Di lakon kedua, pasukan Mesir di bawah pimpinan Radames, berbaris dengan kejayaan menuju gapura agung kota Thebes, pulang setelah mengalahkan orang-orang Etiopia. Pemain musik meniup terompet-terompet panjang mendahului pasukan Mesir menuju kota. Diikuti oleh para penari, melambaikan daun palem dan umbul-umbul, dan kelompok wanita Mesir berpadu menyanyikan :
“Menarilah, para
putra Mesir, berkitarlah,
Dan nyanyikan pujian kudus kalian,
Seakan putaran matahari di jalurnya
Menarilah bintang-bintang cemerlang malam hari.”
Makin banyak pasukan masuk, menyertakan para budak yang
memikul persembahan bagi para dewa, lalu Radames muncul di atas kereta kencana
keemasan. Pada puncak perayaan, dia
bertemu dengan Firaun, yang turun dari singgasananya untuk merangkulnya.
Aida adalah salah satu opera ciptaan Verdi yang paling
masyur dan digemari. Opera ini mencakup
semua ciri khas Verdi – drama manusia; dilemma-dilema; musik yang sublim namun efektif;
dan tentu saja lakon akhir yang dramatis. Opera ini berdasarkan kisah cinta
yang terjadi di masa Firaun Mesir yang ditemukan di kertas papyrus dan ditulis
kembali oleh Egiptologis berkebangsaan Perancis Augusto Mariette.
Aida, sebuah nama perempuan Arab yang berarti “pengunjung”
atau “kembali”, mempertunjukkan bagaimana cinta dapat menjadi terlarang ketika
ia dihapadi benturan dilema antara cintanya kepada pemimpin Mesir atau cintanya
akan ayahnya dan tanah-airnya, Etiopia. Melalui penggambaran pergolakan dilema
yang ganas antara cinta dan kewajiban
ini, Verdi menjelajahi aspek berbeda dalam sebuah karya di mana perjalanan
hidup perorangan ditakdirkan. Dengan mempelajari sejarah Mesir, musik dan
geografi-nya, Verdi menggubah berbagai melodi Mesir secara harmonis. Sang komponis mengembangkan telinga yang tajam luar biasa akan efek-efek
orkestra dan suasana teaterikal.
Opera ini berkisar tentang tokoh utama, Aida, seorang puteri
raja Etiopia yang tertangkap dan dijadikan budak di mesir ketika terjadi
perperangan antara kedua negara itu. Namun Aida dan pemimpin militer Mesir
Radames keduanya berjumpa dan saling
jatuh cinta.
Radames, juga ditaksir oleh Amneris, puteri raja Mesir.
Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, dan Amneris bahkan curiga bahwa memang
begitulah keadaannya. Dia lalu mencurigai Aida, dia menjebak puteri raja Etopia
itu untuk mempertunjukkan isi hatinya setelah Amneris mengatakan kabar palsu
bahwa Radames telah mati dalam pertempuran.
Setelah Radames berhasil kembali dari perperangan sebagai
pahlawan, sang raja berkata bahwa Radames bisa mendapatkan apa saja yang dia
minta. Namun, permintaanya untuk
membebaskan Aida dan ayahnya, raja Etiopia Amonasro, yang menjadi tawanan
perang, tidak dikabulkan. Alih-alih,
sang raja Mesir mengumumkan bahwa Radames akan menikahi puterinya Amneris dan
Radames akan mewairisi tahta kerajaan.
Lalu Aida dan Radames berencana untuk melarikan diri bersama
supaya mereka bisa kawin dengan bahagia tanpa tekanan dari kedua negara mereka,
namun mereka tertangkap bersama. Sejak terpisah, Radames mengira Aida sudah
lari menggalkan negeri itu, sementara ia dipenjara sebagai pengkhianat
negerinya.
Setelah melaporkan rencana Radames yang ingin melarikan diri
dengan Aida, Amneris sekarang merasa menyesal akan perbuatannya yang
menyebabkan Radames dipenjara. Namun penyesalan ini tercampur kebenciannya
terhadap Aida dan akan kenyataan bahwa Radames rela berkorban segalanya demi
Aida. Amneris memanggil Radames untuk menghadap dan berkata bahwa jika ia
bersedia menyangkal Aida, dia akan menyelamatkannya dari pengadilan para
pendeta dan ancaman hukuman mati. Radames berkata bahwa sukmanya cerah dan ia
tidak akan menyangkal cintanya kepada Aida. Ini membuat Amneris murka dan
berkata bahwa tidak ada orang lain yang dapat menyelamatkannya selain dia.
Tetaplah, Radames menolak untuk tunduk kepada permintaanya dan bersedia
menghadapi kematiannya.
Lakon akhir opera ini
melikupi keaslian yang luar biasa. Radames berada di dalam gua pemakaman
di mana ia akan dikubur hidup-hidup. Ketika dia berpikir bahwa dia tidak akan
melihat Aida lagi, Aida tiba-tiba muncul. Mengetahui bahwa Radames akan dihukum
mati di sini, Aida bersembunyi di gua makam itu dan menunggunya agar mereka bisa mati bersama-sama.
Radames sangat terperanjat pada mulanya namun kemudian bersama-sama keduanya
mengucapkan selamat tinggal kepada dunia fana.
Ketika keduanya mengucapkan selamat tinggal kepada dunia
fana, musiknya mengalun bak nirwana namun juga dengan penuh kejayaan,
menyarankan bahwa keduanya akan bertemu lagi di nirwana. Musik nya kemudian
menjadi trio di saat-saat akhir ketika Amneris bergabung dengan doa-doanya. Lagu
Amneris memiliki nuansa damai saat ia berdoa bagi Radames, ia memohonkan “pace”
(damai) baginya, dan mengulang-ulangi kata itu ketika opera ini berakhir dengan
gumaman, “pace”….
TAMAT
hi artikelnya sangat menarik...
BalasHapusMakasih ya... jarang2 jaman sekarang ada yang suka opera..:)
BalasHapus