Minggu, 23 November 2025

Tokyo, di Kabukicho

 

Di malam hari di Kabukicho berkelap-kelip mengundang para pekerja kantor yang kelelahan untuk menikmati hiburan di sini. Ada banyak kelab malam di daerah ini, bukan hanya untuk pria tapi banyak juga yang khusus bagi wanita, dilayani oleh teman penghibur pria. Ada banyak pula apa yang dinamai Love Hotel di sini, yang menyediakan kamar untun berkencan jam-jaman maupun semalaman. Saya jadi teringat film ‘Kabukicho Love Hotel’ yang menggambarkan suasana sebuah Love Hotel, menunjukkan kamar-kamarnya, pegawainya dan tentu saja para tamunya yang berkencan dengan intim. Kita bisa melihat berbagai jenis romansa dan kencan dari berbagai pasangan tamu dari berbagai latar belakang, yang selingkuh, yang melacurkan diri, yang memeras, dan cinta tidak menjadi tema utama di kamar-kamar hotel ini.

Kabukicho memanglah daerah lampu merah yang ramai di Shinjuku, Tokyo. Di tahun 1940an direncanakan dibangun sebuah teater kabuki di sini. Namun walaupun teater ini tidak terwujud sampai sekarang, nama Kabukicho tetap melekat. Saat kita menyusuri jalan-jalan yang sempit yang diterangi lampu-lampu neon dan reklame yang berkilauan , kita disambut para pelayan dan calo yang menawarkan dagangan mereka. Suasana ini cukup lumrah di Tokyo, tapi yang membuat unik di sini mereka juga menawarkan daging perempuan, seks. Tapi tidak sevulgar Pat Pong di Bangkok, di mana perempuan-perempuan berbikini menjajakan diri di kiri kanan jalan. Di sini para penjaja memberi selebaran-selebaran yang menawarkan pijat dengan perempuan cantik, makanan-makanan dan minuman unik, video game, pachinko dan toko-toko lainnya.  

Kalau ada ingin mengabaikan tawaran-tawaran yang bernafsu itu, anda bisa menyusuri gang-gang di Golden Gai yang dipadati bar dan warung kecil yang kelihatan reot.  Di sini suasananya terasa lebih akrab karena padatnya pengunjung dan kecilnya ruangan. Anda bisa memesan makanan dan minuman khas Jepang, setelah anda menemukan tempat duduk di tengah kerumunan. Tapi jangan heran kalau bau asap berbagai panggangan bercampur baur dengan asap rokok, namun para pengunjungnya yang semua ‘ceria’ menikmati suasana malam. Sering terdengar kata-kata kata ‘oishii’ (enak) atau  ‘kanpai’ (cheers) yang diucapkan dengan nada seperti berbicara dengan anak kecil atau anak anjing. Lebih-lebih kalau yang berbicara perempuan, nadanya tinggi dan dengan suara hidung, seperti dalam film animasi Jepang, begitu. Apalagi ketika melihat ia sesuatu yang imut-imut entah itu boneka atau baju atau tas, mereka berseru ‘kawai…’ dengan nada begitu. Seru deh.

TAMAT






Tidak ada komentar:

Posting Komentar