Bangkok di pagi hari mungkin lebih mencerminkan Bangkok yang sebenarnya, dan bukannya kesan turistik yang dimilikinya di siang dan malam hari. Hal itu tidaklah mengherankan, sebagian besar turis mencari tempat-tempat yang menarik di siang hari dan hiburan di malam hari. Tak banyak turis yang mau bangun pagi sekali untuk melihat penduduk Bangkok berbenah dan bergegas pergi ke tempat kerja, untuk menghindari kemacetan di jalan.
Lebih sedikit lagi turis yang bangun sebelum jam 6 pagi
untuk melihat para biksu turun ke jalanan untuk menerima sedekah makanan untuk
hari itu. Saya kebetulan bangun pagi di suatu hari dan pergi dengan kamera saya
untuk melihat jalanan di pagi hari dan mengunjungi kuil Wat That Thong di pusat
kota Bangkok, daerah Ekkamai, yang tidak termasuk di dalam itinerary kebanyakan
turis.
Di jalanan dan di kuil Wat That Thong, saya melihat banyak
biksu dengan jubah oranye berjalan-jalan dengan sebuah mangkok besar di tangan.
Berdasarkan tradisi Buddhis Theravada, para biksu bangun pagi jam 4, lalu
berdoa ke Buddha dan bermeditasi, lalu sarapan pagi yang ringan. Kemudian
mereka turun kejalanan untuk mendapatkan sedekah makanan di daerah itu, kembali
ke biara dan makan bersama sebelum tengah hari.
Para ibu telah terbiasa memasak makanan buat para biksu dan
memberi sedekah sejak awal terbitnya Buddhisme lebih dari 2,500 tahun yang
lalu. Khususnya, pemberian makan sedekah ini adalah tradisi Buddhis Theravada,
yang merupakan mayoritas di Thailand, Kamboja, Myanmar, Sri Lanka dan Laos.
Dengan memberi makan kepada biksu setiap hari, para umatnya akan memperdalam
imannya, dan dengan berbuat demikian akan berguna untuk bagi santapan rohani
mereka.
Jadi, pada hari itu saya berkenan untuk memberi sedekah
makanan buat biksu-biksu, tapi kita harus ingat bahwa sebagian besar
biksu-biksu itu adalah vegetarian. Makanannya sebaiknya sederhana saja, karena
para biksu pada umumnya harus memakan makanan apa saja yang diberikan kepada
mereka. Tapi makanan ini bukanlah ‘sedekah’ dalam pandangan dunia Barat. Hal ini
lebih merupakan hubungan simbolis akan realitas spiritual dan untuk menunjukan
kerendahan hati dan penghormatan di tengah masyarakat yang sekular. Memang,
yang terbaik adalah makanan dari dapur kita, karena tujuannya bukanlah sekedar
memberi makan kepada para biksu tapi juga untuk menunjukkan ketanpa-pamrihan
pemberi dan komitmen terhadap kepercayaan. Hal ini adalah tugas duniawi para
awam, guna memelihara hubungan langsung dengan sang Buddha.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar