Cari Blog Ini

Rabu, 19 Mei 2021

Tokyo, di Omotesando

 

Berjalan sepanjang satu kilometer di Omotesando adalah pengalaman yang istimewa. Dikenal sebagai Champs-Elysees-nya Tokyo, jalan dengan jajaran pohon zelkova di tepinya, memperkenalkan berbagai toko bermerek dunia. Omote yang berarti ‘dari depan’ dan Sando yang berarti ‘datang’, berfungsi sebagai jalan masuk utama menuju kuil Meiji sejak jaman Taisho. Masa kini, jalan lebar yang menghubungkan kuil Meiji sampai jalan Aoyama dijalani berjuta orang di sisinya untuk berbelanja di toko-toko bermerek mewah. 

Jalanan yang lebih sempit, berliku-liku di Ura-Harujuku di belakang kedua sisi Omotesando juga menarik. Di jalanan ini, kita bisa menemukan toko-toko pakaian yang tak terlalu bermerek namun menarik, café-café bertema dan beberapa restoran Jepang terbaik di Tokyo. 

Namun walaupun kita datang ke Tokyo bukan buat berbelanja, berjalan sepanjang Omotesando saja cukup menyegarkan, menikmati suasananya, dan mengamati arsitektur bangunan yang lain dari lain yang dirancang oleh arsitek-arsitek superstar Jepang seperti Tadao Ando, Toyo Ito, Jun Aoki, Hiroshi Nakamura dan Norihiko Dan. 

Tadao Ando merancang Omotesando Hills shopping mall, dengan muka sepanjang 250 m sepanjang jalan itu, setiap lantai dibangun sepanjang lereng untuk menciptakan kesinabungan dengan jalanan, dan memberi ruang tambahan bagi publik. Taman disediakan di atap bangunan, untuk menyambung suasana dari pohon-pohon zelkova sepanjang jalan itu.

Photo: Wikimedia

Toyo Ito merancang bangunan khusus buat Tod’s, pembuat sepatu dan tas bermerek terkenal dari Itali. Degan bentuk-L dan bagian depan yang sempit, dinding beton memberi kesan seperti jejeran pohon zelkova sehubungan dengan alam di Omotesando. Di mana banyak butik-butik mewah bermerek dibangun, dengan memilih beton sebagai bahan utama arsitek ini dengan berani tampil berbeda dan kokoh dibandingkan dengan bangunan-bangunan gelas kaca di sekitarnya.

Photo: Wikimedia

Jun Aoki merancang Gedung Louis Vuitton menurut kesan tumpukan koper-koper, karena Louis Vuitton terkenal akan koper-koper dan tas-tas ciptaan mereka. Setiap koper merupakan sebuah ruangan khusus yang dihubungkan dengan koridor-koridor. Bangunan dengan tekstur lunak logam di bagian muka memberi kesan seakan guguran daun-daun pohon zelkova di muka Gedung itu.

Photo: Wikimedia

Bangunan 8 lantai Hugo Boss rancangan Norihiko Dan di kelilingi oleh bangunan Tod’s berbentuk-L. Jadi dia merancang bangunan itu melonggarkan pengaruh bangunan Tod’s dengan menciptakan bentuk-bentuk vertikal yang dikombinasikan dengan lingkaran lantai-lantai. Hal ini tampaknya menonjolkan bangunan Tod’s, dan menciptakan simbiose yang harmonis. Tekstur bangunan ini dibentuk oleh kolom-kolom dari baja dengan penampilan tekstrur serupa kayu.

Photo: Wikimedia

Shopping mall lainnya, Tokyu Plaza, muncul sebagai benteng mode pakaian. Struktur yang unik ini dirancang oleh Hiroshi Nakamura, arsitek pemenang penghargaan. Bangunan ini secara resmi menjadi kandang dari berbagai retailer busana besar, dan juga buat beberapa retailer Jepang yang lebih kecil. Elevator muka yang dindingnya terbuat dari cermin-cermin kelihatan menarik dari jauh, namun ketika kita menaiki elevator kepala cukup pusing melihat semua refleksi di cermin-cermin itu. Hal ini seperti berjalan di dalam terowongan dengan dinding terbuat dari bola-bola gemerlap diskotek. Mewah, tapi bukan buat para minimalis.

Photo: Wikimedia


TAMAT

Sumber:

http://designart.jp/en/architecture/omotesandohills/

https://www.arch2o.com/tods-omotesando-building-toyo-ito-associates-architects/

https://architecturetokyo.wordpress.com/2017/06/15/2002-louis-vuitton-omotesando-jun-aoki/

https://www.archdaily.com/770864/omotesando-keyaki-building-norihiko-dan-and-associates








2 komentar: