Photo: Wikimedia |
Judul bukunya yang terkenal Crime and Punishment (Kejahatan dan Hukuman) tidaklah menganjurkan bahwa buku ini adalah sebuah novel, melainkan bunyinya bagaikan sebuah buku filsafat atau sosial politik. Jadi, pada awalnya buku ini tidak menarik bagi saya karena sudah ada begitu banyak buku yang menulis tentang topik ini. Namun Ketika saya membaca ulasan tentang buku ini, kelihatannya menarik dan memacu saya untuk membacanya, walaupun saya kira akan ada diskusi filsafat mengenai topik ini. Memang ada, namun ditulis seperti diskusi biasa diantara mahasiswa. Tidaklah sulit untuk mengikutinya.
Lalu, setelah membaca buku yang sangat menarik ini, saya mengambil kereta api dari Moscow menuju St. Petersburg di musim dingin untuk menemui penulis besar ini. Kami bertemu di apartemen di pojok jalan Grazhdanskaya 19 dimana Raskolnikov pernah tinggal. Sepintas lalu, Fyodor tampak seperti seorang penulis yang pemalu, pucat, dan tertutup, dan dia bergerak dengan amat kikuk dan tersentak-sentak. Namun bola matanya yang kelabu biru yang tajam memberi kesan karakter yang Tangguh, memandang saya dengan dalam seakan ingin melihat kedalam batin saya dan menilai saya.
Sebenarnya, orang ini dikenal akan keberaniannya dan rasa keadilan yang sangat kuat, mengkritik korupsi yang dilakukan aparatur negara dan menolong petani-petani miskin. Namun saya tidak akan menanyakan mengenai suatu kejadian traumatis dalam hidupnya, karena mungkin sudah banyak orang yang bertanya kepadanya. Banyak orang tahu tentang apa yang terjadi di tanggal 22 Desember 1849, ketika Fyodor muda di kirim ke Lapangan Semyonov untuk menemui nasibnya – menghadap regu penembak hukuman mati, sebagai hukuman atas keterlibatannya dengan Petrashevsky Circle, sebuah kelompok sastrawan yang dianggap merongrong Tsar dan Gereja. Ketika regu penembak mulai membidik senapan mereka ke kelompok ini, seorang kurir datang ke lapangan itu melambaikan bendera putih pada menit terakhir. Dia mengumumkan pengampunan dari Tsar Nicholas, untuk “menunjukkan belas kasih”. Namun, hal ini bukanlah belas kasih, sebenarnya adalah suatu cara untuk menteror kelompok ini, suatu penyiksaan psikologis yang lalim. Fyodor menulis pengalaman ini di novel The Idiot (Si Dungu). Sebenarnya, seluruh cerita kehidupannya sendiri bisa ditulis dalam sebuah novel, dan akan menjadi novel yang luar biasa.
Namun, saat ini saya lebih baik berbicara
dengannya tentang penjahat di Crime and Punishment (Kejahatan dan Hukuman),
jadi, tanpa membuang waktu saya mulai bertanya padanya:
“Sang protagonis, Rodion Romanovich Raskolnikov, pria 23 tahun, bekas mahasiswa ilmu Hukum membunuh seorang perempuan tua untuk mendapatkan uangnya, dengan dua pukulan sisi tumpul sebuah kapak. Dengarkan: ‘Dia mengeluarkan kapak itu seperlunya, mengayunkannya dengan kedua tangan, hampir tidak sadar akan dirinya sendiri, dan hampir tanpa usaha, hampir secara mekanis, mengayun sisi tumpul kapak itu ke kepala perempuan itu.’
Hal ini direnungkan, direncanakan, pembunuhan berdarah, namun dia kira ini bukan kejahatan, dengarkan ini: ‘ Ketika dia sampai pada kesimpulan-kesimpulan ini, dia memutuskan bahwa dalam kasusnya ini tidak ada nada reaksi yang mengerikan, bahwa alasan dan keinginannya akan tetap tidak terganggu pada saat menjalankan gagasannya, karena alasan sederhana bahwa gagasannya adalah 'bukan kejahatan....'
Bagaimana dia bisa berpikir bahwa pembunuhan
yang mengerikan ini terhadap seorang perempuan tua tak berdaya bukanlah
kejahatan?
Fyodor:
“Perempuan tua itu, Alyona Ivanovna, adalah
seorang broker penggadaian, yang menghisap darah orang miskin sedemikian rupa
sehingga dia digambarkan sebagai ‘Tidak lebih dari kehidupan seekor kutu, dari
kumbang hitam, pada kenyataannya kurang, karena wanita tua itu melakukan hal
yang membahayakan. Dia menindas kehidupan orang lain.’
Sementara Raskolnikov hidup dalam kemiskinan yang amat sangat di sebuah kamar sewaan di Saint Petersburg. ‘Ruangan itu memiliki penampilan terlanda kemiskinan dengan kertas dinding kuning kusam yang mengelupas dari dinding, yang sangat rendah atapnya sehingga seorang dengan ketinggian diatas rata-rata merasa tidak nyaman didalamnya dan merasa setiap saat kepalanya akan menyondol langit-langit. Dia tertindas oleh kemiskinan.”
Saya berkata:
“Ketika menjadi mahasiswa Raskolnikov menulis
sebuah artikel berjudul ‘Tentang Kejahatan’, yang menurut penuturan teman
karibnya Razumihin: ‘Ada saranan bahwa ada orang-orang tertentu yang bisa… hal
ini, bukan sesungguhnya bisa melakukan, namun memiliki hak sempurna untuk melanggar
moralitas dan kejahatan, dan bahwa hukum tidak berlaku bagi mereka. Hak akan
perbuatan jahat? Tapi bukanlah disebabkan oleh pengaruh lingkungan?”
Fyodor berkata:
“Dalam artikel ini semua orang terbagi antara
‘yang biasa’ dan ‘yang luar biasa’. Orang biasa harus hidup berbakti, tidak
berhak untuk melanggar hukum, karena, apa anda tidak melihat, mereka orang
biasa. Tapi orang luar biasa berhak melakukan kejahatan apapun dan melanggar
hukum secara apapun, hanya karena mereka orang luar biasa. Namun, Raskolnikov
tidak berpendapat bahwa orang luar biasa niscaya akan melanggar moral, seperti
yang anda namakan. Kenyataannya, Raskonikov meragukan apakah artikel itu dapat
diterbitkan. Dia mengisyaratkan bahwa
seorang ‘luar biasa’ berhak… hal ini bukanlah hak resmi, namun hak batiniah
untuk memutuskan dengan kesadarannya sendiri untuk melangkahi…. kendala-kendala
tertentu, dan hanya dalam kasus dimana hal ini penting sebagai pemenuhan
praktis akan pandangannya, kadang kala, mungkin, demi kebaikan seluruh
kemanusiaan.”
Saya berkata:
“Kendati pandangannya akan kejahatan,
Raskolnikov menemukan dirinya ditimbuni kebingungan, paranoia, dan kejijikan
akan apa yang telah dia lakukan. Dia selalu bertempur dengan rasa salah dan
takut dan menghadapi konsekuensi tindakannya. Konflik psikologis dilukiskan
dengan sangat baik di buku ini, saya kira ini adalah bagian yang paling menarik
dari novel ini, sangat intens, penuh ketegangan, tentang pergulatan batin sang
pembunuh. Anda menggambarkan bagaimana Raskolnikov bergulat dengan kejahatan
itu bahkan sejak pertama kali dia mengandung ide untuk membunuh perempuan tua
itu.”
Fyodor, mengutip bagian pertama dari bab
pertama:
“Ketika dia berada di jalanan dia berteriak,
‘Oh Tuhan, betapa menjijikkan hal ini semua! dan dapatkah saya, dapatkah saya
mungkin… Tidak, ini semua omong kosong, ini semua sampah!’ dia menambahkan
dengan tegas. ‘Dan bagaimana hal yang
mengerikan ini bisa masuk kedalam kepala saya? Betapa hati saya dapat begitu kotor.
Ya, kotor di atas segalanya, menjijikkan, membencikan, membencikan! – dan
sepanjang bulan ini saya berbuat…..’
Dan di saat lain dia berteriak: ‘Tuhan yang mahabaik!’ Dapatkah, dapatkah, bahwa saya akan benar-benar mengambil kapak, bahwa saya akan memukul nya di kepala, membelah tengkoraknya terbuka…. Bahwa saya akan menjinjit di darah kental hangat, memecahkan kunci, mencuri dan bergemetar; menyembunyikan, semuanya tercecer dalam darah… dengan kapak ini… Tuhan yang mahabaik, dapatkah hal itu terjadi?”
Saya berkata:
“Dan mimpi buruk yang dia alami selagi masa
kanak-kanak menyaksikan pembunuhan berdarah kuda betina kecil yang menyeramkan:
‘Bawa kapak kepadanya! Matikan dia secepatnya,’ berteriak orang ketiga… Sang
korban membuka moncongnya, menarik napas panjang, lalu mati…. ‘Papa! Mengapa
mereka… membunuh… kuda malang itu!’ Dalam mimpinya dia terisak, tapi napasnya tersegal,
dan kata-katanya meledak seperti tangisan dari himpitan dadanya.”
Fyodor:
“Walaupun demikian, hal itu tidak
menghentikannya, sebuah percakapan sepele yang terdengar olehnya antara seorang
mahasiswa dengan seorang polisi menguatkan tekadnnya untuk membunuh. Mahasiswa
itu dengan sekenanya berkata: ‘Bunuhlah dia dan ambil uangnya, sehingga setelah
itu dengan uang itu membantu ada berbakti kepada pelayanan semua manusia dan
kebutuhan bersama’….’Tentu saja, dia tidak layak untuk hidup. Disamping itu,
apalah gunanya hidup dari seorang perempuan yang sakit sifatnya, bodoh, dan
sikap yang jelek di antara keberadaan selebihnya! Tidak lebih dari kehidupan
seekor kutu, dari kumbang hitam, pada kenyataannya kurang, karena wanita tua
itu melakukan hal yang membahayakan.’
Raskolnikov berpikir tentang bagaimana samanya pemikiran mereka tentang perempuan ini dan berhubungan dengan teori ‘orang luar biasa’ nya, dia pikir hal ini bukanlah sekedar kebetulan, mengapa dia harus mendengar pada saat itu pembicaraan itu tentang ide-idea yang sama. Seakan telah ditakdirkan, sebuah isyarat yang menjurus, membuat Raskolnikov berpikir dia adalah orang yang terpilih untuk membunuh perempuan itu.”
Aku berkata:
“Lalu anda menulis bagaimana dia merencanakan
membunuh perempuan itu, caranya dan waktunya. Bagaimana dia menyiapkan jerat
untuk menyembunyikan kapak didalam mantelnya sehingga tidak terlihat dari luar,
bagaimana dia mencuri kapak itu, bagaimana dia mengalihkan perhatian perempuan
itu untuk sesaat, untuk mendapatkan waktu untuk mengayun kapak itu, apa yang
berada di benaknya ketika ia berjalan dari apartemennya ke rumah perempuan itu,
menaiki tangga menuju apartemen perempuan itu. Napasnya terenggah-enggah dan
mukanya menjadi pucat. Untuk suatu saat di muka pintu dia berpikir ‘Akankah
saya pulang saja?’ ‘Apakah saya tidak tampak jelas-jelas gelisah? Dia orang
yang sukar percaya…. Mustinya saya tunggu sebentar… sampai jantung saya
berhenti berdebar-debar?”
Fyodor:
“Namun ia melakukannya. Dia mengayunkan
kapaknya lagi dan lagi dengan sisi tumpulnya di tempat yang sama. Darahnya
menyembur seperti dari gelas yang dibalik, badannya jatuh kebelakang. Dia
melangkah mundur, membiarkannya jatuh, dan dengan segera membungkuk diatas
wajahnya; dia telah mati. Matanya seperti mencuat dari rongganya, alisnya dan
seluruh wajahnya kusam dan menggeliat kekejangan.”
Saya berkata:
“Lalu tanpa terduga adik tiri perempuannya
pulang ke rumah dan melihat badan yang sudah mati. ‘Ia menatap mayat kakaknya dengan termanggu-manggu, putih
seperti kertas dan tampak seperti tak mempunyai kekuatan untuk berteriak.”
Fyodor:
“Raskolnikov bergegas menuju kepadanya dengan
kapak; mulut perempuan itu menciut menyedihkan, seperti mulut bayi, ketika bayi
mulai ketakutan, menatap langsung kepada apa yang menakutkannya dan saat akan
berteriak. Dan Lizaveta yang malang itu demikian sederhana dan sudah demikian
luluh dan ketakutan sampai dia bahkan tidak mengangkat tangannya untuk
melindungi wajahnya, walaupun gerakan itu adalah yang paling penting dan
alamiah pada saat itu, karena kapak itu diangkat dimuka wajahnya. Ia hanya
mengangkat tangan kirinya yang kosong, tapi bukan ke wajahnya, perlahan
mengangkatnya kedepan seakan mendorong Raskolnikov untuk menjauh. Kapak itu
mengayun dengan sisi tajam tepat di tengkoraknya dan terbelah dengan satu
ayunan tepat di ubun-ubun. Lizaveta langsung jatuh berdedam. Raskolnikov
kehilangan akal, menyambar buntelannya, menjatuhkannya lagi dan lari ke pintu
keluar.”
Aku berkata:
“ Sangat tragis Fyodor…. Saya kira hukuman
Raskolnikov mulai ketika ia harus membunuh Lizaveta yang tak bersalah karena ia
berada di tempat yang salah pada saat yang salah. Pikiran ini muncul dalam
hatinya: ‘Tapi amat aneh, mengapa saya hampir tidak berpikir tentang Lizaveta,
seakan saya belum membunuhnya? Lizaveta! Perempuan berhati lembut yang malang,
dengan mata yang lembut…. Perempuan-perempuan tersayang! Mengapa mereka tidak
menangis? Mengapa mereka tidak mengerang? Mereka menyerahkan segalanya… Mata
mereka sangat halus dan lembut…! Lembut!”
Saya melihat mata Fyodor yang tajam biru keabu-abuan melunak, dia tidak bergerak, diam…. wajahnya yang pucat, kurus, berwarna tanah diliputi titik-titik merah gelap. Lalu kami berkata “Прощай” (selamat tinggal) dengan hangat.
TAMAT
Ini adalah wawancara imajiner mengenang Fyodor Dostoyevsky.
Sumber: Crime and Punishment oleh Fyodor Dostoyevsky.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar