Saya sudah beberapa kali berkunjung ke Bangkok, dan ini adalah kedua-kalinya saya berkunjung ke kuil Wat Pho. Walaupun kedua-kali, kunjungan ini menyegarkan kenangan masa lalu tentang kuil yang mengesankan ini. Cuaca panas dan lembab musim panas tidak menghalangi para turis untuk berdatangan ke kuil itu di pagi itu.
Setelah melalui patung rakasasa Penjaga dari Tiongkok,
gerbang Tha Tian, saya langsung menuju
ke Kuil Reclining Buddha ( Sang Buddha Berbaring). Seperti halnya kuil-kuil yang lain, kita
harus membuka sepatu untuk masuk, dan semua pengunjung harus mengenakan pakaian
yang sopan, artinya pundak tidak terbuka atau rok mini di atas lutut. Lalu, begitu
masuk pintu masuk hal pertama yang kami temui adalah sisi kepala Sang Buddha
yang ditopang dengan lengan kanannya. Ukuran kepalanya sangat menakjubkan, dan tubuh
yang diperpanjang berbaring di sofa membuat patung ini makin mencengangkan.
Tinggi patung itu 15 meter dan panjangnya 46 meter, diselimuti daun emas yang
bersinar dengan anggun di ruangan yang agak gelap, membuat keberadaan patung
itu mendominasi seluruh ruangan itu. Kami tidak pasti berapa berat patung
raksasa itu, namun seluruh patung itu dibuat dari batu bata di tengahnya, yang
dibentuk dengan semen sebelum disepuh emas.
Mata patung itu yang berbentuk seperti ikan terbuat dari
mutiara-mutiara besar, terlihat seperti sedang merenung. Mahkota di kepala,
atau Ushnisha, melambangkan Pencerahan sang Buddha, dan titik kecil di antara
alis matanya , atau Urna, melambangkan mata ketiga, yang kemudian melambangkan pandangan
akan dunia ilahi. Telinganya yang memanjang melambangkan penolakan dengan sadar
akan dunia material guna mendapatkan pencerahan spiritual.
Setelah berjalan besama begitu banyaknya turis sepanjang 46
meter tubuhnya yang berbaring kami sampai ke kakinya, yang juga berskala
raksasa, tingginya 3 meter dan panjangnya 4.5 meter! Tapak kakinya juga
bertatahkan mutiara–mutiara besar, diukir dengan ukiran-ukiran yang menunjukkan
simbol-simbol Sang Buddha. Di tapak kakinya, ada 108 tanda-tanda keberuntungan
seperti bunga, penari, gajah putih, harimau, dan hiasan altar yang melambangkan
Sang Buddha. Di tengah kedua kakinya ada sebuah lingkaran yang melambangkan
chakra atau ‘pusat energi’. Banyak pengunjung hanyut dalam keindahan patung
emas Buddha ini dan simbolisme yang dilambangkannya.
Meskipun Sang Buddha Berbaring tampak seperti seseorang yang
lagi bersantai di sofa, hal ini sebenarnya mewakili saat-saat terakhir Sang
Buddha di dunia ketika sedang sakit. Hal ini mewakili saat ia akan masuk ke
parinirvana, nirvana setelah kematian. Ia berbaring di sisi kanannya dengan
wajah yang penuh kebahagiaan bersandar di sebuah bantal ketika ia menopang
kepalanya dengan tangan.
Guna memperingati perjalanannya ke akhirat, murid-muridnya
membangun sebuah patung dengan posisi begitu. Sekarang patung itu adalah patung
emas agung yang berada di dalam Wat Pho. Puluhan tahun kemudian, banyak versi
patung Sang Buddha Berbaring dibuat di seluruh Asia Tenggara.
TAMAT
Sumber: Wikimedia
Beberapa bulan sebelum pandemi, kami pernah ke area kuil ini.
BalasHapusNamun karena tarif tiketnya lumayan, dan masih banyak agenda tempat lain yang akan dikunjungi, kami hanya singgah sejenak di area halamannya saja