Banyak candi-candi dan monumen terkenal di Bangkok terletak di tepi sungai Chao Phraya yang mengalir melalui kota ini dan jalan terbaik untuk mengunjungi tempat-tempat ini adalah dengan kapal atau sampan bermotor. Kapal-kapal ini menawarkan alternatif yang menyegarkan terhadap lalulintas Bangkok yang terkenal kemacetannya.
Wat Arun, atau Temple of
Dawn (Candi Matahari Terbit), adalah sebuah candi Buddhis (wat) yang paling
terkenal di sepanjang tepi sungai Chao Phraya. Semula saya mengacaukan nama
Temple of Dawn dengan ‘Temple of
Doom’ filemnya Indiana Jones. Sebenarnya candi ini dinamai
Temple of Dawn karena cahaya matahari yang muncul pertama kali di pagi hari
akan mencerminkan candi itu di permukaan sungai Chao Phraya yang memberikan panorama
yang indah seperti di filem. Juga,
nama Temple of Dawn diambil dari nama dewa Hindu Aruna,
penggiring Surya, matahari. ‘Arun’ dalam Bahasa Sansekerta berarti sinar dari
matahari terbit, jadi Arun sering kali dipersonafikasi sebagai sinar matahari
terbit dan menjadi simbol dari Fajar.
Ketika perperangan dengan
tentara Burma
dan Tiongkok di tahun 1760-an Kerajaan Ayutthaya hancur berantakan. Salah satu
jenderal Siam yang berperang, Phya
Taksin, memandang reruntuhan candi Wat Makok di saat
matahari terbit dari sungai Chao Phraya dan bersumpah akan membangun kembali
candi itu setelah perang berakhir.
Jenderal Phya Taksin memimpin
pembebasan Siam dari pendudukan Burma di tahun 1767, dan kemudian menyatukan
Siam ketika ia jatuh ke tangan beberapa komandan perang. Sebagai raja Siam, dia lalu menetapkan
kota Thonburi sebagai ibu kota baru di dekat candi Wat Makok, karena kota
Ayutthaya sudah hancur lebur dirusak oleh penyerbu. Dia membangun kembali Wat
Makok dan menamakannya Wat Jaeng, Temple of Dawn. Candi ini sangat dihormati,
dan untuk suatu saat menyimpan relik Buddhis yang paling agung, Emerald Buddha.
Phya
Taksin kemudian ditumbangkan dan dibunuh di dalam sebuah
pemberontakan oleh seorang sahabat lama Maha Ksatriyaseuk yang kemudian
dinobatkan sebagai Raja Pama I, pendiri kerajaan Rattanakosin dan dinasti
Chakri, yang sejak saat itu berkuasa di Thailand.
Rama II memperbaiki candi
Wat Jaeng yang telah ditinggalkan sejak Phya Taksin ditumbangkan. Dia menjalankan sebuah
proyek pembangunan yang ambisius yang meninggikan pagoda utama dan merancang
kembali penampilan candi itu. Dia juga
menamakannya Wat Arun, mempertahankan tema Fajar tapi menghubungkannya dengan
India, asal muasal Buddisme. Pembangunan yang dimulai oleh Rama II diselesaikan
oleh Rama III di sekitar tahun 1857. Ini adalah candi yang kita lihat saat ini,
menjulang ke atas langit Bangkok sebagai salah satu bangunan yang paling ikonik
di Thailand.
Mempertahankan gaya
arsitektur Thai saat itu, Wat Arun penuh dengan ornamen. Pagoda yang besar di
tengah, disebut Prang, sebuah pagoda berbentuk stupa, diilhami oleh tradisi arsitektur Khmer. Prang utama itu tingginya
sekitar 80 meter, diliputi dengan kulit kerang laut dan porselen berwarna. Prang ini dianggap
sebagai Prang yang paling tinggi di Thailand dan dikelilingi oleh empat Prang
kecil. Setiap sudut candi ini memiliki patung-patung dewa pelindung di ke empat
arah mata-angin. Pengelompokan ke lima Prang ini mewakili Gunung Meru, gunung
utama di dalam kosmologi Buddhis, berdasarkan
kosmologi Hindu sebagai tempat tinggal para dewa dan pusat dunia fisik dan
spiritual.
TAMAT
Sumber:
Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar