![]() |
Photo: Wikimedia |
Kesan ini tertanam dalam benak saya sampai bertemu untuk
berbincang-bincang dengannya di tempat pengungsiannya di Salt Tax Palace, di
Manchuria. Saat bertemu dengan dewasa
ternyata kesan akan Pu Yi cilik yang disarankan filem itu sirna. Tentu
saja, sejarah masa kecilnya hanyalah
kenangan masa kecilnya, kenangan indah yang hanyalah sebagian kecil dari
sejarah hidupnya yang penuh gelombang.
Wajahnya pucat, kelihatan letih dan tidak suka bicara.
Tatapan matanya terpaku di balik kacamata berbingkai hitam. Ketika bersalaman dia dengan ramahnya
mengangguk, namun senyumannya hanya berlangsung beberapa detik.
Aku membuka percakapan:
“Tentunya anda masih ingat hari pada saat anda dijemput dari
rumah anda oleh pejabat istana pada waktu anda berumur 3 tahun untuk dibawa ke
istana.”
Pu Yi:
“Di sore hari tanggal 13 November 1908, tanpa pemberitahuan
sebelumnya, sebarisan para kasim dan pengawal yang dipimpin oleh bendahara
istana meninggalkan Forbidden City menuju kediaman keluarga kami untuk
menjemput saya untuk dijadikan kaisar yang baru. Saya menjerit dan menolak
ketika para pejabat memerintahkan para kasim untuk menggendong saya. Orangtua
saya tidak berkata apa-apa ketika mengetahui mereka akan kehilangan putra
mereka. Ketika saya menangis dan menjerit karena tidak mau meninggalkan
orangtua saya saya dimasukan ke dalam tandu yang akan membawa saya ke Forbidden
City. Hanya pengasuh saya, Wang Wen-Chao , yang boleh mengiringi saya, dia
dapat menenangkan saya dengan membiarkan saya menyusu padanya; inilah
satu-satunya alasan mengapa dia dikutsertakan.”
Aku berkata:
“Lalu bagaimana suasana acara pengangkatan anda sebagai
Kaisar pada tanggal 2 Desember 1908 ?”
Pu Yi:
“Acaranya berlangsung lama dan melelahkan, lagi pula hari
itu dingin sekali. Sehingga ketika mereka
menandu saya menuju the Hall of Supreme Harmony dan
mendudukkan saya di singgasana yang besar sekali saya tidak bisa menahan diri
lagi. Ayah saya yang berlutut dibawah singgasana itu dan mendukung saya
menyuruh saya untuk agar jangan gelisah, namun saya berontak dan mulai
menangis, “Aku tidak suka di sini. Aku mau pulang ke rumah. Aku tidak suka di
sini. Aku mau pulang ke rumah.” Ayah saya menjadi kebingungan sehingga
berkucuran keringat. Ketika para pejabat menyembah-nyembah saya, tangisan saya
makin keras. Ayah saya berusaha mendiamkan saya dengan berkata: “Jangan
menangis. Jangan menangis. Ini akan segera berakhir. Ini akan segera berakhir.”
Ketika acara selesai, para pejabat bertanya-tanya di antara
mereka seakan mengandai-andai: “Mengapa dia bilang: ‘Ini akan segera berakhir’?
Apakah maksudnya ia ingin segera pulang ke rumah?”
Percakapan ini berlangsung dalam suasana yang sangat kelam,
seakan-akan kata-kata ini adalah pertanda nasib buruk. Beberapa buku berkata
bahwa kata-kata ini adalah ramalan karena dalam tiga tahun ternyata dinasti
Qing memang berakhir, dan anak yang mau pulang ke rumah, benar-benar pulang ke
rumah, dan mengakui bahwa para pejabat tersebut mempunyai firasat akan hal
ini.”
Aku berkata:
“ Lalu bagaimana suasana pelengseran anda dari tahta
kerajaan?”
Pu Yi:
“Setelah memberi pertunjukan buruk sekali sebagai kaisar
selama tiga tahun saya memberi pertunjukan pelengseran yang amat buruk. Satu
kejadian yang kuingat dengan jelas pada hari-hari terakhir. Ibu angkat
saya permaisuri Lung Yu duduk di atas
sebuah perabot di dalam Mind Nurture Palace menghapus airmatanya dengan sapu
tangan sementara seorang lelaki tua gemuk berlutut di bantal merah di depannya,
airmata mengalir di wajahnya. Saya duduk di sebelah kanan ibu angkat saya
merasa agak bingung dan bertanya-tanya mengapa kedua orang dewasa itu menangis. Tidak ada orang lain selain kami bertiga dan
sangat sunyi; orang gemuk itu menghisap ingusnya dengan keras ketika ia
berbicara dan saya tidak bisa mengerti apa yang dikatakannya. Kemudian aku
menyadari bahwa mereka baru saja diminta secara langsung oleh Jenderal Yuan Shi
Kai untuk melengserkan aku dan mengakhiri dinasti Qing.”
Aku berkata:
“ Pada tanggal 12 Februari 9012 ibu angkat anda dengan resmi
memeproklamirkan pelengseran anda sebagai Kaisar Tiongkok, dan kemudian Tiongkok menjadi sebuah Republik,
dan anda dikucilkan di Forbidden City. Bagaimana perasaan anda?”
Pu Yi:
“Tempat itu adalah dunia yang kecil dimana saya harus
menghabiskan masa kecilku yang paling absurd sampai saya diusir oleh tentara
nasional di tahun 1924. Saya menyebutnya absurd karena ketika Tiongkok disebut
sebagai republik dan manusia telah masuk ke abad ke 20, saya masih hidup
sebagaimana seorang kaisar, menghirup debu abad ke 19.
Kapanpun saya mengenang masa kecilku kepalaku terisi dengan
kabut kuning. Lantai licin berwarna kuning, tandu saya berwarna kuning, bantal
kursi saya kuning, bagian dalam topi dan baju saya kuning, tali pinggang saya
kuning, piring mangkok makanan saya kuning, alas nasi, sampul buku saya, tirai
jendela, tali kuda saya…. Semuanya kuning. Warna ini, yang disebut kuning
cerah, hanya dipakai oleh rumah tangga kerajaan yang membuat saya merasa dari
sejak kecil bahwa saya adalah unik dan memiliki sifat seperti dewa dibanding
orang lainnya.”
Aku berkata:
“ Mungkin itu sebabnya anda menegur adik anda ketika ia
memakai jubah dengan bagian dalam kuning, warna dinasti Qing, di istana.”
Pu Yi:
“ Dia menyangka warna itu warna aprikot. Aku menjawab bahwa
warna itu adalah warna kuning cerah kerajaan. Adik saya itu lalu mohon maaf ‘Ya
tuan… Ya tuan…, ‘ lalu menjauh dari saya dengan tangan di samping. Aku bilang ‘Warna itu adalah kuning cerah,
kamu tidak berhak memakainya.’… ‘Ya tuan…’,
jawabnya. Dengan ‘Ya tuan…’ ia
menjawab sebagaimana pelayan saya
menjawab. Suara ‘Ya tuan…’ itu sudah lenyap sedemikian lama dan terdengar
sangat lucu kalau diingat-ingat kembali.”
Aku berkata:
“Kenangan yang manis namun juga getir bagi anda. Namun
sewaktu kecil anda tidaklah selalu lucu dan lugu seperti yang digambarkan filem
‘The Last Emperor’, saya dengar sejak kecil anda suka menyuruh mencambuk
pelayan kasim anda, apakah benar?”
Pu Yi:
“Kemana saja saya pergi, orang-orang dewasa akan berlutut
dan menyembah saya dengan kowtow dan mencegah tatapan mata sehingga saya lewat.
Sang kaisar adalah dewa, saya tidak bisa dibantah atau dihukum. Mencambuk
pelayan kasim menjadi kejadian rutin keseharian saya. Kekejaman saya dan
kecintaan saya akan kekuasaan sudah sedemikian kuat yang membuat segala bujukan
tidak mempan.
Namun kehidupan saya sejak kecil tidak lengkap tanpa
menyebut para pelayan kasim. Mereka menunggui saya ketika saya makan,
berpakaian dan tidur; mereka menemani saya ketika jalan-jalan dan pergi
belajar; mereka memberi cerita-cerita; dan menerima hadiah dan pukulan dari
saya, namun mereka tidak pernah meninggalkan saya. Mereka adalah budak-budak
saya; dan juga guru-guru saya dari masa kecil.”
Aku berkata:
“ Namun sampai dewasa anda memperlakukan para pelayan kasim
dengan semena-mena. Anda tidak mempercayai mereka dan menganggap mereka semua
pencuri. Anda mencek dengan teliti semua pembukuan belanja untuk mencari
pemalsuan. Anda juga memotong jatah makanan mereka untuk membuat mereka lebih
menderita, yang membuat mereka kelaparan.”
Pu Yi:
“Mereka pada dasarnya adalah pencuri barang-barang berharga
di istana, semua mereka, dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah, sama
saja. Sehabis acara perkawinan kami
mutiara-mutiara dan batu jade dari mahkota permaisuri saya pada hilang semua.
Kunci-kunci dirusak, tempat itu dibongkar dan pada suatu hari di bulan Juni
1923 kebakaran melanda sekitar Palace of Established Happiness. Saya mencurigai
kebakaran ini untuk menutupi pencurian besar-besaran.
Saya dengar bahwa selama ini para pelayan kasim
menyelundupkan barang=barang berharga dan menjualnya di toko-toko barang antik.
Saya memerintahkan audit koleksi barang-barang istana, namun sebelum itu terjadi bagian
istana itu terbakar.”
Aku berkata;
“Permaisuri anda, Wan Rong, yang didikan Barat, dikenal
sebagai seorang wanita yang suka dansa dansi, main tennis, pakaian Barat, make-up, musik jazz, main piano, naik kuda,
membaca novel asing yang asusila, menulis puisi, dan bergaul dengan
teman-temannya.“
Pu Yi:
“ Saya mengakui bahwa saya juga suka memberi barang-barang
yang ke Barat-Baratan, terutama permen karet Wrigley, aspirin Bayer, mobil-
mobil, gramophone dan filem. Saya menyukai teknologi filem yang baru, dan saya
sangat menyukai filem-filem Harold Lloyd, sehingga saya suruh memasang
proyektor filem di Forbidden City, walaupun diprotes oleh para pelayan kasim
yang tak menyukai teknologi asing di sini.
Wan Rong suka pergi belanja dengan teman-temannya, pergi ke
Central Plains, jalan-jalan, pergi minum di Shunde Shihlin Ji, makan, dan juga bisa pergi ke Asgard barber shop yang
sangat populer, pergi ke teater untuk menonton "Shi Ming" dari Mei
Lanfang. Dia masih suka menghambur-hamburkan uang seperti air seperti ia masih
permaisuri.”
Aku berkata:
”Namun kata orang, Wan Rong mengeluh bahwa hidupnya sebagai
permaisuri sangatlah membosankan karena sesuai peraturan sebagai permaisuri ia
dilarang pergi keluar dansa dansi seperti yang disukainya, melainkan
mengharuskannya mengisi hari-harinya dengan ritual tradisional yang dia rasakan
tak berarti, dan semakin demikian sejak Tiongkok menjadi republik dan gelar
permaisurinya hanyalah lambang belaka. Kemudian ia mulai menghisap candu selagi
masa pengasingan, benarkah?”
Pu Yi:
“Saya menyarankannya karena saya lihat dia menjadi lebih
mudah diatur kalau dia lagi sedang melambung oleh candu. Perkawinan kami
semakin retak dan kami makin jarang bertemu, hanya pada saat makan.”
Aku berkata:
“Di autobiography anda “From Emperor to Citizen” anda
berkata bahwa suatu saat adik lelaki Wan Rong memperkenalkan Wan Rong ke
seorang pejabat militer Jepang. Wan Rong kemudian menjalin kasih dengan lelaki
Jepang itu. Kemudian anda mengetahui bahwa ia hamil di tahun 1935, dan akan
segera melahirkan, karena hubungannya dengan lelaki Jepang itu. Bagaimana
perasaan anda?”
Pu Yi:
“Perasaan saya saat itu sulit dilukiskan. Aku marah, tapi
tapi tidak ingin lelaki Jepang itu tahu. Yang saya bisa buat hanya melampiaskan
kemarahan kepada Wan Rong secara pribadi.”
Aku berkata:
“Di dalam edisi asli autobiography itu, anda menulis bahwa
setelah Wan Rong melahirkan bayi perempuan, anda bilang kepadanya bahwa adik lelaki anda telah
mengadopsi bayi itu dan Wan Rong harus memberi uang tunjangan bulanan untuk
perawatannya. Bagaimana perasaan Wan
Rong saat itu?”
Pu Yi:
“ Sampai kematiannya, dia selalu didatangi mimpi yang sama,
di mana anaknya hidup bersamanya. Setelah perang berakhir dan perceraian kami,
kecanduannya akan opium makin menajdi-jadi dan tubuhnya melemah. Ia meninggal
karena penyakit di tahun 1946.”
Aku berkata:
“Lalu bagaimana kabar bayi perempuannya?”
Pu Yi:
“Bayi itu sebenarnya meninggal setelah kelahirannya……. ”
Ini adalah wawancara imajiner untuk mengenang Pu Yi, Kaisar
terakhir Tiongkok.
Sumber: Authobiography “From Emperor to Citizen”, South
China Morning Post, Wikipedia.