Sepanjang
jalanan di Bangkok, kita bisa melihat bahwa kota ini adalah surge konsumerisme.
Papan-papan iklan ada dimana-mana, besar dan terang benderang, mengiklankan
bisnis-bisnis dari Samsung hingga Toyota. Bahkan bangunan-bangunan tinggi
ditempeli dengan papan-papan iklan raksasa. Dalam satu hal iklan-iklan itu
tampak mengagumkan.
Juga di
stasiun kereta metro, anda tak bisa menjadi bosan menunggu kereta layang karena
ada banyak layar-layar iklan warna warni dengan wajah cantik para artis
menawarkan kosmetik, jus buah, dan, tentu saja, berbagai pakaian. Kelihatannya
para ‘influencers’ ini seperti mengikuti kita kemana saja seperti para pedagang
asongan di jalanan menawarkan barang dagangan mereka, dan mengejar anda kala
anda tidak memberi perhatian kepada mereka, mulai ketika anda menunggu kereta
hingga anda sampai ke tujuan. Dan, iya, bahkan di dalam kereta ada banyak layar
televise menampilkan iklan-iklan. Para artis di situ merupakan penjaja dagangan
virtual, dengan senyum lebar dan gigi putih, menari dan melompat-lompat dengan
dinamis yang mengikuti anda kemana saja, kontras dengan para pedagang asongan
jalanan dengan pakaian kusut, muka terbakar matahari, yang menawarkan barang
dengan wajah iba seakan mengemis.
Ketika
kereta layang tiba di stasiun persimpangan Siam, baiklah kita lupakan para
pedagang asongan itu, karena kita tiba di shopping mall Siam Paragon, suri
teladan (paragon) segala shopping mall. Menempati salah satu lokasi
persimpangan yang paling sibuk di kota ini, shopping mall ini mengambil
keuntungan akan lokasinya yang unggul dengan menjadi jalur penting bagi
distrik-distrik di sekitarnya. Menurut Arcadis, perusahaan yang merancang
bangunan ini, disainnya mencerminkan tingkat kemewahan yang dibayangkan team
Arcadis dengan sebuah atrium kaca yang dramatis yang berfungsi sebagai gerbang
utama ke mall ini. Mungkin prestasi terbesar arsiteknya – dan tantangannya –
adalah bagaimana mereka mengolah segi-segi sirkulasi dan tata letak shopping
mall ini.
Di dalam,
tempat ini merupakan taman-impian bagi butik-butik kelas atas yang berjejer di
lobby, mulai dari Louis Vuitton, Hermes, Chanel, diikuti oleh Fendi, Bottega
Venetta. Jendela-jendela toko didekorasi menarik dengan fashion- fashion
mutakhir dari butik tersebut, pakaian-pakaian, tas-tas, sepatu-sepatu dll. Yang
dijajakan sesuai musim, saat itu temanya adalah ‘Tahun Baru Anjing’. Jadi,
anjing-anjing hiasan dipajang bermain dengan tas, sepatu, dompet di dalam kaca
jendela toko itu. Kita bisa bilang bahwa jendela-jendela toko di situ tampak
dibuat cukup kreatif dengan sendirinya, jendela-jendela itu menghasut selera
konsumtif kita. Kita bisa lihat beberapa turis dari Tiongkok mengantri dengan
taatnya di muka pintu Louis Vuitton.
Mewah adalah
istilah meremehkan bagi shopping mall ini, karena mall ini tidak hanya diisi
oleh butik-butik kelas atas, tapi juga diisi oleh showroom bagi mobil-mobil
yang sangat mahal dan ekslusif, Rolls Royce, Aston Martin, Bentley, Lamborghini,
Maserati, Ducati dan Porsche. Mobil-mobil itu tampak sangat sempurna, namun di
dalam showroom kaca tampak seperti mobil mainan berskala besar dalam kotak
kaca. Dan para pramuniaga nampak bosan sendiri karena tidak orang yang masuk ke
dalam showroom itu.
Tapi itu
belum semua….., ada Ocean Aquarium di basement, multiplex cinemas dengan 15
layar besar, Thai Art Gallery, KidZania untuk anak-anak belajar dan bermain,
toko buku Jepang Kinokuniya, Paragon department store, sebuah super market dan tidak lupa
menyebutkan restoran-restoran kelas atas. Bahkan ada sebuah Opera Theatre di
lantai 5!
Ketika
menuruni escalator saya bisa mendengar di latar belakang lagu dari REM ‘Shiny
Happy People’:
‘Whoa, here
we go…
Everyone
around, love them, love them.
Put it in
your hands, take it, take it.
There's no
time to cry, happy, happy…’
‘Ayo, inilah
dia….
Semua orang
disekitar kita, cintailah mereka, cintailah mereka.
Taruhlah di
dalam tanganmu, ambillah, ambillah.
Tak ada
waktu untuk menangis, berbahagia, berbahagia….’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar