Di dalam novel The Hunchback of Notre-Dame (Si Bongkok dari Notre-Dame), seorang anak yang buruk dan bongkok ditemukan di katedral Notre-Dame. Bayi itu dinamakan Quasimodo oleh wakil uskup Claude Frollo yang mengadopsi bayi itu. Kejadian ini mengingatkan saya akan kejadian di dalam filem Rashomon oleh Akira Kurosawa, yang menunjukan bayi yang tak diinginkan ibunya ditinggalkan di gerbang Rashomon yang rusak parah. Bayi itu lalu diadopsi oleh si Penebang-kayu ( baca Wawancara dengan Akira di blogspot ini).
Di dalam novel The Hunchback of
Notre-Dame, Victor Hugo banyak menulis tentang Notre-Dame untuk membuat
penduduk Paris lebih menyadari nilai dari Arsitektur Gothic ini, yang
diterbelangkaikan dan sering dihancurkan untuk diganti dengan bangunan baru
atau dirusak oleh penggatian bagian bangunannya dengan gaya yang lebih baru.
Ketiga bab pertama novel ini merupakan himbauan untuk memelihara arsitektur
Gothic- dalam kata-kata Hugo, sebuah “sebuah buku raksasa dari batu,” yang
indah menurutnya.
Setelah salah urus selama berabad-abad,
penambahan, vandalisme, dan pembersihan, para pengunjung mendapati katedral yang
dulunya tidak seperti sekarang. Victor Hugo dapat membawa penyelamatan gereja
agung ini karena dia dapat menangkap keindahan yang lenyap dari gereja ini
dengan novelnya.
Sekarang katedral ini secara umum
dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dari arsitektur Gothic Perancis, dan
merupakan salah satu yang bangunan gereja yang terbesar dan terkenal di Perancis,
dan di dunia. Naturalisme dari patung-patungnya dan jendela –jendela kaca
berwarna memberi kontras dengan arsitektur Romanesque sebelumnya.
Namun, saat ini katedral ini membutuhkan
perbaikan besar-besaran lagi karena memburuknya kondisi bangunan, gargoyles
yang patah dan baustrades yang runtuh diganti dengan pipa plastik dan papan
kayu.
Memburuknya kondisi bangunan tidak
terlalu jelas nampak bagi berjuta turis yang terpesona oleh keindahan
Notre-Dame, banyak yang terlalu sibuk mengagumi patung-patung yang rumit di
bagian muka dan tidak melihat bagian bangunan yang memburuk.
Dimana-mana batuan bangunan itu
tererosi, dan semakin banyak angin bertiup, semakin banyak potongan-potongan
kecil berjatuhan. Para ahli berkata bahwa walaupun Notre-Dame tidaklah terancam
keruntuhan yang mendadak, bagunan ini sudah mencapai titik kritis, jadi
memelukan perbaikan besar-besaran yang mahal, dengan biaya sekitar 150 juta
Euro.
Seperti yang ditulis Victor Hugo di
novelnya, kata-katanya masih berarti setelah 150 tahun kemudian: “Memang tak
diragukan, Katedral Notre-Dame di Paris saat ini adalah bagunan yang agung dan
sublim, namun walaupun tetap terhormat ketika menua, kita hanya bisa menyesali,
kita hanya bisa marah akan degradasi yang tak terhitung dan mutilasi pada
onggokan yang mulia ini, baik oleh karna waktu maupun ulah manusia.”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar