Di malam hari di Kabukicho berkelap-kelip
mengundang para pekerja kantor yang kelelahan untuk menikmati hiburan di sini. Ada
banyak kelab malam di daerah ini, bukan hanya untuk pria tapi banyak juga yang khusus
bagi wanita, dilayani oleh teman penghibur pria. Ada banyak pula apa yang
dinamai Love Hotel di sini, yang menyediakan kamar untun berkencan jam-jaman
maupun semalaman. Saya jadi teringat film ‘Kabukicho Love Hotel’ yang
menggambarkan suasana sebuah Love Hotel, menunjukkan kamar-kamarnya, pegawainya
dan tentu saja para tamunya yang berkencan dengan intim. Kita bisa melihat
berbagai jenis romansa dan kencan dari berbagai pasangan tamu dari berbagai
latar belakang, yang selingkuh, yang melacurkan diri, yang memeras, dan cinta
tidak menjadi tema utama di kamar-kamar hotel ini.
Kabukicho memanglah daerah lampu merah yang
ramai di Shinjuku, Tokyo. Di tahun 1940an direncanakan dibangun sebuah teater
kabuki di sini. Namun walaupun teater ini tidak terwujud sampai sekarang, nama
Kabukicho tetap melekat. Saat kita menyusuri jalan-jalan yang sempit yang
diterangi lampu-lampu neon dan reklame yang berkilauan , kita disambut para
pelayan dan calo yang menawarkan dagangan mereka. Suasana ini cukup lumrah di
Tokyo, tapi yang membuat unik di sini mereka juga menawarkan daging perempuan,
seks. Tapi tidak sevulgar Pat Pong di Bangkok, di mana perempuan-perempuan
berbikini menjajakan diri di kiri kanan jalan. Di sini para penjaja memberi
selebaran-selebaran yang menawarkan pijat dengan perempuan cantik,
makanan-makanan dan minuman unik, video game, pachinko dan toko-toko lainnya.
Kalau ada ingin mengabaikan tawaran-tawaran yang
bernafsu itu, anda bisa menyusuri gang-gang di Golden Gai yang dipadati bar dan
warung kecil yang kelihatan reot. Di
sini suasananya terasa lebih akrab karena padatnya pengunjung dan kecilnya
ruangan. Anda bisa memesan makanan dan minuman khas Jepang, setelah anda
menemukan tempat duduk di tengah kerumunan. Tapi jangan heran kalau bau asap berbagai
panggangan bercampur baur dengan asap rokok, namun para pengunjungnya yang semua
‘ceria’ menikmati suasana malam. Sering terdengar kata-kata kata ‘oishii’
(enak) atau ‘kanpai’ (cheers) yang
diucapkan dengan nada seperti berbicara dengan anak kecil atau anak anjing. Lebih-lebih
kalau yang berbicara perempuan, nadanya tinggi dan dengan suara hidung, seperti
dalam film animasi Jepang, begitu. Apalagi ketika melihat ia sesuatu yang imut-imut
entah itu boneka atau baju atau tas, mereka berseru ‘kawai…’ dengan nada
begitu. Seru deh.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar