Operanya juga berhasil dari malam perdana, keberhasilan berkat
kerja Verdi selama tiga tahun. Malam perdananya diselenggarakan di Teatro
Apollo di Roma pada tanggal 19 Januari 1853. Keinginan penduduk Roma untuk
mendengarkannya luar biasa. Pada malam sebelum pementasan, sungai Tiber meluap
dan membanjiri seluruh lingkungan dekat teater itu. Walaupun demikian- dingin,
lumpur dan ketidak nyamanan- sejak jam 9 pagi pintu Apollo dikepung oleh banyak
penonton, dengan kaki mereka yang terendam air hingga mata kaki, dijepit,
didorong, dan perebutan tempat untuk malam itu. Keberhasilannya tersebar cepat,
bukan hanya di Itali, namun juga seluruh Eropa. Berbagai teater mementaskannya,
untuk menjawab riuhnya permintaan para langganan dan anggota teater itu. Di
Napoli ada tiga gedung pertunjukan mementaskannya pada saat yang sama. Jarang
ada opera yang lebih beruntung dari itu.
Sekarang Il trovatore adalah salah satu dari opera-opera
yang terkenal yang dipentaskan di Arena di Verona, yang setiap musim panas
menjadi tuan rumah Verona Opera Festival. Akustiknya yang bagus membuat Arena
di Verona panggung ideal bagi opera berskala raksasa seperti itu. Pastilah ada sesuatu yang mempesonakan
mendengar lagu-lagu aria yang melambung ke langit dari panggung dengan rakitan
yang megah dan spektakuler.
Jalan
cerita Il trovatore bermula dengan adegan pembakaran seorang ibu gypsy yang
dicurigai menjalankan ilmu sihir, dan dibalas dendamnya oleh puterinya Azucena,
yang melemparkan anak dari a orang yang menyuruh membakar ibunya ke dalam api
yang sama. Dirasuki kekuatan gelap saat itu, dia salah melemparkan anaknya
sendiri. Azucena teringat kejadian ini berulang setiap saat ia terbangun, ketika
melihat lidah api, dan dalam bayang-bayangan. Namun hanya dia yang tahu
kejadian sebenarnya. Dia memelihara anak
itu sebagai anaknya sendiri, dan menamakannya Manrico. Terus menerus dihantui
permintaan ibunya pada saat sekarat untuk membalas dendamnya, Azucena
menjalankan beberapa kejadian yang menjurus kepada kematian Manrico.
Ayah dari
anak yang dibakar mencari pembalasan dan memaksa anaknya yang satu lagi, Count
di Luna, untuk mengabdikan hidupnya untuk membalas kematian saudaranya. Tanpa
mengenal satu sama lainnya kedua saudara itu, Manrico dan di Luna, bersaing
untuk mendapatkan cinta dari Leonora, puteri raja. Namun Leonora telah jatuh
cinta kepada Sang Penyanyi, yang tidak lain ialah Manrico, yang sering
bernyanyi di muka jendelanya, sehingga ia menolak pendekatan-pendekatan dari
Count di Luna.
Manrico
dan di Luna tertakdirkan untuk bertentangan satu sama lainnnya, pertama sebagai
pemimpin dari pihak yang bertentangan dalam perang, dan sekarang dalam usaha
merebut hati Leonora. Azucena tidak
membuka identitas Manrico sampai ketika tusukan terakhir menghujam dan Manrico
mati atas perintah di Luna. Azucena kemudian membuka rahasia bahwa lawannya
adalah saudaranya sendiri, dan berseru bahwa ibunya akhirnya terbalas
dendamnya.
TAMAT
artikel yang sangat berkualitas...
BalasHapusTerima kasih ya...
BalasHapus