Daerah Latin Quarter terletak di daerah arrondissement 5 dan 6 di Paris. Terletak di tepi kiri sungai Seine, sekitar Sorbonne. Dikenal dengan kehidupan mahasiswa, suasana yang hidup, dan bistro-bistro, Latin quarter adalah tempat berbagai perguruan tinggi di samping universitas Sorbonne.
Meskipun telah beradaptasi dan hilangnya
identitas nya yang terdahulu, banyak jalan-jalan di Latin Quarter melingkupi
daerah yang dulunya merupakan pusat mahasiswa dan cendikiawan terus menarik perhatian
turis-turis dan penduduk Paris.
Namanya didapatkan demikian karena
bahasa Latin, yang dulunya banyak dipakai di dalam dan di sekitar Universitas
Sorbonne di abad pertengahan, setelah filsuf abad ke 12 Pierre Abélard dan
murid-muridnya tinggal di sini. Gereja St Nicolas du Chardonnet, yang terletak
di sini, masih menyelenggarakan misa kudus dalam bahasa Latin sehingga sekarang
(baca juga artikel ‘Paris, di St Nicolas du Chardonnet’ di blogspot ini).
Mahasiswa masih sering datang ke sini,
walaupun tidak lagi berbahasa Latin. Universitas Sorbonne yang termasyur di
dunia menerima sekitar 24,000 mahasiswa di 20 departemen yang berfokus pada
kesenian, humaniora dan bahasa, terbagi di 12 kampus di Paris. Tujuh kampus
terletak di Latin Quarter, termasuk bangunan bersejarah Universitas Sorbonne
dan tiga terletak di Marais, Malesherbes and Clignancourt. Paris Sorbonne juga mencakup CELSA, sekolah
komunikasi dan jurnalisme Perancis yang prestigius, yang terletak di daerah suburb Neuilly-sur-Seine.
Riwayat Latin Quarter yang lumpuh karena
demonstrasi sudah berlalu setengah abad. Mei 1968 sampai sekarang masih
dianggap sebagai pergolakan terbesar yang menimpa masyarakat Perancis modern,
dan merombak untuk selamanya bulevard-bulevard 3 jalur di arrondissement 5 di
Paris sebagai perwujudan semangat pemberontakan Perancis yang terkenal.
Periode genting saat kerusuhan masal di
Paris di saat Mei 1968 digerakan oleh demonstrasi-demonstrasi dan mogok masal
dan juga pendudukan universitas-universitas dan pabrik-pabrik di seluruh
Perancis. Pada puncak pergolakan itu, pemogokan itu menyebabkan perekonomian
Perancis terlihat berhenti.
Pergolakan itu dimulai dengan
serangkaian protes pendudukan mahasiswa terhadap kapitalisme, konsumerisme,
imperialisme Amerika dan institusi-institusi tradisioanal, nilai-nilai dan
peraturan. Protes-protes tersebut memacu pergerakan kesenian, dengan lagu-lagu,
coretan dinding yang imajinatif, poster-poster dan slogan-slogan.
Filsuf terkenal Jean-Paul Sartre
membangkitkan mahasiswa, perawat, dokter dan guru kedalam hiruk-pikuk protes
dari mimbar yang di buat seadanya di bawah pohon oak di bulevard Saint Jacques,
para demonstran melempar batu-batu dari belakang barikade di gerbang Sorbonne
yang elegan, dan ributnya kerusuhan terdengar hingga Pantheon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar