Cari Blog Ini

Jumat, 18 Februari 2022

Tibet, di Pertunjukan Musikal

 

Pertunjukan musikal Putri Wencheng benar-benar pertunjukan mengagumkan, dengan panggung yang ditata secara spektakuler di udara terbuka, lengkap dengan istana di Chang'an dan istana Potala di Lhasa. Pada suatu saat kita dapat melihat kuda-kuda berlari-lari di dataran tinggi di latar belakang panggung, dan di lain saat kita bisa melihat sapi dan kambing berjalan dengan santai di bagian depan panggung. Sistem pencahayaannya juga spektakuler, matahari dan bulan muncul bersama-sama dari kegelapan, dan kain besar melambai-lambai untuk menggambarkan gelombang liar yang disebabkan oleh badai dingin. Sistem suara yang kuat dan jernih menggetarkan lagu-lagu tradisional yang merdu di atas panggung, rupanya mereka menggunakan teknologi suara paling canggih. Pertunjukan ini adalah perkawinan yang mengagumkan antara kisah legendaris yang terkenal dengan teknologi modern, dipentaskan di panggung yang dirancang dengan cermat di samping bukit-bukit di bawah bintang-bintang. 

Ceritanya menggambarkan perkawinan dua budaya besar, budaya Tibet dan Dinasti Tang. Cerita ini terjadi sekitar 1300 tahun yang lalu ketika Putri Wencheng dari Dinasti Tang meninggalkan Chang'an (Xi'an sekarang) untuk menikahi Songtsen Gampo, raja Tibet. Pernikahan mereka bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara Dinasti Tang dan Tibet. Putri Wencheng dan rombongan berjalan lebih dari 2.000 km dari Chang'an ke Lhasa, melintasi padang pasir, badai dingin, dan pegunungan yang tertutup salju. 

Dalam perjalanannya Putri Wencheng membawa sejumlah besar mas kawin yang tidak hanya berisi emas, tetapi juga biji-bijian, alat pertanian dan teknologi cara meningkatkan produktivitas pertanian Tibet. Dia juga membawa kitab-kitab suci Buddha dan patung-patung Buddha, di antaranya adalah patung emas Buddha Sakyamuni yang berusia 12 tahun, yang sekarang ditempatkan di Kuil Jokhang. 

Ada banyak legenda rakyat tentang perjalanan Putri Wencheng ke Tibet yang digambarkan dalam pertunjukan ini. Salah satu legenda menceritakan tentang 'cermin Matahari dan Bulan', cermin berharga yang diberikan Kaisar Dinasti Tang Gaozu kepada Putri Wencheng sebelum dia memulai perjalanannya dari Chang'an. Cermin itu dikatakan membuatnya melihat Chang'an dan kerabatnya dari mana pun dia berada. Ketika sang putri mencapai bagian dari Pegunungan Quilian, jalan utama ke Tibet, dia keluar dari keretanya dan melihat-lihat sekeliling. Tempat itu dingin dan tandus, dia hanya bisa melihat salju menutup gunung, lalu dia merasakan kerinduan yang dalam akan kampung halamannya. Dia teringat kata-kata kaisar ketika dia memberinya cermin, 'Setiap kali Anda merindukan tempat asal kamu, kamu hanya perlu melihat ke cermin ini untuk melihat kami'. San putri mengeluarkan cermin untuk melihat kampung halamannya, tetapi ia hanya bisa melihat wajahnya yang berurai air mata. Lalu, ia melemparkan cermin itu ke gunung. Namun setelah itu dia melanjutkan perjalanannya ke barat karena dia tahu dia memikul tugas bagi kedua negara, dan, memutuskan untuk tidak lagi terbuai kerinduan akan tempat asalnya. Cermin itu pecah menjadi dua bagian yang berbentuk seperti bulan dan matahari. Sejak saat itu, gunung itu mendapat namanya, Gunung Riyue,  ‘Gunung Matahari dan Bulan’. 

Musikal perkawinan bersejarah ini dipentaskan oleh sekitar 700 pemain, menunjukkan serangkaian tarian dan nyanyian tradisional Tibet yang mempersona, mengenakan kostum tradisional Tibet dan dinasti Tang. Pertunjukan ini dilakukan setiap malam, dari musim semi hingga musim gugur, di di panggung megah sepanjang sekitar 100 meter, di Bumpari.

 

 TAMAT

 Sumber:

https://www.tibettravel.org/tibet-history/songtsan-gambo-wencheng.html

http://tibetanbuddhistencyclopedia.com/en/index.php/A_brief_introduction_to_Princess_Wencheng








Tidak ada komentar:

Posting Komentar