Sabtu, 16 November 2024

Tokyo, di Shinjuku Garden

 

Saat itu musim dingin ketika saya berjalan dari stasiun Metro Shinjuku ke Taman Nasional Shinjuku Gyeon. Tentu saja banyak orang lebih suka mengunjungi taman ini di musim semi untuk melihat bunga sakura mekar, atau melihat warna di musim gugur, namun di musim dingin taman memiliki warnanya sendiri. Bukan warna putih salju, tetapi warna tanaman yang ditundukkan oleh musim dingin. Berbagai warna hijau yang tidak sehijau di musim panas bercampur dengan warna pohon maple yang tersisa.

Shinjuku Gyoen, terletak beberapa ratus meter dari detak jantung Shinjuku, adalah kombinasi dari taman gaya Barat, yakni taman Prancis dan taman Inggris, dengan taman tradisional Jepang. Keindahan taman gaya Jepang terletak pada keindahannya yang asimetris, tidak seperti keindahan simetris taman gaya Barat. Selain itu, hampir semua elemen di taman Jepang menunjukkan simbolisme yang berakar dalam pada Shinto, yang mempertimbangkan ikatan erat antara alam, manusia, dan dewa. Arti kata Shinto itu sendiri adalah "jalan Kami (dewa)". Para dewa hidup di dunia yang sama dengan manusia, di alam. Oleh karena itu, alam sebagai rumah para dewa, adalah suci dan disembah dengan kagum. Shinto menganggap setiap elemen alam sebagai ilahi, dan bahwa para dewa hadir di mana-mana.

Shinjuku Gyoen dibangun di lokasi rumah pribadi milik Lord Naito, seorang penguasa feodal era Edo pada abad ke-16. Kemudian taman ini diubah menjadi kebun botani sebelum diubah menjadi Taman Kekaisaran bagi Kaisar Meiji pada tahun 1906. Setelah Perang Dunia Kedua taman ini ditetapkan sebagai taman nasional dan dibuka untuk umum. Taman ini memiliki kolam besar dengan pulau dan jembatan, dengan gaya taman Jepang. Sekitar 10.000 pohon tumbuh di taman ini, pohon tulip, cedar, cemara, yang memberikan suasana khusyuk pada taman. Namun, gedung-gedung pencakar langit di latar belakang menyadarkan kita bahwa tempat ini berada di Tokyo modern.

Film anime Makoto Shinkai di tahun 2013, The Garden of Words, mengambil lokasi di Shinjuku Gyoen. Film ini bercerita tentang seorang anak laki-laki SMA berusia 15 tahun dan seorang wanita berusia 27 tahun yang bertemu secara konsisten pada hari hujan di taman ini. Alasan Shinkai membuat film ini adalah hubungannya dengan Gempa Bumi dan Tsunami Jepang Timur tahun 2011, yang membuatnya mempertanyakan keindahan alam yang kita lihat sehari-hari dengan pengetahuan bahwa suatu hari nanti pemandangan ini bisa berubah menjadi tiada dan bisa lenyap dalam satu hari karena bencana seperti itu. Dia ingin merekam semua pemandangan yang dia sukai secara pribadi dan yang orang-orang mungkin bisa merasakannya, dalam filem anime ini.

TAMAT

Sumber:

https://www.patternz.jp/japanese-garden-history-design-elements/ 

https://www.japan.travel/en/spot/1659/








Tidak ada komentar:

Posting Komentar