ini bercerita
tentang Chichikov, yang anda usung sebagai pahlawan , seorang penipu ulung
yang, setelah beberapa kali mengalami nasib buruk, ingin menjadi kaya dengan
cepat. Di antara tipu dayanya dia mendapat akal untuk membeli budak-budak yang
telah mati, di mana kematian mereka belum secara resmi tercatat dalam sensus
resmi. Jadi, secara resminya mereka masih hidup. Sehingga, dia mendapat akal
untuk membeli budak-budak mati, seakan-akan mereka masih hidup itu, dengan
harga murah dari tuan tanah pemilik budak-budak itu. Dengan demikian Chichikov
memiliki bukti bahwa ia seorang kaya yang memiliki banyak budak-budak, yang
bisa dipakai untuk mendapat pinjaman modal dari bank. Jadi, surat tanda
pemilikan budak-budak itu dapat digadaikannya ke suatu bank untuk meminjam
banyak uang untuk modal usaha pertaniannya. Ini suatu hal yang sangat unik, yang
kami tidak pernah mendengarnya, dan bahkan sama sekali tak terpikirkan…
bagaimana anda mendapat bahan cerita seperti ini..?”
Nikolai:
“Tema novel ini saya dapat dari Pushkin juga, yang berdasarkan kejadian
sesungguhnya…”
Aku:
“Tapi, si Chichikov itu, yang anda usung sebagai pahlawan cerita ini, adalah
penipu ulung, ia seorang bajingan…”
Nikolai:
“Bukan tergantung pada saya untuk
mengambil karakter yang berbudi luhur untuk menjadi pahlawan saya: dan saya
akan memberitahu anda mengapa. Hal ini karena sudah saatnya mengistirahatkan
individu yang ‘miskin, tapi berbudi luhur’; Hal ini karena ungkapan ‘manusia
yang bernilai’ telah menjadi kata-kata sanjungan; karena ‘manusia yang bernilai’
ini telah berubah menjadi seekor kuda, dan semua penulis menungganginya dan
mencambuknya, di setiap masa,
hal ini disebabkan karena
“manusia yang bernilai” telah dibuat kelaparan hingga tidak tersisa sedikit pun
kebajikannya, dan yang tersisa dari tubuhnya hanyalah tulang rusuk dan kulit;
hal ini karena ‘manusia yang bernilai’ selamanya diselundupkan ke dalam suatu
kejadian; Hal ini disebabkan karena “manusia yang bernilai” telah lama
kehilangan rasa hormat dari semua orang. Karena alasan-alasan inilah saya
menegaskan kembali bahwa inilah saat yang tepat untuk memasung seorang bajingan
pada tiangnya. Mari kita pasung bajingan itu.”
Aku:
“Saya teringat nasihat ayah Chichikov kepadanya ketika ia masih kecil,
yang senantiasa diingatnya : ‘Dengarlah
nak, kerjakanlah pelajaranmu dengan baik, jangan bermalas-malasan atau bersikap
bodoh, dan yang terpenting, pastikan kamu menyenangkan gurumu. Selama kamu mengikuti
aturan-aturan ini, kamu akan mengalami kemajuan, dan melampaui teman-temanmu,
bahkan jika Tuhan tidak memberi kepandaian, dan kamu akan gagal dalam studimu.
Juga, jangan bergaul terlalu banyak dengan teman-temanmu, karena mereka tidak akan
ada gunanya bagimu; Tetapi jika kamu berteman, maka bertemanlah dengan
orang-orang yang lebih kaya di antara mereka, karena suatu hari nanti mereka
mungkin berguna bagimu. Selain itu, jangan pernah menghibur atau mentraktir
siapa pun, tetapi pastikan setiap orang menghibur dan mentraktir kamu.
Terakhir, dan yang terpenting, simpan dan simpan setiap uang kopek kamu.
Menghemat uang adalah hal terpenting dalam hidup. Seorang teman atau sahabat
selalu mengecewakan kamu, dan menjadi orang pertama yang meninggalkan kamu di
saat sulit; namun uang kopek tidak akan pernah mengecewakan kamu, apa pun
penderitaan Anda. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak dapat
dilakukan, tidak dapat dicapai, dengan bantuan uang.’
Nikolai:
“Lebih dari sekali, saat berjalan-jalan ini, pahlawan kita merenungkan
gagasan tentang dirinya menjadi tuan tanah — tidak sekarang, tentu saja, tetapi
kemudian, ketika tujuan utamanya seharusnya tercapai, dan dia telah mendapatkan
ke tangannya sarana yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang tenang dari
pemilik perkebunan. Ya, dan pada saat-saat ini akan termasuk dalam bangunan
istananya sosok seorang gadis muda, segar, berwajah putih dari pedagang atau
kelas masyarakat kaya lainnya, seorang wanita yang bisa bermain dan bernyanyi.
Dia juga memimpikan keturunan kecil yang harus mengabadikan nama Chichikov;
mungkin seorang anak laki-laki kecil yang suka bermain-main dan seorang putri
muda yang cantik, atau mungkin, dua anak laki-laki dan dua atau tiga anak
perempuan; sehingga semua orang harus tahu bahwa dia benar-benar hidup dan
memiliki keberadaannya, bahwa dia tidak hanya menjelajahi dunia seperti hantu
atau bayangan; sehingga baginya dan negaranya tidak boleh dipermalukan. Dan
dari situ dia akan terus membayangkan bahwa gelar yang ditambahkan ke
pangkatnya tidak akan menjadi hal yang buruk — gelar Penasihat Negara,
misalnya, yang layak mendapatkan semua kehormatan dan rasa hormat. Ah, adalah
hal yang umum bagi seorang pria yang sedang berjalan-jalan sendirian sehingga
melepaskan diri dari realitas menjengkelkan saat ini sehingga ia mampu
menggerakkan dan membangkitkan gairah dan memprovokasi imajinasinya pada
konsepsi hal-hal yang ia tahu tidak akan pernah benar-benar terjadi!”
TAMAT
Tulisan ini adalah wawancara imajiner mengenang Nikolai Gogol.
Sumber:
The Inspector General by Nikolai Gogol.
The Overcoat by Nikolai Gogol.