Sabtu, 16 November 2024

Tokyo, di Shinjuku Garden

 

Saat itu musim dingin ketika saya berjalan dari stasiun Metro Shinjuku ke Taman Nasional Shinjuku Gyeon. Tentu saja banyak orang lebih suka mengunjungi taman ini di musim semi untuk melihat bunga sakura mekar, atau melihat warna di musim gugur, namun di musim dingin taman memiliki warnanya sendiri. Bukan warna putih salju, tetapi warna tanaman yang ditundukkan oleh musim dingin. Berbagai warna hijau yang tidak sehijau di musim panas bercampur dengan warna pohon maple yang tersisa.

Shinjuku Gyoen, terletak beberapa ratus meter dari detak jantung Shinjuku, adalah kombinasi dari taman gaya Barat, yakni taman Prancis dan taman Inggris, dengan taman tradisional Jepang. Keindahan taman gaya Jepang terletak pada keindahannya yang asimetris, tidak seperti keindahan simetris taman gaya Barat. Selain itu, hampir semua elemen di taman Jepang menunjukkan simbolisme yang berakar dalam pada Shinto, yang mempertimbangkan ikatan erat antara alam, manusia, dan dewa. Arti kata Shinto itu sendiri adalah "jalan Kami (dewa)". Para dewa hidup di dunia yang sama dengan manusia, di alam. Oleh karena itu, alam sebagai rumah para dewa, adalah suci dan disembah dengan kagum. Shinto menganggap setiap elemen alam sebagai ilahi, dan bahwa para dewa hadir di mana-mana.

Shinjuku Gyoen dibangun di lokasi rumah pribadi milik Lord Naito, seorang penguasa feodal era Edo pada abad ke-16. Kemudian taman ini diubah menjadi kebun botani sebelum diubah menjadi Taman Kekaisaran bagi Kaisar Meiji pada tahun 1906. Setelah Perang Dunia Kedua taman ini ditetapkan sebagai taman nasional dan dibuka untuk umum. Taman ini memiliki kolam besar dengan pulau dan jembatan, dengan gaya taman Jepang. Sekitar 10.000 pohon tumbuh di taman ini, pohon tulip, cedar, cemara, yang memberikan suasana khusyuk pada taman. Namun, gedung-gedung pencakar langit di latar belakang menyadarkan kita bahwa tempat ini berada di Tokyo modern.

Film anime Makoto Shinkai di tahun 2013, The Garden of Words, mengambil lokasi di Shinjuku Gyoen. Film ini bercerita tentang seorang anak laki-laki SMA berusia 15 tahun dan seorang wanita berusia 27 tahun yang bertemu secara konsisten pada hari hujan di taman ini. Alasan Shinkai membuat film ini adalah hubungannya dengan Gempa Bumi dan Tsunami Jepang Timur tahun 2011, yang membuatnya mempertanyakan keindahan alam yang kita lihat sehari-hari dengan pengetahuan bahwa suatu hari nanti pemandangan ini bisa berubah menjadi tiada dan bisa lenyap dalam satu hari karena bencana seperti itu. Dia ingin merekam semua pemandangan yang dia sukai secara pribadi dan yang orang-orang mungkin bisa merasakannya, dalam filem anime ini.

TAMAT

Sumber:

https://www.patternz.jp/japanese-garden-history-design-elements/ 

https://www.japan.travel/en/spot/1659/








Minggu, 21 Juli 2024

Wawancara dengan Nikolai



 

Tepuk tangan gemuruh dari penonton ketika tirai merah darah diturunkan mengakhiri pementasan drama komedi ‘Inspektur Pemerintah’ malam itu. Pementasan ini mengisahkan betapa galaunya pak Gubernur dan para pejabat lainnya ketika mengetahui akan ada pemeriksaan oleh Inspektur Pemerintah yang datang secara inkognito ke daerah mereka. Mereka kalang kabut berusaha menutup-nutupi segala kebobrokan daerah ini yang disusupi korupsi dimana-mana, yang digambarkan dengan kocak dan penuh dengan satire. Para penonton yang memenuhi Gedung Akimov Comedy Theater menyambut dengan senyuman dan tawa. Sudah selayaknya sambutan penonton demikian, konon Tsar Nicholas I pun terkekeh-kekeh menyaksikan pertunjukan perdana drama komedi ini dan memberi tepuk tangan yang meriah pada akhir pertunjukan. Padahal, drama ini merupakan kritik humoris terhadap kebobrokan birokrat di bawah pemerintahan Tsar itu.

Sebelum tepuk tangan mereda aku menyelusup keluar, karena aku ada janji bertemu dengan seseorang yang amat penting. Betapa tidak, aku janjian ketemu dengan Nikolai, penulis drama itu! Jadi aku bergegas di jalan Nevsky Prospekt, jalan terkenal di St Petersburg ini, di malam yang dingin. Kami janjian ketemu di Literary Café, itu café yang banyak dikunjungi para aristokrat, penyair dan artis-artis lainnya. Penyair Russia yang terkenal Alexander Pushkin juga sering nongkrong di sini. Ketika aku tiba, Nikolai sudah duduk menunggu di pojok ruangan yang berdinding kayu serba coklat tua.  Lampu-lampu gantung membuat suasana café ini sendu dan tenang. Kursi-kursinya yang juga bercorak kotak-kotak coklat tua membuat nuansa ruangan ini benar-benar aristokratis.

Nikolai berdiri dan menyalami aku dengan ramah. Ternyata ia berbadan kecil, dengan kaki yang kependekan buat badannya. Mukanya yang agak imut-imut ditempeli serpihan rambut panjang yang menjurai dari dahi sampai ke samping wajahnya menutupi telinganya. Hidungnya kelihatan terlalu mancung untuk mukanya. Ia mengenakan pakaian seadanya, tidak memamerkan ketenarannya. Dengan secercah senyuman ia mempersilahkan aku duduk.

Aku membuka percakapan:

“Nikolai, aku baru saja habis nonton ‘Inspektur Pemerintah’ di Gedung Akimov…, saya tercengang bahwa pertunjukan yang menghebohkan seperti itu diizinkan oleh Tsar, yang menerapkan sensor yang ketat atas semua karya-karya di Rusia… Para penonton pun menyambut dengan tawa tergelak-gelak melihat tingkah laku sang gubernur dan pejabat pemerintahannya yang korup, yang risau akan pemeriksaan oleh sang Inspektur Pemerintah, yang akan datang secara menyamar. Sang gubernur dan pejabat pemerintahan pada kalang kabut berusaha menutupi kebobrokan dan korupsi mereka dengan segala cara. Mereka bahkan menyogok orang yang mereka kira adalah Inspektur Pemerintah yang menyamar.… Belum pernah ada pertunjukan seperti ini yang digelarkan sebelumnya, ini sungguh suatu gerakan baru bagi seni drama di Rusia…”

 

Nikolai:

“Namun, ada juga rona dan teriakan yang dilontarkan oleh pers dan pejabat yang tersinggung…”

 

Aku:

“Tidak mengherankan, drama ini berani menyerang fundasi birokrasi pemerintahan dii Russia.  Ia mengejek secara langsung semua pejabat, dan memaparkan korupsi di antara pejabat-pejabat tinggi. Ia melemparkan ejekan secara langsung ke semua pejabat pemerintah daerah Rusia, dan, secara tidak langsung, menunjuk pada sistem korupsi yang menjalar di antara para pejabat-pejabat paling tinggi.”

 

Nikolai:

“Dalam drama ini, saya memutuskan untuk mengumpulkan semua kebobrokan di Rusia yang saya ketahui dalam satu tumpukan, semua ketidakadilan yang dipraktikkan di tempat-tempat itu dan terlebih-lebih di dalam hubungan manusia yang menuntut keadilan, dan untuk tertawa terbahak-bahak atas semuanya. Tapi itu, seperti diketahui, menghasilkan ledakan  kemeriahan. Melalui tawa saya, yang belum pernah datang kepada saya dengan kekuatan seperti itu, pembaca merasakan kesedihan yang mendalam. Saya sendiri merasa bahwa tawa saya tidak lagi sama seperti sebelumnya, bahwa dalam tulisan-tulisan saya, saya tidak bisa lagi sama seperti di masa lalu, dan bahwa kebutuhan untuk mengalihkan diri saya dengan adegan-adegan polos dan ceroboh telah berakhir seiring dengan masa muda saya.”

Aku:

“Kabarnya Aleksandr Pushkin, penyair Rusia yang tersohor itu, adalah salah satu pengagum pertama anda… bagaimana hubungan anda dengan Pushkin?”

 

Nikolai:

“Hubungan kami sangat dekat, Pushkin menganggap saya muridnya, dan saya menghormati Pushkin dan menganggapnya sebagai mentor saya. Saya sangat menghormati citra rasa dan kritikan yang ia berikan kepada saya. Dan ‘Inspektur Pemerintah’ itu temanya disarankan oleh dia….”

 

Aku:

“Mengapa anda menulis komedi satire seperti ini?”

 

Nikolai:

“Sebenarnya, situasi kocak tersembunyi di mana-mana, hanya di tengah-tengah keberadaan kita, kita tidak menyadarinya; tetapi jika sang seniman membawanya ke dalam karya seninya, katakanlah di atas panggung, kita akan tertawa terbahak-bahak dan hanya heran kita tidak menyadarinya sebelumnya.”

 

Aku, tersenyum:

“Ya , saya teringat ketika sang gubernur dalam lakon ini teringat akan sesuatu kecerobohannya: ‘Ya Tuhan, aku lupa kalau ada sekitar empat puluh gerobak sampah yang dibuang ke pagar itu. Sungguh kota yang keji dan kotor! Sebuah monumen, atau bahkan hanya pagar, didirikan, dan seketika mereka mengumpulkan banyak tanah, entah di mana, dan membuangnya di sana.’  Tentu hal ini akan menjadi masalah jika teramati oleh sang Inspektur Pemerintah, yang membuat mereka kalang kabut…”

 

Nikolai:

“Ketika segala kebobrokannya terungkap, Gubernur itu sangat risau akan reputasinya, dan mengeluh:

 ‘Kini bel keretanya bergerincing di sepanjang jalan. Dia menerbitkan cerita itu ke seluruh dunia. Kita tidak hanya akan dijadikan bahan tertawaan, tetapi beberapa orang yang menulis, beberapa orang yang suka menuangkan tinta akan membuat kita menjadi banyolan. Ada sengatan yang mengerikan. Penulis itu tidak akan menapiskan pangkat atau kedudukan apa pun. Dan semua orang akan tersenyum dan bertepuk tangan. Apa yang kalian tertawakan? Kalian menertawakan dirimu sendiri, oh kamu!’ katanya sambil menghentakkan kakinya.”

 

Aku:

“Namun, tentang karya-karya komikal anda, Pushkin pernah bilang: ‘Di balik tawa kita bisa merasakan air mata sedih.’…. Hal ini terasa sekali dalam sebuah cerpen yang anda tulis berjudul ‘Jubah’ …. berkenaan dengan seorang juru tulis rendah hati yang sederhana. Sedemikian kecil penghasilannya, sehingga jubah yang dimilikinya hanya satu dan sudah terlalu lama dipakai dan penuh tambal sulam. Dengan berbagai penghematan dan pengorbanannya, yang anda ceritakan secara komikal, juru tulis itu akhirnya memiliki sebuah jubah baru yang bagus, yang dipuja-pujanya setiap saat. Namun suatu hari ia dirampok dan jubah yang dipakainya itu direbut oleh perampok… Sungguh mengenaskan, …. walaupun kisahnya diceritakan secara komikal …..”.

 

Nikolai:

“Ya, juru tulis itu bekerja di sebuah departemen, pangkatnya tidak terlalu tinggi—badannya pendek, ada bekas-bekas jerawat di mukanya, berambut merah, dan rabun, keningnya botak, dan pipinya berkerut, dan berkulit cerah.

Nama keluarganya adalah Bashmatchkin. Nama ini rupanya berasal dari "bashmak" (sepatu); namun kapan, pada jam berapa, dan dengan cara apa, tidak diketahui. Ayah dan kakeknya, dan semua keluarga Bashmatchkin, selalu memakai sepatu bot, yang haknya diganti baru hanya dalam dua atau tiga kali setahun. “

 

Aku:

“Nama lengkapnya Akakiy Bashmatchkin, dan diceritakan bahwa dia sangat berdedikasi dalam pekerjaannya sebagai jurus tulis…”

 

Nikolai:

“Akan sulit untuk menemukan orang lain yang hidup sepenuhnya untuk tugasnya. Tidaklah cukup untuk mengatakan bahwa Akakiy bekerja dengan semangat: tidak, dia bekerja dengan cinta. Dalam menyalin naskah, ia menemukan pekerjaan yang bervariasi dan menyenangkan. Kenikmatan tertulis di wajahnya: beberapa surat bahkan menjadi favoritnya; dan ketika dia menemukannya, dia tersenyum, mengedipkan mata, dan menggerakkan bibirnya, hingga seolah-olah setiap huruf dapat terbaca di wajahnya, saat penanya menelusurinya. Jika gajinya sebanding dengan semangatnya, mungkin dia akan diangkat menjadi anggota dewan negara. Tapi dia bekerja, seperti yang dikatakan rekan-rekannya, seperti kuda di penggilingan.”

 

Aku:

“Hmm, saya teringat bahwa anda juga pernah bekerja sebagai juru tulis, penyalin naskah, …di mana anda pernah bekerja seperti itu…?”

 

Nikolai:

“Ketika saya lepas sekolah di umur sembilan belas saya pergi ke sini, ke St. Petersburg, dan mendapatkan posisi juru tulis menyalin naskah-naskah di kantor pemerintahan. Tidak lama saya di situ, tapi cukup lama untuk mengetahui beberapa jenis birokrasi ….”

 

Aku:

“ Jadi pengalaman-pengalaman itulah yang memberi bahan tulisan-tulisan anda, mengenai seluk-beluk birokrasi di pemerintahan, dengan segala kebobrokannya…”

 

Nikolai:

“Tapi, yah, walaupun Tsar Nicholas I terkekeh-kekeh selama pertunjukan ‘Inspektur Pemerintah’, pertunjukan ini telah memperolok semua orang.  Mereka mengatakan, mungkin benar, bahwa mereka sendirilah yang menjadi sasaran sindiran pertunjukan ini. Tentu saja pejabat resmi Rusia tidak menyukai inovasi dalam seni drama ini, dan kemarahan memuncak di antara mereka dan para pendukungnya. Bulgarin memimpin serangan itu. Segala sesuatu yang biasanya dikatakan menentang perubahan baru dalam sastra atau seni juga dikatakan untuk menentang pertunjukan ini. Mereka bilang :’Itu tidak asli. Itu mustahil, mustahil, kasar, vulgar; tidak memiliki plot. Ini menjadi sebuah anekdot basi yang diketahui semua orang. Itu adalah lelucon. Karakternya hanyalah karikatur belaka. Lalu : ‘Kota macam apa yang tidak memiliki satu jiwa pun yang jujur?’

Kegaduhan yang terjadi dalam masyarakat yang sopan-santun begitu hebat sehingga saya merasa harus meninggalkan Rusia menuju Eropa, dan tinggal di Roma.

 

Aku: “Apakah anda betah di Roma?”

 

Nikolai:

“Saya mengagumi Roma, saya mempelajari kesenian dan sastra Italia dan menjadi tertarik dengan opera. Pelukis religius Aleksandr Ivanov menjadi teman karib saya di sana, dan juga saya menemui beberapa bangsawan Rusia yang berkunjung kesana, termasuk putri Zinaida Volkonsky, sering kami bertemu.“

 

Aku: “Anda banyak menulis di Roma?”

 

Nikolai: “Ya, cerpen ‘Jubah’ saya tulis di Roma. Juga sebagian besar dari ‘Jiwa-Jiwa Mati’ saya tulis di sana.”

 

Aku:

“Oh, novel Jiwa-Jiwa Mati, masterpiece anda…. Tadinya, saya mengira bahwa judul Jiwa-Jiwa Mati ini adalah sebuah kiasan, mengenai Jiwa-Jiwa yang tidak peduli, atau semacam itu…, tapi ternyata lain sekali maksudnya. Novel ini bercerita tentang Chichikov, yang anda usung sebagai pahlawan , seorang penipu ulung yang, setelah beberapa kali mengalami nasib buruk, ingin menjadi kaya dengan cepat. Di antara tipu dayanya dia mendapat akal untuk membeli budak-budak yang telah mati, di mana kematian mereka belum secara resmi tercatat dalam sensus resmi. Jadi, secara resminya mereka masih hidup. Sehingga, dia mendapat akal untuk membeli budak-budak mati, seakan-akan mereka masih hidup itu, dengan harga murah dari tuan tanah pemilik budak-budak itu. Dengan demikian Chichikov memiliki bukti bahwa ia seorang kaya yang memiliki banyak budak-budak, yang bisa dipakai untuk mendapat pinjaman modal dari bank. Jadi, surat tanda pemilikan budak-budak itu dapat digadaikannya ke suatu bank untuk meminjam banyak uang untuk modal usaha pertaniannya. Ini suatu hal yang sangat unik, yang kami tidak pernah mendengarnya, dan bahkan sama sekali tak terpikirkan… bagaimana anda mendapat bahan cerita seperti ini..?”

 

Nikolai:

“Tema novel ini saya dapat dari Pushkin juga, yang berdasarkan kejadian sesungguhnya…”

 

Aku:

“Tapi, si Chichikov itu, yang anda usung sebagai pahlawan cerita ini, adalah penipu ulung, ia seorang bajingan…”

 

Nikolai:

“Bukan tergantung pada saya untuk mengambil karakter yang berbudi luhur untuk menjadi pahlawan saya: dan saya akan memberitahu anda mengapa. Hal ini karena sudah saatnya mengistirahatkan individu yang ‘miskin, tapi berbudi luhur’; Hal ini karena ungkapan ‘manusia yang bernilai’ telah menjadi kata-kata sanjungan; karena ‘manusia yang bernilai’ ini telah berubah menjadi seekor kuda, dan semua penulis menungganginya dan mencambuknya, di setiap masa,

hal ini disebabkan karena “manusia yang bernilai” telah dibuat kelaparan hingga tidak tersisa sedikit pun kebajikannya, dan yang tersisa dari tubuhnya hanyalah tulang rusuk dan kulit; hal ini karena ‘manusia yang bernilai’ selamanya diselundupkan ke dalam suatu kejadian; Hal ini disebabkan karena “manusia yang bernilai” telah lama kehilangan rasa hormat dari semua orang. Karena alasan-alasan inilah saya menegaskan kembali bahwa inilah saat yang tepat untuk memasung seorang bajingan pada tiangnya. Mari kita pasung bajingan itu.”

 

Aku:

“Saya teringat nasihat ayah Chichikov kepadanya ketika ia masih kecil, yang senantiasa diingatnya  : ‘Dengarlah nak, kerjakanlah pelajaranmu dengan baik, jangan bermalas-malasan atau bersikap bodoh, dan yang terpenting, pastikan kamu menyenangkan gurumu. Selama kamu mengikuti aturan-aturan ini, kamu akan mengalami kemajuan, dan melampaui teman-temanmu, bahkan jika Tuhan tidak memberi kepandaian, dan kamu akan gagal dalam studimu. Juga, jangan bergaul terlalu banyak dengan teman-temanmu, karena mereka tidak akan ada gunanya bagimu; Tetapi jika kamu berteman, maka bertemanlah dengan orang-orang yang lebih kaya di antara mereka, karena suatu hari nanti mereka mungkin berguna bagimu. Selain itu, jangan pernah menghibur atau mentraktir siapa pun, tetapi pastikan setiap orang menghibur dan mentraktir kamu. Terakhir, dan yang terpenting, simpan dan simpan setiap uang kopek kamu. Menghemat uang adalah hal terpenting dalam hidup. Seorang teman atau sahabat selalu mengecewakan kamu, dan menjadi orang pertama yang meninggalkan kamu di saat sulit; namun uang kopek tidak akan pernah mengecewakan kamu, apa pun penderitaan Anda. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak dapat dilakukan, tidak dapat dicapai, dengan bantuan uang.’

 

Nikolai:

“Lebih dari sekali, saat berjalan-jalan ini, pahlawan kita merenungkan gagasan tentang dirinya menjadi tuan tanah — tidak sekarang, tentu saja, tetapi kemudian, ketika tujuan utamanya seharusnya tercapai, dan dia telah mendapatkan ke tangannya sarana yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang tenang dari pemilik perkebunan. Ya, dan pada saat-saat ini akan termasuk dalam bangunan istananya sosok seorang gadis muda, segar, berwajah putih dari pedagang atau kelas masyarakat kaya lainnya, seorang wanita yang bisa bermain dan bernyanyi. Dia juga memimpikan keturunan kecil yang harus mengabadikan nama Chichikov; mungkin seorang anak laki-laki kecil yang suka bermain-main dan seorang putri muda yang cantik, atau mungkin, dua anak laki-laki dan dua atau tiga anak perempuan; sehingga semua orang harus tahu bahwa dia benar-benar hidup dan memiliki keberadaannya, bahwa dia tidak hanya menjelajahi dunia seperti hantu atau bayangan; sehingga baginya dan negaranya tidak boleh dipermalukan. Dan dari situ dia akan terus membayangkan bahwa gelar yang ditambahkan ke pangkatnya tidak akan menjadi hal yang buruk — gelar Penasihat Negara, misalnya, yang layak mendapatkan semua kehormatan dan rasa hormat. Ah, adalah hal yang umum bagi seorang pria yang sedang berjalan-jalan sendirian sehingga melepaskan diri dari realitas menjengkelkan saat ini sehingga ia mampu menggerakkan dan membangkitkan gairah dan memprovokasi imajinasinya pada konsepsi hal-hal yang ia tahu tidak akan pernah benar-benar terjadi!”

 

TAMAT

Tulisan ini adalah wawancara imajiner mengenang Nikolai Gogol.

 

Sumber:

The Inspector General by Nikolai Gogol.

The Overcoat by Nikolai Gogol.

The Dead Souls by Nikolai Gogol.










Jumat, 14 Juni 2024

Moscow, di Bolshoi Theatre

 

Bolshoi dalam bahasa Rusia berarti 'megah', dan kemegahan teater Bolshoi dapat kita tangkap dari jauh dari Teatralnaya Ploschad (Theater Square). Apollo Quadriga yang terkenal, atau kereta para dewa, menghiasi puncak teater. Apollo digambarkan mengendarai keretanya melintasi langit, dengan empat kuda, mengantarkan siang hari dan membubarkan malam. Tampak muka neoklasik dengan pilar putih gedung ini muncul di uang kertas 100 rubel Rusia dan menjadikannya salah satu landmark ikonik Moscow dan Rusia. 

Interiornya bahkan lebih megah, setelah enam tahun renovasi ekstensif sekitar 700 juta dolar AS mengembalikannya ke dekorasi kekaisaran asli, Bolshoi dibuka kembali pada 2011 dengan panggung aula bersejarah yang dihiasi dengan dekorasi merah dan emas yang mewah, dengan lampu gantung besar. Kembalinya Bolshoi ke kejayaan mencakup interior yang pernah dilapisi dengan kayu pinus langka dan disepuh dengan tangan dengan emas asli untuk akustik terbaik. Panggung teater juga mendapatkan efek pantulan suara¸ yang dirancang khusus untuk panggung opera dan balet. 

Rumah megah balet dan opera Bolshoi yang terkenal secara internasional dibangun pada tahun 1824 oleh Osip Bove, atas izin Permaisuri Catherine yang Agung untuk dijadikan teater umum. Selama hampir tiga dekade terakhir, Bolshoi dipimpin oleh Yuri Grigorovich, seorang direktur artistik yang dikenal dengan koreografi klasiknya yang ulung. Di bawah masa Grigorovich, dan dimeriahkan oleh kehadiran serangkaian penari yang sangat berbakat, Bolshoi dikenal sebagai salah satu perusahaan balet terbesar di dunia. 

Teater Bolshoi menjadi terkenal di seluruh dunia karena penari balet yang brilian seperti Maya Plisetskaya, Vladimir Vasiliev, Galina Ulanova, Maris Liepa. Mereka membangun reputasi teater dan mendongkrak karir mereka menuju kesuksesan internasional. 

Dan daftar reputasinya terus berlanjut, balet Swan Lake karya Tchaikovsky ditayangkan perdana di teater ini pada tahun 1877. Pertunjukan terkenal lainnya termasuk The Sleeping Beauty dan The Nutcracker karya Tchaikovsky, Giselle karya Adolphe Adam, Romeo and Juliet karya Prokofiev, dan Spartacus karya Khachaturian. 

Lalu opera-operanya, teater Bolshoi berspesialisasi dalam opera klasik Rusia seperti Boris Godunov karya Mussorgsky, A Life for the Tsar karya Glinka, dan The Tsar's Bride karya Rimsky-Korsakov, serta opera-opera Tchaikovsky. Banyak opera karya komponis barat juga dipentaskan, terutama karya komponis Italia seperti Rossini, Verdi, dan Puccini. Sampai pertengahan 1990-an, sebagian besar opera asing dinyanyikan dalam bahasa Rusia, tetapi bahasa Italia dan bahasa lainnya lebih sering terdengar di panggung Bolshoi dalam beberapa tahun terakhir. 

Alangkah ‘Bolshoi’ nya….!

 

TAMAT

 

 

Sumber:

https://www.uvisitrussia.com/theaters/big_bolshoi/

https://en.wikipedia.org/wiki/Bolshoi_Theatre





Selasa, 30 April 2024

Moscow, di Katedral St. Basil

 

Di Selatan Red Square berdiri sebuah katedral warna-warni dengan kubah berbentuk bawang, ini adalah pertama kalinya saya melihat katedral seperti itu. Batu bata merah dengan ornamen batu putih bercampur dengan pola melingkar-lingkar yang semarak dalam warna hijau, biru dan merah pada kubah. Pada pandangan pertama, orang mungkin mengira itu sebagai istana Cinderella di Disneyland. 

Tapi itu bukan fantasi Disneyland, ini adalah gereja yang sarat dengan sejarah dan pengabdian, ini adalah Katedral St. Basil. Dibangun pada abad ke-16 atas perintah Tsar Rusia Ivan IV untuk memenuhi sumpahnya untuk membangun sebuah gereja atas penaklukannya akan Kazan. Dia bermaksud membangun gereja dalam skala yang mencerminkan pentingnya kemenangannya atas Kazan, yang tidak hanya berhasil melumpuhkan Kazan yang merepotkan, tetapi juga membuka area yang luas untuk kolonisasi dan perdagangan. 

Katedral ini bukanlah satu ruang yang besar, ia terdiri dari 11 gereja kecil, salah satunya dibangun di atas makam St Basil. Gereja-gereja tersebut terhubung dengan labirin koridor sempit dengan atap melengkung, didekorasi dengan indah dengan pola bunga berwarna-warni yang melambangkan taman surgawi. Setiap gereja tampak seperti vas bunga, ruangan sempit dengan langit-langit tinggi. Mungkin bentuk ini membuat akustiknya luar biasa, kita bisa mendengar dengan jelas himne dan nyanyian yang dinyanyikan di ruangan lain, suara mereka sangat ilahi. 

Katedral St. Basil begitu mengesankan sehingga legenda mengatakan bahwa Tsar Ivan IV membutakan para arsitek katedral sehingga desain struktur ini tidak dapat dicontoh di bangunan lain mana pun. Meskipun ini tidak dapat diverifikasi, hal itu sejalan dengan apa yang diketahui tentang kepribadian Ivan IV yang kompleks dan temperamennya yang keras, perlakuan kasarnya terhadap bangsawan Rusia, rakyatnya, dan pelayannya. Ada catatan tentang gangguan mentalnya, dengan satu kejadian tragis, dia secara tidak sengaja membunuh putranya sendiri saat bertengkar. Karena kekejaman dan temperamennya itu, ia juga dikenal sebagai Ivan the Terrible. 

Kemasyuran katedral yang dibangun untuk mengenang kemenangan Tsar Ivan IV di Kazan telah dirundung bayangan Basil, seseorang yang dikenal sebagai pengemis, "Bodoh bagi Kristus", suara nubuat hati nurani yang berpakaian compang-camping, yang dikuburkan di bawah Katedral. Basil dan Tzar ini memiliki hubungan yang rumit. Tsar Ivan IV yang kuat dan kejam tidak berani menginjak-injak pengemis yang menghalangi jalannya, seluruh penduduk Moskow bergantung pada setiap kata dan tindakan pengemis itu, memujanya sebagai seorang nabi. Tsar Ivan IV pernah menghujani Basil dengan hadiah, ingin menguji apakah Basil tergoda oleh kekayaan. Basil menerima hadiah itu tetapi segera memberikan semuanya kepada orang yang membutuhkan pertama yang dia temui. Ketika Basil meninggal pada tahun 1557, Tsar Ivan IV sendiri termasuk di antara pengusung jenazah untuk membawa jenazahnya ke tempat peristirahatannya: yang sekarang dikenal sebagai Katedral St. Basil.

 

TAMAT

 SUMBER:

https://nationsmedia.org/basil-the-holy-fool/

https://www.masterclass.com/articles/st-basils-cathedral-architecture-and-history#what-is-st-basils-cathedral