![]() |
Photo: Wikimedia |
Saya dengan senang hati mengunjungi gubuknya Martin, yang sering disebut sebagai “die Hütte", di Todtnauberg, di pinggir Black Forest, di Jerman bagian Selatan. Dia menganggap pengasingan yang disediakan oleh hutan ini sebagai lingkungan terbaik untuk mendalami pemikiran filosofisnya, dan inilah tempat dia menulis bukunya yang paling terkenal ‘Being and Time” (Keberadaan dan Waktu).
Gubuk ini kecil saja, 6 meter kali tujuh, dengan
langit-langit
yang menggantung rendah mencakupi tiga ruangan: dapur, yang juga ruang tempat
tinggal, kamar tidur dan ruangan kerja. Tersebar dengan jarak yang lebar di sepanjang dasar
lembah yang sempit dan di lereng yang sama curamnya di seberangnya, terdapat
rumah-rumah petani dengan atap besar menggantung. Di tempat yang lebih tinggi
lereng padang rumput mengarah ke hutan dengan pohon cemara yang gelap, tua dan
menjulang… Ini adalah dunia kerjanya.
Aku berkata:
“Menurut Platon, kebenaran ditentukan oleh
bagaimana hal ini berhubungan dengan dunia dan apakah hal ini secara akurat
sesuai dengan dunia itu, keyakinan yang benar dan pernyataan yang benar sesuai
dengan fakta. Apa kebenaran menurut anda?”
“Bagi Platon, dan mereka yang mengikuti,
kebenaran berarti ketepatan faktual, korespondensi antara pengetahuan,
penilaian, dan objek. Pandangan kebenaran ini menyiratkan bahwa pengalaman
kebenaran terstruktur dalam kaitannya dengan hubungan antara subjek dan objek.
Ada perbedaan esensial antara memandang kebenaran ketepatan faktual, dan kebenaran
sebagai ke-takterselubungan, Aletheia. Kebenaran sebagai ketepatan faktual
telah mengabaikan pengalaman kebenaran sebagai celah yang membiarkan
ke-takterselubungan muncul. Dalam ke-takterselubungan, kebenaran tidak saja,
kebenaran tidak hanya terletak dalam penilaian, tetapi dalam mengadanya manusia
itu sendiri. Untuk mengambil hal-hal
nyata dari yang terselubung menjadi yang takterselubung, Aletheia, membutuhkan
'cahaya' tertentu. Cahaya ini adalah hal mengada (Dasein) itu sendiri, mengada
di dunia. Karena sikap terbuka Dasein, yang melibatkan keterlibatan dengan
dunia secara keseluruhan, ia mampu menyingkapkan keterselubungan, membuka
dunianya sendiri.”
![]() |
Photo: Wikimedia |
Martin, tersenyum:
“Selama kita hanya membayangkan sepasang sepatu secara umum, atau hanya melihat sepasang sepatu kosong yang tidak terpakai sebagai sepatu yang hanya tampil dalam lukisan, kita tidak akan pernah menemukan apa sebenarnya keberadaan dari perlengkapan itu sebenarnya. Dari lukisan Van Gogh kita bahkan tidak tahu di mana posisi sepatu ini. Tidak ada apa pun di sekitar sepatu petani ini atau di mana sepatu mungkin berada - hanya ruang yang tidak tertentu. Bahkan tidak ada gumpalan tanah dari ladang atau jalanan ladang yang menempel pada sepatu itu, yang setidaknya akan mengisyaratkan penggunaannya. Sepasang sepatu petani dan tidak lebih dari itu. Namun…
Dari bukaan gelap bagian dalam sepatu yang sudah usang, tapak pekerja yang kelelahkan itu menatap ke muka. Dalam kekakuan dan keusangan sepatu yang memberatkan itu, ada ketekunan yang terkumpul dari perjalanan petani wanita yang lamban melalui alur-alur ladang yang tersebar luas dan senantiasa seragam disapu angin kencang. Di kulit sepatu terdapat kelembapan dan kesuburan tanah. Di bawah sol sepatu meluncur kesepian alur-alur ladang di saat malam tiba. Dalam sepasang sepatu bergetar panggilan sunyi bumi, hadiah terselubungnya biji-biji gandum yang matang dan penolakan diri yang tak terjelaskan dalam kegetiran hampa ladang yang dingin.”
Aku berkata:
“Pandangan anda tentang lukisan sepatu tua
yang usang ini sangat menarik, hal ini menyingkapkan wujud sepatu dan dunia
petani wanita itu kepada kami. Lukisan itu memberi tahu kita apa sebenarnya
sepatu itu, dan itu tidak terlepas dari entitas-entitas di dunia, termasuk yang
menyingkapkan keterselubungan entitas itu dan juga diri sendiri, Dasein.
Menurut buku anda “Being and Time” hal ini adalah Dasein otentik, Being-in-the
world , Keberadaan di dunia, yang otentik, sebagai pemahaman Dasein tentang
kebenaran.
Martin:
“Ke-takterselubungan dapat terjadi secara
otentik, tanpa serangkaian sifat yang diwariskan. Entitas pada awalnya berwujud
tetapi tetap terselubung dalam hal yang paling otentik dirinya. Keotentikan
sebaliknya, terdiri dari pembelajaran Dasein untuk “mengungkap dunia dengan
caranya sendiri… menyingkapkan dunia adalah… selalu dicapai sebagai pembersihan
dari keterselubungan dan ketidakjelasan, sebagai pemutus penyamaran yang
dengannya Dasein menghadang jalannya sendiri.”
Saya berkata:
“Anda selanjutnya menjelaskan bahwa Dasein
otentik berarti menjadi dirinya sendiri, bukan orang lain, Dasein yang tidak
tunduk pada pernyataan massa, publik, yang anda sebut sebagai 'das Man', atau
'mereka'. Dasein otentik tidak memilih untuk mengikuti selera, minat, mode,
budaya pop yang dijadikan barang konsumsi. Dasein otentik dengan demikian menentang
Dasein publik yang tidak autentik, yang merupakan Dasein ketika tunduk pada
kendali ‘bukan-diri-sendiri’, publik, 'mereka', das Man. Dasein otentik memilih
kemungkinannya sendiri dan bertindak berdasarkan kemungkinan itu, menutup
kuping terhadap suara das Man dan dengannya pemahaman publik tentang dunia.”
Martin:
“Ya, Dasein adalah otentik dirinya sendiri hanya sejauh, sebagai Keberadaan yang peduli, Keberadaan yang mendampingi, Keberadaan bersama dan Keberadaan bersama yang prihatin, ia memproyeksikan dirinya pada potensi-untuk-Keberadaan-nya yang paling pribadi, dan bukannya terhadap kemungkinan das Man. Menjadi otentik membutuhkan proses penegasan diri dan pembebasan diri dari godaan pemahaman yang tidak otentik. Dalam keadaan normal, secara hidup sehari-hari di dunia, Dasein di bawah dominasi pemahaman yang tidak autentik. Dasein memiliki kecenderungan untuk tenggelam dalam kegundahan dan kemungkinan yang ditampilkan dunia sebagai berharga.
Das Man menghibur Dasein dengan menyembunyikan
kebenaran darinya, tindakan yang Dasein terlibat. Hasilnya, Dasein tersebut
dalam kesehariannya dibebaskan dari beban oleh das Man. Tidak hanya itu; dengan
membebaskannya dari beban Keberadaannya, das Man terus melibatkan Dasein dengan
jika Dasein memiliki kecenderungan untuk mudah menyerap segala sesuatu dan
membuatnya mudah. Dan karena das Man terus-menerus melibatkan Dasein tersebut
dengan membebaskan beban dari Keberadaannya, das Man mempertahankan dan
meningkatkan dominasinya yang merongrong.
Ketidak -otentikan adalah cara hidup yang ‘menenangkan’.
Aku berkata:
“Apa yang anda maksud dengan Ketidak-otentikan
sebagai cara hidup yang ‘menenangkan’?
Martin:
“Dalam menggunakan sarana transportasi umum dan menggunakan layanan informasi seperti koran, setiap Orang Lain adalah seperti yang berikut. . . . Kita menikmati dan menyenangkan diri kita sendiri sebagaimana Mereka, de Man, menikmatinya; kita membaca, melihat, dan menilai tentang sastra dan seni sebagaimana yang Mereka lihat dan nilai; dan juga kita menyusut kembali dari 'massa besar' saat mereka menyusut kembali; kami menemukan apa yang 'mengejutkan' ketika menurut Mereka mengejutkan.”
Saya berkata:
“Dalam 'The Question Concerning Technology'
anda memandang teknologi secara negatif. Teknologi, terlepas dari kontribusinya
bagi umat manusia di era modern ini, anda gambarkan sebagai ancaman utama bagi
Dasein yang otentik.”
Martin:
“Kehadiran teknologi mengancam pengungkapan,
mengancamnya dengan kemungkinan bahwa semua pengungkapan akan dikonsumsi secara
sistematis dan bahwa segala sesuatu akan memunculkan diri hanya dalam
ke-takterselubungan sumber daya yang tersedia. Aktivitas manusia tidak pernah
bisa langsung melawan bahaya ini. Prestasi manusia sendiri tidak akan pernah
bisa menghapuskannya. Tetapi refleksi manusia dapat merenungkan fakta bahwa
semua kekuatan penyelamat harus memiliki esensi yang lebih tinggi daripada yang
terancam punah, meskipun pada saat yang sama menyerupainya.”
Saya berkata:
“Dalam hal apa teknologi berbahaya bagi
keberadaan manusia?”
Martin:
“Zaman modern kita saat ini adalah zaman teknologi yang memanifestasikan cara tertentu dalam memahami dan menafsirkan dunia, permesinan, seperti halnya das Man memanifestasikan pemahaman publik tentang dunia.
Permesinan, sebagai mode pemahaman teknologi, adalah suatu "goyangan keberadaan”. Permesinan memperluas goyangannya sebagai kekuatan yang mengancam. Dengan memperoleh kekuasaan, kekuatan yang mengancam ini berkembang sebagai kemampuan penaklukan yang segera dapat meledak dan selalu dapat berubah kemampuan untuk menaklukkan. ... Sejauh di zaman permesinan yang diberdayakan dengan kekuatan mengancam yang tak terbatas, manusia juga mencengkeram dirinya sebagai hewan makhluk hidup, satu-satunya hal yang tersisa bagi manusia itu sendiri. . . adalah penampakan pernyataan diri di hadapan makhluk-makhluk.
Tetapi 'zaman teknologi' jauh lebih dari sekadar kendali atau perbudakan manusia oleh teknologi. Pemahaman yang dominan tentang realitas di zaman teknologi sebagian besar dicakup oleh istilah 'keterberhitungan,' yang berarti bahwa segala sesuatu yang nyata dipahami dalam istilah satuan tertentu, dapat dihitung, dapat diatur, dari apa yang dapat diproduksi atau digunakan untuk produksi.
Permesinan memelihara lebih dahulu perhitungan yang sepenuhnya dapat diawasi demi menaklukkan memberdayakan makhluk menuju aturan yang dapat dijelajahi. Permesinan memelihara lebih dulu pemahaman tertentu tentang makhluk-makhluk sehingga mereka dapat dijelajahi karena dapat dihitung. Penjelajahan ke makhluk-makhluk ditentukan oleh perhitungan; untuk memahami arti makhluk-makhluk , seseorang harus dapat memahaminya dengan cara yang dapat dihitung. Realitas diatur, dipesan, sesuatu dihitung dan digabungkan dari bagian-bagian.
Saya berkata:
“Dengan berbicara begitu, seandainya ada yang
bisa dilakukan, apakah yang bisa dilakukan seseorang?
Martin:
“Di mana pun manusia membuka mata dan
telinganya, membuka hatinya, dan menyerahkan dirinya untuk merenung dan
berjuang, membentuk dan bekerja, memohon dan berterima kasih, dia menemukan
dirinya di mana-mana sudah dibawa ke dalam yang takterselubung.
Saya berkata:
“Dalam ‘The Origin of the Work of Art’ anda mengatakan bahwa hakikat seni adalah puisi dan hakikat puisi, sebagai gantinya, adalah pendirian kebenaran. Sebuah karya seni memiliki kemampuan untuk mendirikan dunia. Dunia adalah keterbukaan yang membuka diri dari jalan-jalan lebar keputusan sederhana dan penting dalam takdir manusia bersejarah. Seni menciptakan makna dengan membiarkan kebenaran muncul, yang dengannya Keberadaan menjadi dapat dipahami. Makna sebuah karya seni tidak dapat dipisahkan dari percakapan yang digagas dan dikehendaki senimannya.
Bisakah Anda menjelaskan hal ini. ”
Martin:
“Puisi, sebagai penampakan yang mencerahkan,
yang terungkap dari keterselubungan dan menunju ke depan ke dalam gambaran
sosok itu, adalah keterbukaan yang dijadikan oleh puisi, dan memang sedemikian
rupa sehingga hanya sekarang, di tengah-tengah makhluk-makhluk, keterbukaan
membawa makhluk-makhluk menuju terang dan nyaring.
Kilau alam lebih mengungkapkan,
Dimana dengan banyak kegembiraan hari akan
berakhir,
Ini adalah tahun yang melengkapi dirinya
dengan kemegahan,
Dimana buah datang bersama dengan pancaran
sinar.
Dengan demikian, bola bumi dihiasi, dan jarang
terjadi keributan
Suara lewat ladang terbuka, matahari menghangat
Pada hari musim gugur yang lembut, ladang terbentang
Sebagai pemandangan yang sangat luas, angin
sepoi-sepoi bertiup
Melalui dahan dan cabang, bergemerisik dengan senang
hati,
Ketika sudah menuju kekosongan yang ladang-ladang
memberi jalan.
Makna utuh dari gambaran yang cerah ini tetap
hidup
Sebagai gambaran, kemegahan keemasan melayang
di mana-mana
Puisi Hölderlin ini mampu menyadarkan kita
yang 'mencengangkan' dan ke keajaiban yang 'luar biasa' dalam 'yang biasa'. Kita
memikirkan gambaran dataran yang megah. Namun dataran belum menjadi alam itu
sendiri, 'ada' (sein) bukanlah 'Keberadaan' (Dasein) itu sendiri. Alam
memungkinkan memancarkan semua yang dimiliki daratan. Dalam tampilan daratan,
yang dianugerahkan oleh alam, kilauan alam lebih mengungkapkan, katakanlah,
esensi ilahi. “
TAMAT:
Ini adalah wawancara
imajiner mengenang Martin Heidegger.
Sumber-sumber:
Derek R. O’Connell-
Heidegger’s Authenticity
https://core.ac.uk/download/pdf/158301888.pdf
MJ Geertsema -
Heidegger’s onto-poetology: the poetic projection of Being
https://www.e-publicacoes.uerj.br
› download
https://en.wikipedia.org/wiki/Martin_Heidegger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar