![]() |
Photo: Wikimedia |
Aku
berkata:
Bonjour
Monsiuer, terimakasih untuk meluangkan waktu di tengah kesibukan anda. Saya
punya banyak pertanyaan, mudah-mudahan kita bisa mendiskusikannya semua dan
menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Victor:
“Katakanlah,
mon amie…”
Aku
berkata:
“Monsiuer,
judul asli dari novel anda yang terkenal “The Hunchback of Notre-Dame”
sebenarnya adalah “The Notre-Dame of Paris” (Notre-Dame di Paris). Dengan judul
asli ini apakah anda ingin menekankan kesejarahan Notre-Dame ataukah drama
kemanusiaan yang dipanggungkan di Notre-Dame?”
Victor:
“Seperti
yang diceritakan di Buku 3 bab 1 katedral Notre-Dame telah menua disebakan oleh
banyaknya degradasi dan pengrusakan yang disebakan baik oleh waktu maupun oleh
tindakan manusia. Waktu telah menyayat permukaannya di sana sini, dan
menggerogoti dimana-mana; revolusi politik dan agama telah mengoyak jubahnya
yang indah, ukir-ukiran dan patung-patungnya,
memecahkan jendela mawarnya, merusakkan kalung arabesques dan hiasan-hiasan
mungilnya, menggulingkan patung-patungnya.
Lalu
usaha restorasi membuatnya bahkan lebih norak dan dungu. Restorasi itu telah menerapkan,
atas nama selera tinggi, pada luka-luka bagunan arsitektur gothic ini, kenorakan
yang menyedihkan, pita-pita dari marmer, bola wool dari metal, ornamen
berbentuk telur yang diliputi kusta sebenarnya, aksara-aksara asing, lingkaran
spiral, gorden-gorden, karangan bunga, bingkai-bingkai, api batu, awan tembaga,
malaikat cupid yang tembam, malaikat bocah berpipi gemuk.
Namun
Notre-Dame adalah juga rumah bagi Quasimodo, si Bongkok buruk rupa dengan hati
emas, juga rumah bagi Claude Frollo, pastor yang alim yang berubah menjadi
setan, yang mengadopsi Quasimodo yang ditelantarkan orangtuanya selagi kecil di
sebuah tempat tidur di Notre-Dame. Dan Esmeralda mengambil perlindungan
Notre-Dame untuk beberapa saat bersembunyi dari kejaran tentara kerajaan.
Notre-dame adalah juga panggung dimana Esmeralda, Frollo dan Jehan jatuh mati
dengan tragis.”
Aku
berkata:
“Penderitaan
Quasimodo, si Bongkok dalam novel ini, sangat keterlaluan diluar kemanusiaan.
Sebagai anak kecil dia ditelantarkan karena buruk rupanya, badannya bengkok,
Cuma punya satu mata, kepalanya terletak langsung di punggungnya, tulang
belakangnya melengkung, tulang dadanya menonjol, dan kakinya bengkok.
Para ibu
yang melihat anak ini di tempat tidur Notre-Dame begitu terperanjat sehingga
salah seorang bertanya: “Apakah ini, mbak?”, dan ibu yang lain berkata: “
apakah yang yang akan terjadi terhadap kita, kalau demikianlah anak-anak dibuat
sekarang?” dan yang seorang lagi: “pastilah
berdosa untuk melihat anak ini.”
Victor:
“ Dia
kemudian kehilangan pendengarannya sebagai pembunyi lonceng Notre-Dame,
lonceng-lonceng itu telah merusakkan gendang telinganya, dia menjadi tuli.
Namun
penderitaannya tidak sebanding dengan penderitaan Stephen Hawking. Dia
didiagnosa dengan penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS), suatu bentuk
penyakit syaraf penggerak, ketika berumur 22 tahun dan tidak diharapkan untuk
bertahan hidup beberapa tahun lagi. Penyakit ini menyebabkan kelemahan dari
syaraf penggerak atas atau bawah, atau keduanya. Dia tidak bisa jalan, bergerak
dan harus duduk di kursi roda, juga tidak bisa menulis dan berbicara. Dia lalu
mulai menggunakan menu yang dikontrol oleh sistem komputer untuk berkomunikasi.
Aku
berkata:
“Namun
orang-orang menghormati dan menyayangi Stephen Hawking karena kecerdasannya, dimana
hidupnya digunakan untuk memecahkan misteri alam semesta melalui fisika. Saya
bisa membayangkan betapa menjengkelkannya buat dia untuk mempunyai penyakit
yang menghambat pergerakannya dalam pencariannya akan “teori untuk semua hal.”
Dalam
hal Quasimodo berbeda, orang-orang mengolok-oloknya selalu, dia bahkan
dimahkotai Paus Orang-Orang Dungu waktu Festival Orang-Orang Dungu.”
Victor:
“Yang
paling sulit baginya adalah kesadaran akan buruk rupanya di depan Esmeralda, dipandang
oleh wanita yang dia sayangi dan cintai amat sangat… Di Buku 9 Bab 2 dia
berkata kepada Esmeralda: “Aku menakutkan kamu. Aku sangat buruk, bukankah
begitu? Janganlah memandang aku; dengarkan aku sajalah.”
Aku
berkata:
“Ya, itu
kejadian yang sangat menyayat hati, untuk merasa tidak nyaman di depan wanita
yang dia sangat cintai hingga dia menyabung nyawa untuk menyelamatkan wanita ini
dari hukuman mati, dan menggotongnya ke tempat suaka Notre-Dame sebagai
pelarian.”
Victor:
“Lebih
dari itu, di Buku 9 Bab 4 diceritakan: “Suatu saat Quasimodo datang pada saat
Esmeralda sedang membelai Djali, kambing kesayangannya. Dia berdiri tak
bergerak untuk beberapa menit di depan persektuan anggun dari kambing dan
wanita gypsy ini; lalu akhirnya ia berkata, menggelengkan kepalanya yang besar
dan salah bentuk, --“Nasib tak beruntung aku bahwa aku masih tampak teralu
banyak seperti manusia. Aku akan sangat suka untuk menjadi hewan seperti
kambing itu.” Wanita itu memandangnya
dengan penuh keheranan.”
Mendengar
itu, aku terdiam sejenak… dan kemudian seakan ingin menghibur Quasimodo akan
nasibnya yang tak beruntung aku berkata:
“Saya
tak dapat melupakan kejadian di Buku 8 Bab 6, ketika Quasimodo menyelamatkan
Esmeralda dari hukuman mati, yang dengan sergap menuju ke ke dua orang algojo
seperti seekor kucing yang jatuh dari atap, menonjok mereka dengan tinjunya
yang besar, menggotong Esmeralda dengan satu tangan, seperti seorang anak
memegang bonekanya, dan berlari balik ke dalam Notre-Dame dengan satu tujuan,
menggotong gadis muda di atas kepalanya dan berseru dengan suara lantang,
----“Suaka!”
Dan lalu
,”Suaka! Suaka!” para penonton bersorak-sorak; dan tepuk tangan beribu tangan
membuat mata tunggal Quasimodo bersinar dengan kegembiraan dan kebanggaan.”
Victor:
“Ya di
masa abad pertengahan hukum menyatakan bahwa Notre-Dame adalah tempat kebal
hukum. Esmeralda tidak bisa dilukai oleh para algojo asalkan ia tetap tinggal
di dalam dinding-dinding Notre-Dame.”
Aku
berkata:
“Namun
Notre-Dame adalah juga rumah dan tempat suaka bagi Claude Frollo pastor alim
yang berubah setan. Orang ini pada mulanya adalah bagaikan malaikat yang
mengadopsi Quasimodo walaupun cacat, buruk rupa, demi kasihnya bagi Jehan adik
kecilnya sedarah.”
Victor:
“Dan
Buku 4 bercerita: “Belas-kasih Claude bertambah dengan pandangan butuk rupa
ini; dan ia bersumpah dalam hatinya untuk memelihara anak ini demi kasihnya
akan adiknya, agar, apa saja kesalahan Jehan di masa depan, ia akan memiliki di
sampingnya amal kasih ini yang dilakukan demi dia.
Ketika
masih kecil, Quasimodo sering mencari pengungsian di antara kaki Claude Frollo,
ketika anjing dan anak-anak menggonggong kepadanya. Claude Frollo juga
mengajarnya berbicara, membaca dan menulis. Kita bisa berkata kemudian, karena
rasa terimakasihnya Quasimodo mengasihi pastor ini melebihi seekor anjing,
seekor kuda, seekor gajah menyayangi tuannya.”
Aku
berkata:
“Lalu
bagaimana jadinya pastor yang penuh kasih ini, malaikat ini, berubah menjadi setan tukang sihir?”
Victor:
“dari dalam
biara, reputasinya sebagai orang terpelajar terdengar oleh orang-orang. Dia
belajar obat-obatan, astrologi dan ilmu kepercayaan. Obsesi terbarunya adalah
ilmu kimia karena ia ingin membuat emas dari batu. Di masa abad pertengahan
kita bisa bilang bagaimanapun, bahwa ilmu pengetahuan dari Mesir, tentang
kerasukan dan sihir, bahkan yang paling putih, telah dianggap sebagai tindakan
sihir.”
Aku
berkata:
“Namun
malaikat ini berubah menjadi setan sebenarnya, setelah dia jatuh cinta
sedalamnya dengan Esmeralda, atau lebih tepatnya setelah dia terperangkap nafsu
akan Esemeralda.”
Victor:
“Di
dalam hatinya Claude Frollo percaya bahwa kejadian yang akan menimpa Esmeralda
adalah takdir, di Buku 7 bab 5 diceritakan bagaimana Claude Frollo berkata
dengan suara yang seperti datang dari kedalaman keberadaannya: “Lihatlah ini
sebuah simbol bagi semuanya. Wanita itu terbang, ia gembira, ia baru
dilahirkan; ia mencari mata air, udara terbuka, kebebasan: oh ya! namun biarkan
ia bersentuhan dengan jaringan berbahaya, dan laba-laba yang timbul dari sana,
laba-laba yang bersembunyi! Penari yang malang! malang, nasib lalat yang telah
ditakdirkan! Biarkan hal-hal demikian terjadi, tuan Jacques, itu adalah takdir!
Aduh! Claude engkaulah laba-laba itu.”
Aku
berkata:
“Saya
bisa melihat bahwa di babak ini Claude Frollo berbicara tentang bagaimana lalat
itu mencari udara terbuka, sinar di hari yang terang, tapi tidak melihat kaca
jendela yang menghadang ke dunia luar. Lalat itu tidak memiliki indera untuk
menyadari jebakan sarang laba-laba di muka jendela dan ia terbang langsung
dengan kepala di muka ke jaringan laba-laba.”
Victor:
“Kemudian
ia berkata: “ Dan kalaupun engkau dapat meloloskan diri dari jaringan laba-laba
yang ketat itu, dengan sayap mungilmu, engkau percaya akan bisa mencapai cahaya
di luar? Aduh! kaca itu ada di depan, hadangan yang tak kelihatan, dinding
kristal itu, lebih keras dari tembaga, yang memisahkan semua filsafat dari
kebenaran, bagaimana engkau akan melampauinya? Oh, kesombongan ilmu! berapa banyaknya
orang cerdik pandai terbang dari jauh, untuk menabrakan kepalanya kepadamu!
Berapa banyak sistem sia-sia melemparkan diri mereka berdengung terhadap panel
kekal itu.”
Aku
berkata:
“Demikian
pula kejadian yang menimpa Esmeralda, dia selamat dari hukuman mati karena
Quasimodo melepaskan dan menyelamatkannya, membawanya ke suaka di Notre-Dame. Juga
ketika para gelandangan menyerbu Notre-Dame, ia diselamatkan oleh Pierre
Gringoire. “suaminya di atas kertas”, namun ia ternyata ia dijebak dan
tertangkap lagi oleh Frollo.
Suster
Gudule, ibunya yang sebenarnya, berusaha membebaskan Esmeralda dari jebakan
Frollo, namun usaha ini gagal ketika Esmeralda tiba-tiba mengetahui bahwa
Phoebus, lelaki yang ia cintai, berada di dalam pasukan yang mencarinya,
shingga Esmeralda berteriak memanggil namanya agar menyelamatkan dia. Kejadian
ini membuat pasukan kerajaan mengetahui persembunyian Esmeralda dan
menangkapnya. Dengan demikian nasibnya telah ditentukan.”
Victor:
“Seperti
bagaiman Dante menggambarkan Beatrice sebagai “Si Cantik dalam jubah putih”,
demikian pula si cantik Esmeralda mati, dalam jubah putih. Esmeralda mati
karena tindakannya sendiri karena cinta, walaupun bertepuk sebelah tangan, sebenarnya
hanyalah cinta naksir. Mereka hanya bertemu beberapa kali, seperti halnya Dante
dengan Beatrice, hanya beberapa kali. Tapi Phoebus tidak mencintai Esmeralda,
ia hanya ingin tidur dengannya. Dia tidak mendengar Esmeralda memanggil namanya
minta tolong dari tempat persembunyiannya, kejadian ini menyebabkan Esmeralda
tertangkap menuju kematiannnya, dalam jubah putih.”
Aku
berkata:
“ Anda
tahu, Stephen Hawking yang menghabiskan hidupnya mengejar “teori untuk semua
hal”, suatu saat ketika ditanya hal apakah yang paling banyak dipikikannya sehari-hari,
dia berkata: “Wanita. Mereka adalah sebuah misteri yang utuh.”
Ini
adalah wawancara imajiner mengenang Victor Hugo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar