Dari balik jendela bus yang kami tumpangi kami bisa melihat pemandangan
pegunungan yang memesonakan. Saat ini baru mulainya musim panas, daun-daun dan
rumput hijau kelihatan muda dan segar, menghampar di pegunungan. Sang pemandu
wisata berkata bahwa di musim gugur pemandangannya lebih indah lagi, daun-daun
memerah dan menguning keemasan sebelum mereka gugur, memberi panorama yang mengagumkan
sepanjang perjalanan. Kami hanya bisa membayangkannya, dari foto-foto yang
pernah kami lihat, dengan impian agar suatu saat bisa menikmati pemandangan
aslinya di musim gugur. Tentunya musim gugur ini adalah musim wisata yang
paling sibuk, para wisatawan, dalam negeri maupun luar negeri, sudah jauh hari
sebelumnya merencanakan perjalanan mereka ke sini.
Kami berada dalam perjalanan dari Tokyo ke pegunungan Nikko. Nikko
adalah tempat bersejarah dengan pemandangan indah pegunungan di Utara Tokyo.
Keberadaan tempat-tempat bersejarah yang terletak di lereng pegunungan,
dilengkapi dengan pesona pedesaannya, mengilhami pepatah yang berbunyi: “
Jangan pernah berkata kekko sampai anda melihat Nikko”, artinya kalau anda ke
Jepang, jangan pernah puas sebelum anda melihat Nikko.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Kuil Toshugu, sebuah kuil yang
dibangun untuk mengabadikan Tokugawa Ieyasu. Nama kuil mengacu pada Tosho
Daigongen, yang berarti 'Cahaya Dewa Agung dari Timur', nama kehormatan yang
diberikan kepada Tokugawa Ieyasu setelah kematiannya. Dia adalah pemimpin samurai besar yang
memimpin dan menyatukan Jepang pada abad ke-17. Ia mendirikan Keshogunan
Tokugawa yang memerintah selama lebih dari 250 tahun, menjadikannya tokoh
samurai terkemuka dalam sejarah Jepang. Seperti pemimpin Jepang lainnya, rohnya
dianggap suci dan kuil ini dibangun untuk menampung rohnya, menurut kepercayaan
Shinto. Oleh karena itu, kuil ini sarat akan nilai sejarah dan sangat sakral
karena kuil ini merupakan tempat pemakaman dan tempat tinggal roh Tokugawa
Ieyasu.
Dari pintu masuk ke kuil belakang, Toshogu dihubungkan melalui satu jalan
yang cukup lebar dan menanjak. Di ujung jalan, ada sebuah Gerbang besar, yang
disebut Torri (Ishidorii). Torri yang terbuat dari batu itu menandai pintu
masuk ke Kuil Toshogu, yang menurut kepercayaan Shinto melambangkan pintu masuk
ke tempat suci.
Biasanya, Kuil Shinto dibuat sederhana dengan mempertimbangkan
keharmonisan dengan alam sekitarnya, mengundang pengunjung memanjatkan doa-doa
dan persembahan di kuil ini. Tidak demikian halnya dengan Kuil Toshogu. Kuil
ini adalah perpaduan antara Kuil Shinto dan Kuil Buddha, membuat kuil ini
berdimensi megah. Kesederhanaan sama sekali tidak menjadi pertimbangan,
bangunan-bangunannya malah kaya dengan ornamen dengan berbagai warna, termasuk
hiasan daun-daunan emas, yang bisa membuat tercengang pengunjung yang
mengamatinya.
TAMAT
Sumber:
https://www.kanpai-japan.com/nikko/toshogu