Cari Blog Ini

Minggu, 21 Juli 2019

Malam Ave Maria di Lourdes



Penulis Perancis yang terkenal, Emile Zola, mengunjungi Lourdes pertama kalinya di September 1891 dan terkesima oleh banyaknya pejiarah yang mengunjungi Lourdes. Dia kembali di bulan Agustus tahun berikutnya yang merupakan saat yang paling sibuk bagi pejiarah, dan meluangkan waktu dengan pejiarah, melakukan wawancara dan pengamatan yang menjadi basis bagi novelnya ‘Lourdes’ yang terbit di tahun 1894.

Dalam kunjungannya Zola menyaksikan prosesi Ave Maria di malam hari dan menggambarkannya di novelnya: “Tigapuluh ribuan cahaya lilin membakar di sana, tegar dan senantiasa berkeliling, mempergegas kilauannya di bawah keheningan mega di mana planet-planet telah pucat. Kilauan cahaya menanjak bergandengan dalam kekangan lagu yang tak henti-henti. Dan gaung nyanyian yang tak henti-henti mengulangi refrain ‘Ave, Ave, Ave Maria’ itu seakan suara percikan api lilin-lilin dalam doa-doa agar jiwa-jiwa dapat diselamatkan.”

Setiap hari di antara bulan April dan Oktober di jam 5 sore pejiarah Lourdes menjawab permintaan Santa Maria dengan berkumpul untul Prosesi Ekaristi. Prosesi itu bermula dari altar udara terbuka di lapangan rumput di seberang sungai dari gua (grotto) dan diawali oleh pejiarah-pejiarah yang sakit dan diikuti oleh pastor, uskup atau kardinal yang memanggul Ekaristi Suci.

Lalu pada jam 9 malam para pejiarah dari berbagai tempat di dunia berkumpul untuk prosesi Ave Maria Lourdes. Prosesi itu bermula dari dekat gua dan berlanjut disekitar boulevard sampai di Rosary Square.
Prosesi ini diawali oleh para pejiarah yang sakit yang diikuti oleh para voluntir yang memanggul replica patung Santa Maria. Fokus dari prosesi dengan cahaya lilin ini adalah doa rosario.  Kelima dari sepuluh butiran rosario didoakan, diasanya dalam berbagai bahasa. Lagu Lourdes Hymn juga dinyanyikan, dalam bait-bait dengan berbagai bahasa. Mungkin ada doa-doa permohonan yang diikuti dengan lagu Laudate Mariam.

Dalam keheningan malam, setiap pejiarah membawa permohonan pribadinya ketika lagu Ave Maria dinyanyikan ber-ulang-ulang selama prosesi yang disinari cahaya lilin. Seperti yang ditulis Elie Zola di novelnya: “Gaung suara yang tak henti-henti mengulangi refrain 'Ave, Ave, Ave Maria’ itu menembus kulit seseorang sungguh-sungguh. Saya merasa seperti seluruh tubuh saya pada akhirnya ikut menyanyikannya.”

TAMAT




2 komentar:

  1. Ave Maria, gratia plena,
    Dominus tecum,
    benedicta tu in mulieribus,
    et benedictus fructus ventris tui, Iesus..

    BalasHapus