Ketika Raja Rama I memerintahkan pemindahan
ibukota ke distrik Phra Nakhon di tahun 1782, dia mendirikan Grand Palace
sebagai pusat kerajaan yang baru. Dia mengambil inspirasi dari istana di
Ayutthaya, ibukota Siam yang lama, yang dihancurkan tentara Burma di tahun
1767. Istana Grand Palace diletakkan
dengan strategis di tepi sungai Chao Phraya untuk meniru istana di Ayutthaya.
Tata ruang Grand Palace, yang merangkum area seluas 213,677 m2, juga meniru
istana lama di Ayutthaya dengan lapangan-lapangan, tembok-tembok, gerbang dan
benteng yang terpisah. Berbagai zona di kompleks istana ini mencakupi the Outer
Court, the Central Court, dan the Inner Court dan juga Kuil Emerald Buddha.
Untuk mendapatkan material yang diperlukan untuk membangun Grand palace, Raja
Rama I memerintahkan rakyatnya untuk pergi ke Ayutthaya yang sudah hancur,
untuk mencabut dan memngambil batu bata dan batuan-batuan lainnya yang dengan
susah payah dikirim dengan kapal kearah hulu sungai untuk membangun istana yang
baru itu.
Bagian dari kompleks Grand Palace, kuil Wat
Phra Kaeo (Kuil Emerald Buddha) adalah kuil yang paling sakral di Thailand dan
rumah bagi Emerald Buddha. Chaophraya Chakri, yang kemudian menjadi Raja Rama
I, mengambil Emerald Buddha dari Vientiane ketika ia menaklukkan kota ini di tahun 1778.
Dia membangun kuil dan mengabadikan Emerald Buddha di situ sebagai simbol
kembalinya kebangsaan Siam.
Kisah sejarah dan mitos patung ini menciptakan
kepercayaan yang penting mengenai Emerald Buddha. Dipercayai bahwa patung ini
melindungi sebuah kerajaan, kota mereka atau ibukota. Jika seorang raja turun
tahta dengan paksa atau dikalahkan di suatu peperangan, Emerald Buddha akan
dirampas dan diletakkan di ibu kota pemenang peperangan. Patung ini dianggap
memiliki kekuatan spiritual dan dijadikan ikon yang sangat penting bagi rakyat
Thailand.
Tapi saya tercengang melihat Emerald Buddha
yang legendaris ini tampak begitu kecil, tingginya 66 cm, yang bertengger di
ketinggian pada sebuah panggung setinggi 9 meter yang hampir mencapai
langit-langit kuil itu. Emerald Buddha, yang diukir dari sebuah batu tunggal
jade berwarna hijau keabu-abuan, ditinggikan dari kepala pengunjung sebagai
tanda penghormatan. Anda juga musti duduk dengan kaki yang mengarah ke belakang
sebagai tanda penghormatan.
Bagi saya yang paling mengesankan dari Kuil
Emerald Buddha adalah tembok-tembok luarnya yang penuh dekorasi. Tembok-tembok
itu dihiasi
dengan lukisan-lukisan dinding dalam pemerintahan Raja Rama I yang menampilkan
adegan-adegan dari Ramakien, yang merupakan versi Thailand untuk epic Hindu,
Ramayana. Di dalam Ramakien, nama-nama, kebudayaan, alat-alat perang dan bahkan
topografinya dihubungkan dengan kerajaan Thailand. Rama yang merupakan
inkarnasi dari dewa Hindu Wisnu, di dalam Ramakien dia adalah inkarnasi dari
Buddha. Kerajaannya Ayodhya di dalam epic Ramayana digantikan dengan Ayutthaya,
ibu kota purba dari Thailand.
TAMAT
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar