Cari Blog Ini

Minggu, 10 Juni 2018

Paris, di Notre-Dame


Di dalam novel The Hunchback of Notre-Dame (Si Bongkok dari Notre-Dame), seorang anak yang buruk dan bongkok ditemukan di katedral Notre-Dame. Bayi itu dinamakan Quasimodo oleh wakil uskup Claude Frollo yang mengadopsi bayi itu. Kejadian ini mengingatkan saya akan kejadian di dalam filem Rashomon oleh Akira Kurosawa, yang menunjukan bayi yang tak diinginkan ibunya ditinggalkan di gerbang Rashomon yang rusak parah. Bayi itu lalu diadopsi oleh si Penebang-kayu ( baca Wawancara dengan Akira di blogspot ini).


Di dalam novel The Hunchback of Notre-Dame, Victor Hugo banyak menulis tentang Notre-Dame untuk membuat penduduk Paris lebih menyadari nilai dari Arsitektur Gothic ini, yang diterbelangkaikan dan sering dihancurkan untuk diganti dengan bangunan baru atau dirusak oleh penggatian bagian bangunannya dengan gaya yang lebih baru. Ketiga bab pertama novel ini merupakan himbauan untuk memelihara arsitektur Gothic- dalam kata-kata Hugo, sebuah “sebuah buku raksasa dari batu,” yang indah menurutnya.


Setelah salah urus selama berabad-abad, penambahan, vandalisme, dan pembersihan, para pengunjung mendapati katedral yang dulunya tidak seperti sekarang. Victor Hugo dapat membawa penyelamatan gereja agung ini karena dia dapat menangkap keindahan yang lenyap dari gereja ini dengan novelnya.


Sekarang katedral ini secara umum dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dari arsitektur Gothic Perancis, dan merupakan salah satu yang bangunan gereja yang terbesar dan terkenal di Perancis, dan di dunia. Naturalisme dari patung-patungnya dan jendela –jendela kaca berwarna memberi kontras dengan arsitektur Romanesque sebelumnya.


Namun, saat ini katedral ini membutuhkan perbaikan besar-besaran lagi karena memburuknya kondisi bangunan, gargoyles yang patah dan baustrades yang runtuh diganti dengan pipa plastik dan papan kayu.


Memburuknya kondisi bangunan tidak terlalu jelas nampak bagi berjuta turis yang terpesona oleh keindahan Notre-Dame, banyak yang terlalu sibuk mengagumi patung-patung yang rumit di bagian muka dan tidak melihat bagian bangunan yang memburuk.


Dimana-mana batuan bangunan itu tererosi, dan semakin banyak angin bertiup, semakin banyak potongan-potongan kecil berjatuhan. Para ahli berkata bahwa walaupun Notre-Dame tidaklah terancam keruntuhan yang mendadak, bagunan ini sudah mencapai titik kritis, jadi memelukan perbaikan besar-besaran yang mahal, dengan biaya sekitar 150 juta Euro.


Seperti yang ditulis Victor Hugo di novelnya, kata-katanya masih berarti setelah 150 tahun kemudian: “Memang tak diragukan, Katedral Notre-Dame di Paris saat ini adalah bagunan yang agung dan sublim, namun walaupun tetap terhormat ketika menua, kita hanya bisa menyesali, kita hanya bisa marah akan degradasi yang tak terhitung dan mutilasi pada onggokan yang mulia ini, baik oleh karna waktu maupun ulah manusia.”


TAMAT





Tidak ada komentar:

Posting Komentar